4

242 41 5
                                    


"(Last name)-san, nanti jadi nonton latihan kami, 'kan?" tanya Hinata setelah bel pulang sekolah berbunyi, namun di kelas 1-1 masih ada beberapa murid yang baru berkemas-kemas untuk kegiatan klub masing-masing.

"Tentu saja, Hinata-kun duluan saja," ucap (Name) sambil memasukan buku-buku pelajaranku ke dalam tas.

"Yakin enggak apa-apa?" tanya Hinata agak khawatir pada gadis di hadapannya itu.

(Name) mengangguk. "Iya, enggak apa-apa kok."

"Baiklah kalau begitu." Hinata pun berjalan pergi meninggalkan kelas dan menuju ke gedung olahraga untuk latihan voli.

(Name) tersenyum kecil melihat tingkah pemuda pendek tersebut. Selesai berkemas-kemas, (Name) memutar roda kursi rodanya keluar dari kelas.

Di luar kelas, Kageyama sudah menunggu (Name). Dia sudah mengenakan pakaian untuk latihannya.

"Kageyama-kun?" (Name) menatap pemuda berambut hitam tersebut.

"Ah, (Last name)-san." Kageyama menatap (Name). "Ayo, kita ke gedung olahraga bersama."

"Eh, i-iya," kata (Name) mengangguk setuju.

Kageyama tersenyum kecil, kemudian mendorong dengan pelan kursi roda (Name). Inilah saat yang ditunggu Kageyama, saat dimana ia bisa bersama (Name).

"Ne, Kageyama-kun," ujar (Name) sambil menundukkan kepalanya.

"Ya?"

"Apa menurutmu warna abu-abu itu bagus?" tanya (Name).

"Abu-abu?"

(Name) mengangguk.

"Tentu saja bagus," kata Kageyama. "Memangnya kenapa?"

"Jika menurutmu bagus, apa yang bagus dari warna yang tidak memiliki arti itu?" tanya (Name) lagi. "Karena kupikir hidupku ini seperti warna abu-abu, hampa, tidak memiliki arti yang penting."

"Menurutku tidak juga," ucap Kageyama. "Abu-abu, juga memiliki sisi indahnya sendiri. Anggun dan menenangkan, memang tidak terlalu terlihat mencolok, tapi abu-abu juga warna yang cantik."

(Name) terdiam, ia bingung apakah Kageyama mengatakannya tulus dalam hatinya, atau hanya ingin menghibur diri (Name).

"Kau tidak berbohong, 'kan?" tanya (Name).

"Tentu saja tidak, buat apa aku berbohong padamu?"

"Kageyama-kun... terimakasih banyak."

Kageyama tersenyum. Entah mengapa, jika bersama (Name), Kageyama bisa tersenyum dengan normal. Meskipun mereka berdua belum lama kenal, tapi Kageyama merasa bahwa ia seperti mengenal (Name) sejak lama, entah perasaan apa itu.

"(Last name)-san," panggil Kageyama.

"Ya?"

"Apa kau sudah lama mengenal Sugawara-san?" tanya Kageyama.

"Iya, aku dan Koushi sudah lama kenal, jadi wajar jika aku dekat dengan Koushi," jelas (Name) tersenyum kecil. "Memangnya ada apa?"

"Ti-tidak ada, aku hanya bertanya," ucap Kageyama. "Menurutku kalian berdua itu seperti sepasang kekasih."

"Hahaha, itu tidak mungkin." (Name) tertawa setelah mendengar penuturan Kageyama barusan. "Koushi itu terlalu sempurna untukku, mana mungkin gadis cacat seperti aku pantas bersanding dengan Koushi yang sempurna."

"(Last name)-san, apakah kau bisa berhenti merendahkan dirimu sendiri?" Kageyama mulai agak sedikit terganggu, karena (Name) terus saja menganggap dirinya sendiri sebagai sampah yang tidak berarti.

"Ehehe... aku terlalu sering menghina diriku sendiri, ya?" (Name) terkekeh garing. "Ya... memang inilah diriku, Kageyama-kun. Suka merendahkan diri sendiri dan pesimis dalam menghadapi sesuatu."

"Kau punya kelebihan tersendiri, aku yakin itu," hibur Kageyama.

"Hahaha, tidak mungkin! Sampah sepertiku tidak pantas memiliki kelebihan."

"Tidak, kau bukan sampah. Kau adalah (Last name) (First name)-san, dan aku menyukaimu apa adanya." Kageyama mengatakan apa yang ada di hati dan di pikirannya.

(Name) terdiam. Ia tidak percaya kalau Kageyama akan berbicara terus terang seperti itu. Ia juga tidak pernah menyangka akan hal itu.

"K-kageyama-kun..."

"(Last name)-san, aku me___"

"Ah, ternyata kau ada disini, (Name)!" Perkataan Kageyama terpotong oleh Sugawara yang berjalan mendekati mereka berdua.

"Koushi?" (Name) menatap pemuda berambut silver tersebut.

"Aku tidak menyangka kalau kalian berdua ini cukup dekat, ya?" kata Sugawara tersenyum lebar.

"Kami tidak sedekat yang kau pikirkan, Sugawara-san," kata Kageyama.

"Kageyama, kau sudah dicari Daichi, sebaiknya kau lekaslah ke dalam," ucap Sugawara sambil menunjuk gedung olahraga yang jaraknya tinggal beberapa langkah dari tempat mereka berdiri.

Kageyama mengangguk. "Aku mengerti, kalau begitu aku duluan ya, (Last name)-san dan Sugawara-san."

"Iya, Kageyama-kun." (Name) tersenyum kecil.

Kageyama pun dengan agak terpaksa meninggalkan (Name) bersama Sugawara dan pergi menuju ke gedung olahraga sendirian.

"Nah, (Name)-chan... tolong temani aku beli minuman," ajak Sugawara dengan senyuman khas nya.

(Name) mengangguk menuruti permintaan pemuda berambut silver tersebut.

Sugawara pun mendorong kursi roda (Name) dan mereka berdua pun menuju ke vending machine terdekat di area sekolahan.

"(Name) mau minum apa?" tawar Sugawara.

"Eh?" (Name) menatap bingung kearah Sugawara.

"Tenang, aku yang traktir kok." Sugawara tersenyum kecil.

"Terimakasih, Koushi. Kalau begitu aku ingin susu strawberry saja," ucap (Name).

"Baik." Sugawara memasukkan sejumah uang dan menekan salah satu tombol di vending machine tersebut, hingga keluarlah sekotak kecil susu strawberry. "Ini."

"Arigatou, Koushi."

"Sama-sama," balas Sugawara sambil melakukan hal yang sama seperti tadi, tapi dengan tombol untuk air mineral.

"Koushi," panggil (Name).

"Ya?"

"Apa kau baik-baik saja?" tanya (Name).

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Sugawara berbalik bertanya.

"Tidak, hanya saja kau terlihat kurang bersemangat."

"Apa iya? Mungkin sih." Sugawara menggaruk kepalanya dengan kikuk. "Aku hanya merasa tersisihkan saat latihan."

"Kenapa?" tanya (Name) penasaran.

"Yah, kau pasti tahu kalau dibandingkan dengan Kageyama, aku ini apa?" Sugawara tersenyum kecut. "Sejak ada Kageyama, aku hanya menjadi bayang-bayang di tim. Aku senang ada Kageyama yang memperkuat tim, tapi aku juga sedih karena aku tersisihkan dari tim."

(Name) terdiam sesaat, kemudian berkata. "Menurutku, Koushi juga hebat. Hanya saja mungkin pelatih melihat Kageyama lebih spesial darimu."

Senyum Sugawara perlahan mengembang, ia sedikit lega karena (Name) mengerti dirinya. "Aku akan melakukan yang terbaik^^."

"Berjuanglah!"

Tiba-tiba senyum Sugawara luntur saat mengingat kedekatan (Name) dengan Kageyama. 'Sekarang yang aku takutkan adalah ketika ada Kageyama di sampingmu, maka aku akan tersisihkan, bahkan kau lupakan begitu saja.'

"Koushi?"

To Be Continued
______________________________

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MeaninglessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang