5. Rapuh

79 11 4
                                    

"Len, pulang bareng kan?" Tanya Amy. karena rumah Lenna dan Amy searah, tak jarang mereka pulang bersama.

"Yah sori nih My, gue udah janjian ama orang." Tolak Lenna dengan halus.

"Gue ikut ya? Kan searah sama gue." Tanya Amy dengan polos, membuat Lenna semakin tidak enak menolaknya. Masa iya dia harus bilang sudah janjian dengan Endra dan membiarkan sobatnya itu pulang sendirian.

"Mmm... anu..." Lenna bingung mau menjawab apa. Sedangkan Amy masih menunggu jawaban dari Lenna.

"Lenna-nya hari ini pulang bareng gue." Endra mengedipkan sebelah matanya dengan genit dan memperlihatkan lesung pipinya yang dalam, membuat Amy seketika mematung melihat keindahan ciptaan tuhan.

"Insap lo." Lenna menepuk wajah Amy dengan novel yang digenggamnya. Dan dibalas dengan tatapan sinis dari Amy.

"O-oh, bilang kek dari tadi Len. Gausah sok-sok gak enak gitu deh, kayak lagi ngomong sama siapa aja." Seakan tahu perasaan sobatnya itu, Amy mencubit pipi Lenna gemas dan menatapnya seolah mengucapkan,

"good luck sob..."

Tapi tatapan yang Lenna kasih ke Amy malah tatapan meminta tolong. Bagaimana tidak, Lenna pun tidak tahu ada keajaiban apa tiba-tiba Endra mengajaknya pergi berdua. Ia takut Endra berbuat macam-macam kepadanya.

"Lo tunggu sini, gue mau ambil kendaraan." Ucap Endra sembari melangkah ke parkiran motor. Jantung Lenna sudah berdebar sedari tadi, namun ia tetap berusaha menetralisasikan perasaannya, takut-takut salah tingkah ketika berhadapan dengan Endra.

Lenna melongo ketika melihat kendaraan yang dibawa Endra.

"Se- sepeda?" Tanya Lenna heran.

"Kenapa sama sepedanya?" Tanya Endra polos.

Lenna terlalu berhayal tinggi jika membayangkan dirinya dibonceng Endra naik motor, lalu ia melingkarkan tangannya di pinggang Endra dengan mesra. Rambutnya tertiup semilir angin dan...

Hah... Len, ini bukan di dalam novel-novel romance. Dimana sang cewek tokoh utama dibonceng oleh tokoh cowok lawan mainnya, dan sang cowok memberikan kejutan dengan membawanya ke tempat romantis dan menyatakan perasaannya and...
Happy ending.

"Haha, gue kira cowok macem lo maennya motor ninja." Malah itu omongan yang dilemparkan Lenna (hedeewwh--")

"Lo bego atau goblok sih? Masih SMP bawa motor kena point 50 peaa."

JLEB, Lenna malu setengah mati saat mengetahui kebenarannya. Apalagi, Endra mengucapkan 2 kata yang ditebalkan + digaris bawahi. iya juga ya... kenapa Lenna tidak kepikiran sampai sana.

"Gini-gini gue anak panutan di sekolah ini, ogah banget ngotorin nama sendiri." Lanjutnya lagi.

"Yadeh, kakak panutanq." Tawa Lenna sumbang, sedikit mencairkan suasana agar dia tidak kicep-kicep amat. Tapi Endra yang menatapnya datar malah membuat Lenna semakin salah tingkah dan memilih untuk diam saja.

"Naik." Endra menunjuk jok belakangnya.

Lenna mengangguk, ia ragu-ragu untuk mendudukinya. Dia bingung mau memilih duduk ngengkang atau kesamping. Karena dia ingin terlihat lebih feminin, akhirnya dia memilih duduk menyamping yang menurutnya kurang nyaman.

PayungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang