3. Endra

99 10 4
                                    

Brilian Phaendra Yunan*

Endra merebahkan tubuhnya diatas kasur sambil menatap langit-langit kamarnya yang dicat hitam langit malam, dengan gambar bintang-bintang mengkilau. Tiba-tiba muncul ingatan kejadian di sekolahnya tadi, membuat Endra tersenyum lebar ketika mengingatnya.

Dia jadi memikirkan cewek yang duduk di sebelah tempat duduknya. Walaupun cewek itu hanya menunjukkan ekspresi kesal padanya. Tapi entah kenapa, seperti ada yang menariknya untuk terus dekat dengan cewek itu. Ah, dia baru ingat. Matanya. Ternyata jika diperhatikan lekat-lekat, cewek itu mempunyai mata almond yang indah. Matanya yang berbinar membuat Endra tidak bisa melepas tatapannya.

Seketika Endra merasa ada yang tidak enak pada tubuhnya. Ujung jari telunjuknya bergetar pelan. Endra tidak menyangka akan secepat ini...

Tiba-tiba Endra tersungkur jatuh ke lantai. Ia merasakan dadanya sangat sesak dan sakit. Seperti ada yang menancapkan paku di dadanya. Jantungnya berdegup sangat cepat. Bernafas pun sulit. Urat nadinya timbul di leher dan pelipisnya. Tangan Endra gemetar berusaha menggapai obat yang ada diatas bufet. Langsung ditelannya dua pil obat dengan tangan bergetar. Tubuhnya bercucuran keringat dingin. Dengan tangan dan kaki gemetar, Endra bangkit ke kasurnya. Endra mati-matian menahan sakit di sekujur tubuhnya, terutama rasa sakit di dadanya.

Setelah lewat beberapa menit, sakitnya mulai mereda. Endra menutup matanya dengan lengan kanannya. Berusaha menstabilkan pernapasannya. Cowok itu menghembuskan nafas lega karena tidak merasa kesakitan yang hampir membunuhnya tadi.
Endra tidak menyangka akan sesakit ini. Ia kira penyakitnya sudah sembuh. Endra segera mengambil HP-nya dan menelfon dokter pribadinya. Dr.Smith.

"Hallo dok...

Ya, saya tunggu..."

~⛱⛱⛱~

Sekarang pukul 17.50. Endra duduk di bangku taman yang mengadap ke arah danau. Lalu menghirup udara sore itu dalam-dalam. Ia juga suka bau lembab tanah sehabis hujan. Itu cukup memberi ketenangan untuk pikirannya yang sedang kacau.
Endra masih memikirkan perkataan Dr.Smith tadi.

"Penyakitmu bisa kumat kapan saja Endra.... Dokter minta kamu hindari kelelahan atau sesuatu yang dapat memicu detak jantungmu lebih cepat."

Endra menengadahkan kepalanya menatap langit senja yang kali ini dihiasi dengan gerimis tipis.

"Berarti gak boleh jatuh cinta ya..." katanya pelan.

Lamunan Endra buyar ketika mendengar isakan seorang cewek.

"Awas aja kalo tu cewek dateng lagi. GUE TUSUK-TUSUK LEHERNYA SEKALIAN GUE MAKAN HATINYA!" Makinya sendiri sambil terisak.

Mata Endra membulat, menyadari bahwa cewek yang sedang menggila di kursi taman tepat di belakangnya adalah cewek yang sedari tadi di sekolah ribut dengannya.

"Lenna?" Batinnya.

"Dasar cewek murahan! Jadi lo yang selama ini bikin rumah tangga papa mamah hancur?! Jadi lo penyebab mereka cerai!?" Cewek itu terus memaki-maki sendiri orang yang dibicarakannya.

Endra tertegun mendengarnya. Ternyata Lenna anak broken home juga (?) Terbesit rasa kasihan ketika Endra mengetahuinya karena Endra juga merasakan hal yang sama.

Tetapi Endra mulai tidak nyaman melihat situasi Lenna. Karena banyak orang yang salah paham ketika melihat cewek itu berteriak-teriak sambil menjambak rambutnya sendiri.

PayungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang