6. Amyra

61 10 8
                                    

Pagi yang tak pernah ditunggu Lenna telah datang. Matahari nampaknya masih malu-malu, padahal sang cakrawala telah lama menunggunya. Matahari masih belum mau menerobos tirai kamarnya. Bagaimana tidak, ini masih subuh!

Sekarang Lenna masih terbaring nyaman di kasur empuknya itu. Padahal sudah setengah jam yang lalu mbak Tina berteriak membangunkannya untuk bersiap-siap ke sekolah. Rasa-rasanya, ada ribuan setan malas yang hinggap di badannya. Matanya sama sekali tak mau dibuka. Tangannya masih mendekap erat guling empuknya, dan selimut masih sempurna menyelimuti tubuhnya. Lengkap sudah kenyamanannya diatas kasur.

Sampai ada percikan air mengenai wajahnya.
"Hmmm..." Lenna berdehem merasa terusik kenyamanannya.

"Non Lenna banguun, bangun! Sudah setengah enam ini. Aduh, kamu mah. Nanti telat loh non."

Bukannya menyerah mbak Tina malah semakin semangat membangunkan Lenna yang sedang membuat sungai di bantalnya.

"Duh anak ini, tidur kok kayak mati." Gerutu mbak Tina. Dipukul-pukulnya pipi kanan dan kiri Lenna secara bergantian. Hingga sang empunya merasa tidak nyaman.

Merasa lelah digaggu terus, Lenna akhirnya bangkit dari posisi nyamannya menjadi duduk bersila diatas kasurnya dengan gerakan lambat. "Hmmm... mbak, udah jam berapa..." tanya Lenna sambil mengusap-usap iler kering yang membekas di pipinya.

"06.10"

Kata mbak Tina, berhasil membelalakkan mata Lenna yang masih mengumpulkan setengah nyawanya.

"Demi apa?! Kok mbak nggak bangunin Lenna siih!!" Bentak Lenna kesal dan mendapat toyoran gratis dari Mbak Tina.

"Enae kalo ngomong! Tidur kayak orang mati aja masih bisa bilang nggak dibangunin!" Kata mbak Tina kesal dan langsung berjalan keluar kamarnya. "Cepet mandi, udah mau jam tujuh kamu belum ngapa-ngapain." Lenna mencibirnya dari belakang. Langkah mbak Tina terhenti saat Lenna memanggilnya.

"Mbak"

"Apa lagi?" Mbak Tina menoleh malas kearahnya.

"Papah nggak di rumah kan?"

Mbak Tina diam sebentar lalu tersenyum tipis.
"Iya non, bapak keluar kota sama ibuk, malam tadi baru berangkat." Lenna mangut-mangut, menghela nafas lega.

Setelahnya, dia melangkah gontai ke arah kamar mandinya.

⛱⛱⛱

Untungnya Lenna tidak terlambat sekolah. Hanya butuh 20 menit Lenna sudah rapih untuk berangkat sekolah. Yah... itupun karena mandinya mandi bebek dan sarapan hanya minum susu.

Tak terasa kakinya telah membawanya ke lantai depan koridor kelasnya. Lenna mendapati Amy yang sedang terduduk murung di depan kelas. Lenna berjalan mendekati Amy.

"My" Amy diam, tak menghiraukn panggilan Lenna.

"My." Kata Lenna lagi dengan sedikit penekanan.

"Hm" Amy menyaut, tapi pikiran entah sedang kemana. Terlihat jelas dari matanya yang tak membalas tatapan Lenna.

"Amyra lo kenapa sih??" Tanya Lenna lebih sedikit bersabar karena hanya dianggap angin berlalu oleh sobat labilnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PayungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang