Chapter 15

3.2K 395 27
                                    

Baixian kembali terdiam, menatap kosong semua yang ada di hadapannya, termasuk pria albino yang menyandang status sebagai kekasihnya, Oh Sehun. Baixian masih memikirkan tentang permintaan Oh Sehun, kekasihnya itu meminta dirinya untuk mencoba menyukai bajingan kecil bernama Park Chanyeol, dan menjadi penyembuh luka hati Baekhyun.

Terdengar tidak begitu rumit, memang berpura – pura mencintai seseorang akan jauh lebih mudah untuk dilakukan, Baixian sadar akan hal itu.

"Jika kau tidak ingin melakukannya, tidak apa – apa Baixian. Cukup seperti ini bersamamu, aku bahagia."

Ada rasa sesak di dalam dada Sehun ketika mengucapkan kalimat penenang untuk Baixian. Bohong, Sehun sekali lagi berbohong kepada dirinya sendiri, bertingkah seolah – olah dirinya baik – baik saja dengan kehadiran Baixian, bertingkah seolah – olah dirinya tidak merindukan Baekhyun, mencoba meyakinkan dirinya sendiri, bahwa semua akan kembali.

Sehun memilih kembali menelan kenyataan pahit yang memang harus terus dia hadapi. Sehun tahu, semakin lama Baixian tinggal, semakin kecil pula kesempatan untuk membawa kembali baekhyun-nya.

"..."

"Jangan terlalu kau pikir—"

"Sehuna."

Sehun terdiam ketika Baixian dengan suara putus asa memotong ucapannya. Demi apapun, Sehun tidak ingin mendengar suara seperti itu keluar dari bibir tipis milik Baixian.

"Apa ini sulit untukmu?"

"Apa yang kau bicarakan?"

"Menghadapi semua ini, apa sulit?"

Sehun kembali menghela nafasnya, sulit? Sehun tentu saja ingin mengatakan yang sejujurnya. Ya, semua begitu sulit, bahkan sejak awal semua terasa berat. Bayangan akan pelukan dan senyuman Baekhyun yang menyambutnya di hari itu, sirna. Senyuman? Alih – alih senyuman, Sehun harus dihadapkan dengan tangisan, dan teriakan dari kekasihnya, dan... Baixian.

Sehun masih mengingat betul, hari dimana dirinya merasa menjadi seorang pria paling bahagia karena akan bertemu dengan kekasih mungilnya setelah sekian tahun terpisah, bayangan – bayangan akan senyuman, pelukan, dan tangisan haru memenuhi relung otak Sehun semalam sebelumnya, membayangkannya saja membuat pria sedingin Oh Sehun menyunggingkan senyuman manisnya sepanjang malam.

Tapi, semua sirna. Sehun merasa ditampar sekali lagi oleh kenyataan pahit dalam hidupnya. Hari itu kembali, Baixian kembali. Sehun harus kembali dihadapkan dengan sisi gelap dari kekasihnya. Sehun tidak pernah membayangkan dirinya akan dihadapkan kembali dengan tangisan pilu dan cairan – cairan dalam jarum suntik yang siap dia berikan kepada kekasihnya.

"Jika memang sulit, ku-"

"Jangan."

"..."

"Jangan lanjutkan apapun yang akan kau katakan Baixian."

"Kumohon berhenti me-"

"Kumohon jangan."

Sehun bersimpuh dihadapan Baixian, menggenggam erat jemari mungil itu. Sehun tidak ingin mendengar kalimat itu, kalimat yang memintanya untuk menyerah. Hatinya sakit ketika mendengarnya, seolah – olah semua usahanya sia – sia begitu saja.

"Kumohon jangan Baixian. Sejak awal aku sudah memutuskan untuk mencintaimu, dan akan selalu seperti itu, jangan mencoba memintaku menyerah. Aku... aku benar – benar tidak ingin mendengarnya darimu."

Genggaman Sehun semakin erat, pria albino itu menunduk, menyembunyikan air mata yang entah sejak kapan menggenang di pelupuk matanya. Semua terasa semakin berat bagi Sehun, keputusasaan Baixian seperti tamparan keras bagi Sehun.

HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang