Captivated.
Disclaimer: Naruto milik masashi kishimoto. but, this story is mine!
Warn! fiksi. BL! boyxboy! SemexUke! Homo!
Pair! Sasunaru
Rate: T semi M.
.
.
.
Part 2
.
.
.
Kedua bola mata itu meredup, dan terkesan kosong. Tanpa disadari—pikiranya memutar kilasan masa lalu yang sangat dihindarinya.
Masa lalu yang selalu membuat mentalnya terguncang dan berakhir dengan melukai diri sendiri. Masa lalu yang menampilkan tragedi meninggalnya keluarganya.Perasaan sesak mulai menghantuinya saat tragedi itu berputar secara perlahan dan runtut diingatannya. Adegan demi adegan mulai terlihat; darah mengalir deras dari perut sang ayah yang tertusuk pisau, erangan kesakitan yang terdengar memilukan, serta tembakan demi tembakan yang membombordir tubuh ibunya dan tubuh sang kakak.
Dirinya yang saat itu bersembunyi dibalik almari kedua orang tuanya hanya terdiam dengan air mata yang meleleh secara perlahan namun deras membasahi pipinya kala melihat kematian keluarganya yang mengenaskan.Bau amis darah mulai tercium, dan dirinya masih terdiam menangis tanpa suara. Tatapanya kosong, namun penglihatan serta telinganya dapat merekam semua kejadian itu dan menyimpanya kedalam otak miliknya.
Setelahnya, kegelapan lah yang mendera dirinya, kedua bola mata biru itu tertutup oleh sang kelopak mata, nafas yang teratur dan tubuh mungilnya yang bersandar didinding-dinding almari itu. Hingga saat kedua mata itu kembali terbuka, ruangan bercat putih dan berbau khas obat lah yang ia jumpai.
Semua keluarganya dinyatakam tewas, entah siapa pelakunya—sampai sekarang belum diketahui dan kasusunya sudah ditutup.
Dulu dirinya masih berusia 7 tahun—terlalu kecil? Memang, dan negara pun memutuskan untuk menyerahkan Naruto kepanti asuhan, agar dirawat dengan baik sampai umurnya matang untuk hidup sendiri.
.
.
.
"Okaa-san." pangggilnya lirih teruntuk sang ibu sembari memeluk diri sendiri dengan tubuh yang bergetar dan keringat yang bercucuran.
Tubuh mungilnya meringkuk diatas ranjang, mentalnya mulai sedikit terguncang. Dan nafasnya perlahan mulai tidak teratur."Hiks," isakan demi isakan mulai terdengar dengan tubuh yang semakin bergetar. Naruto butuh sesuatu untuk menghilangkan bayang-bayang yang berputar dikepalanya ini. Ia butuh pelampiasan agar bayangan kematian keluarganya hilang begitu saja.
Biasanya ia akan menyayat dirinya sendiri, tapi saat ini Naruto merasa enggan untuk melakukanya dan lebih memilih untuk meminum obat penenang miliknya.Maka—dengan tangan bergetar, Naruto segera merangkak guna mendekati tasnya yang teronggok manis di atas meja mungil samping ranjangnya. Membuka resleting yang paling kecil, lalu mengambil sebotol obat penenang yang biasa ia minum. Buru-buru ia buka tutup botol itu dan mengeluarkan 2 butir obat berukuran sedang.
Ingin rasanya segera meminum obat ini sebelum wajah Sasuke tanpa sengaja terlintas dibenaknya sehingga membuatnya terdiam seketika.
"Sasuke teme ya?" senyuman miris nampak diwajah manisnya, isakannya kembali terdengar dan tubuhnya kembali bergetar.
Kenakalan-kenakalan yang Naruto perbuat selama ini hanyalah sebagai tameng untuk menutupi masalahnya, agar Sasuke atau pihak luar tidak curiga saat mendapati beberapa luka sayatan ditubuh mungilnya. Dan—sampai detik ini semuanya berjalan lancar. Orang-orang dan Sasuke hanya tahu jika Naruto itu siswa yang suka berkelahi dan membolos. Tapi—hal itu tidak membuat Sasuke menjauhi Naruto, malah semakin lengket dengan Naruto.