1. Payung

170 15 14
                                    

"Lenna!" Panggil seseorang remaja perempuan. Orang yang dipanggilnya menoleh lalu menaikkan sebelah alis ulat bulunya tinggi-tinggi.

"AMY!" Dengan kecepatan flash ia berlari menghampiri orang yang dipanggilnya. Lalu memeluknya erat-arat.

Yap! Pagi ini adalah awal kenaikan kelas. Gak kerasa, kemarin baru saja tertera satu  garis putih di dasinya. Sekarang sudah ada dua garis
yang terpapar di dasi putih biru ini. Dan untungnya, Lenna sekelas dengan sobat karibnya dulu.

"Lenna! Lo tuh kemana aja sih? Keriput gue nungguin lo!" Serunya sambil mengusap-usap pipinya yang kian memerah akibat terkena terik mentari.

"Yaelah sori, tadi angkot yang gue naikin ngetem lama banget gila."

"Yaudahlah, kuy masuk ke kelas, nanti gak dapet barisan  belakang lagi, gue gak mau ya duduk paling depan, bisa kena semprot gue sama pak Toyo." Cerocos Amy yang tak habis-habisnya.

"Iya bawel." Disumpelnya mulut Amy dengan sepotong roti tawar. Yang dibalasnya dengan teriakan kesal dari Amy.

Sesampainya di depan kelas, Amy menghembuskan nafas lega karena masih melihat tempat duduk terstratgisnya itu masih kosong. Yaitu di barisan sebelum terakhir yang terletak di samping jendela.

Mereka segera berlari kecil ke tempat incarannya itu, sebelum diambil alih dengan yang lain. Ketika tangan Lenna hampir sampai menggapai kursinya, dua orang cowok langsung menyambar kursi yang hampir digapainya itu. "Ups, keduluan nih." Kata salah satunya.

"Eh apa-apaan nih, gue kan udah dul-" kalimatnya terpotong ketika melihat sosok yang amat ia kenal. Sosok yang ia kagumi sejak setahun yang lalu. Brilian Phaendra Yunan. biasanya sih dipanggil Endra. Cowok jangkung dengan rambut hitam legamnya, kulit putih pucatnya, mata birunya yang menyala-nyala dan bibir pink pucatnya yang menghiasi wajah tampannya itu. Malah bisa dibilang "sangat tampan", dia bukan badboy, malah bisa dibilang cerdas disiplin and... asik. Dia emang banyak disukai orang-orang. Gak kayak Lenna yang coma bisa deket sama orang-orang tertentu aja. Dengan seragam putih birunya yang keluar sebagian menambah kesan tersendiri bagi lenna. Jam tangan hitam legam faforitnya yang selalu orang itu pakai semenjak setahun yang lalu. Ya, lenna tahu betul apa yang disukai dan tidak disukai cowok itu. Karena lenna adalah secret admirer dari setahun lalu.

Tanpa sadar lenna menatap mata cowok itu lekat-lekat tanpa ada niatan untuk membuang tatapannya yang berbinar itu.

Tapi sayangnya ada satu yang belum lenna ketahui, yaitu sifat asli dari cowok yang dia kagumi itu.

Demi apa dia sekelas sama gue?!

"Ekm, sorry lo bisa minggir dikit gak? Gue mau duduk." Katanya, yang membuat lenna kikuk sesaat karena dipergokinya.

"D-deh, seenak jidat lo, ini gue duluan yang dapet bangkunya!" Bentak Lenna dengan pura-pura marah, demi menjaga harga dirinya. Jika kalian di posisi lenna pasti kalian akan mengerti dengan tindakannya barusan. Cowok itu terkesiap melihat balasan Lenna. Terukir senyuman samar di ujung bibirnya.

Ditariknya kerah belakang cowok itu hingga yang ditarik hampir terjungkal ke belakang. Dan dengan sigap Amy langsung duduk di bangku yang sedari tadi diperebutkannya. Begitu juga dengan Lenna. Cewek itu tersenyum puas.

Kemudian kedua cowok itu malah tersenyum remeh. Namun bukannya memilih bangku yang jauh dari mereka, kedua cowok itu malah duduk di sepasang bangku tepat di samping tempat duduk Lenna. Mata Lenna
membulat.

PayungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang