Bab 5

2.7K 160 11
                                    

"Aduh kalo bukan karena terpaksa gua males banget buat ikut lomba."

Eh tapi kan sayang dong kalo ga ikut lomba, gua udah latihan panas-panasan tapi masa ga ikut. oke pokoknya mulai sekarang gue ga boleh ngeluh tentang lomba yang akan datang sebulan lagi batin Tasya saat mengingat latihan tandu panas-panasan.

Tiba-tiba nada dering telepon berbunyi di ponsel milik Tasya, buru-buru ia menyambar ponselnya dan menggeserkan jarinya dari arah kiri ke kanan yang artinya telepon sudah tersambung.

Tasya membuka suara terlebih dahulu "Halo."

"Tasya" kata seseorang di sebrang sana.

Kayak suara laki-laki batinnya kemudian ia langsung melihat nama di layar ponselnya yaitu 'Gilang'.

Ah ya ampun, tau gitu ga gua angkat tadi sesal Tasya.

"Kenapa?" Tanya Tasya dengan malas.

"Lo masih marah sama gua?" Tanya Gilang.

Hening, hanya suara angin berhembus dan suara detak jantung di ponsel milik mereka berdua. Tasya tidak menjawabnya tapi Gilang masih setia menunggu jawaban itu.

Tasya menarik napas panjang sebelum akhirnya menjawab "engga."

"Tapi kenapa lu terus ngejauh dari gua?" Tanya Gilang tidak percaya.

"Ngejauh? engga si, perasaan lu aja kali" jawab Tasya.

"Jujur aja Tas kalo emang lu marah sama gua" Ucap Gilang.

"Lang gua nggak marah sama lu" ujar Tasya.

Sebelum Gilang menjawab tapi Tasya sudah menyelanya terlebih dahulu "Lang gue di panggil Bunda, jadi gua tutup dulu ya teleponnya. Dah" kata Tasya mengakhiri secara sepihak.

Ah Gilang nanya gitu mulu malah bikin gua tambah kesel, lagian sebenernya kan yang salah dia tapi dia malah nanya-nanya mulu gua marah apa engga kalo emang pekaan mah pasti dia tau tanda-tanda gua marah. Masa udah sahabatan lebih dari 7 taun tapi ga ngerti-ngerti juga batin Tasya kesal.

"Udah ah dari pada gue kesel terus mending gue nulis diary" kata Tasya lalu berjalan ke arah tumpukan buku di meja belajarnya dan mulai menuliskan kejadian-kejadian yang ia alami dari tentang keluarganya, kelasnya bahkan masalah dia dengan Gilang.

Iya, Tasya adalah gadis yang menyukai hal menulis bahkan Bundaya sering banget membelikannya buku untuk ia menuliskan diary. Dari mulai buku catatan kecil hingga besar dan dari mulai harganya yang sangat murah hingga yang sangat mahal.

Setelah beberapa jam ia menuliskan semua cerita hidupnya di buku diary berwarna pink susu dengan tulisan 'Tasya Indah Pratiwi' lalu Tasya melirik ke arah jam dinding berwarna pink susu yang di dalamnya ada fotonya sewaktu masih belum sekolah, TK, SD dan SMP (saat kelas tujuh).

Udah jam setengal sepuluh, besok masih sekolah. Gue tidur sekarang ajalah. Batin Tasya lalu melangkah ke kamar mandi untuk sikat gigi dan cuci kaki sebelum naik ke kasurnya yang bergambar kartun-kartun kesukaannya.

📚📚📚📚📚

Setelah ia menelepon Tasya sahabat kecilnya itu dan mendengar respons nya ada perasaan sedikit lega namun ada perasaan sedikit takut juga, takut kalau Tasya akan ninggalin Gilang gara-gara hal sepele.

Gilang bangkit dari kursi belajarnya lalu melemparkan ponselnya ke tempat tidur dan berteriak sedikit keras "AH!".

Rama yang menyadari sikap Gilang langsung heran dengan adiknya tersebut.

PMR vs PRAMUKA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang