3

210 34 2
                                    


Pagi ini,sengaja aku bangun lebih awal dan bersiap-siap lebih awal agar Koushi tidak lama menungguku, aku merasa sangat berhutang budi pada Koushi yang telah mau merepotkan dirinya hanya untuk menjemput dan berangkat sekolah bersama dengan gadis sepertiku.

Setelah menyelesaikan aktivitas di pagi hari, aku memutar roda kursi ku menuju ke teras rumah.
Aku belum melihat tanda-tanda Koushi akan datang menjemputku.

Beberapa saat kemudian,pemuda berambut silver itu terlihat menghampiriku dengan senyum ramah nya.

"Selamat pagi, Koushi," sapaku.

"Pagi, (Name)-chan. Nah, ayo kita berangkat," ajak Koushi seraya mendorong kursi rodaku setelah berpamitan dengan ibuku.

Hening menyelimuti di antara kami berdua. Aku tidak tahu caranya memulai percakapan, karena memang tidak ada topik penting yang harus dibicarakan.

"Hey, (Name)-chan," panggil Koushi.

"Ya?"

"Kemarin, Kageyama cerita padaku tentang dirimu, tidak aku sangka kalian saling mengenal," Koushi memulai pembicaraan.

"Ya, Kageyama-kun menolongku saat aku diejek waktu sebelum upacara penerimaan murid baru," jelasku. "Koushi, apa menurutmu aku ini pantas untuk dibela?"

"Tentu saja, (Name)-chan memang seharusnya dibela. Mereka yang mengejekmu bersikap seolah-olah mereka itu sudah sempurna," ucap Koushi. "Padahal yang namanya manusia itu tidak ada yang sempurna, jadi syukuri saja apa yang ada selama masih bisa melihat dunia dan menghirup udara, kau bisa merubah hidupmu menjadi lebih baik dari sebelumnya."

Aku mencoba mencerna kata-kata Koushi. Memang benar, tidak ada manusia yang sempurna, semua pasti punya kekurangan masing-masing. Tapi, kenapa aku ini dilahirkan hanya untuk dihina karena kekurangan ku?
Aku mengerti maksud perkataan Koushi barusan, selama masih hidup banyak hal positif yang bisa kita lakukan untuk mewarnai hidup kita. Sekali lagi, kenapa aku hidup dalam warna yang abu-abu? Warna ini sama sekali tidak punya makna yang dalam, hanya kehampaan yang melekat jelas pada warna abu-abu.

"(Name)-chan, apa nanti kamu mau pergi menonton latihan voli kami di gedung olahraga?" tawar Koushi."Kageyama juga ada disana, jika kau ingin lihat seperti apa hebatnya seorang Kageyama Tobio".

"Apa Kageyama-kun sangat hebat?" tanyaku.

"Ya, dia sangat hebat. Itulah yang kami pikirkan," nada suara Koushi tampak merendah. Tersirat rasa sedih dalam ucapannya barusan.

"Koushi, apa kau baik-baik saja?" tanyaku agak khawatir padanya.

"Aku baik-baik saja kok, (Name)-chan. Hanya saja, apa kau berpikir aku ini payah?" Koushi bertanya padaku.

"Tidak kok, Koushi tidak payah. Kau baik hati dan juga pandai bermain voli."

"Tapi, aku kalah hebat dengan Kageyama."

"Kalah hebat bagaimana?" tanyaku heran.

"Dia, dia sangat hebat dan jenius. Makanya dia mampu merebut posisi setter utama di tim voli," jelas Koushi.

Aku yakin, Koushi pasti sangat kecewa. Setelah ia bersusah payah sejak kelas 1, untuk menjadi setter utama Karasuno, namun adik kelas barunya malah merebut posisi setter utamanya.

"Menurutku, Koushi juga hebat kok," ujarku mencoba menghiburnya. Aku ingin sekali-kali membuat sesuatu yang berarti untuk Koushi.

Ia tidak merespon ucapanku. Tapi, aku bisa merasakan bahwa nafas Koushi sudah tidak tegang seperti tadi.

"Terimakasih ya, (Name)-chan," ujar Koushi akhirnya.

"Tidak apa, aku senang membuat Koushi bahagia, karena Koushi juga sudah banyak membantuku," ucapku tersenyum kecil.

MeaninglessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang