Destiny 7

315 44 2
                                    


~~~Happy Reading~~~

.

.

.

"Aku harap kau menggenggam ucapanmu, Myung-ah. Pelakunya adalah Sungyeol..Ia adalah dalang dari semua ini"

'Dasar penjahat!!'

.

.

.

"Apa Hyung memiliki buktinya?"

"Tentu saja, aku tak mungkin mengatakannya jika tidak memiliki bukti yang kuat"

"Okay, Hyung. Kapan kita akan mengurusnya?"

"Nanti...Setelah semua pekerjaanku selesai, banyak yang harus aku lakukan. Kau sekarang temani Sungjong saja, aku akan menghubungimu lagi nanti"

"Ne, arraseo. Anyeong, Hyung"

PIP

'Tak akan kulepaskan kau' Batin Myungsoo.

Myungsoo yang telah menutup panggilannya bersama Hoya berjalan mendekat kepada Sungjong lagi lalu duduk di bangku di samping ranjang Sungjong.

"Siapa yang menelponmu, Myungie?" Tanya Sungjong kecil, ia sedaritadi penasaran dengan pembicaraan Myungsoo di telepon.

"Ahh..Itu, Hoya Hyung bilang bahwa kau tidak boleh sampai telat makan"

Myungsoo berkata sembari tersenyum. Jujur saja, berbohong itu bukanlah keahilan Kim Myungsoo, tapi tak mungkin kan ia mengatakan yang sebenarnya pada Sungjong.

"Hoya Hyung??Aihhh...Aku tidak akan melupakannya juga" Sungjong mengerucutkan bibirnya kesal.

"Jangan lakukan itu, kau terlihat semakin manis, Jongie"

Entah atas asal usul siapa, Myungsoo dengan santai mengatakan hal itu. Bukan hanya Sungjong, tapi Myungsoopun terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulutnya. Sungjong terdiam sembari menundukan wajahnya malu.

"E-eh..Bukan maksudku mengatakannya, Jongie-ah. Ahh.. Mianhae" Sesal Myungsoo.

"Ah..Aniya, gwe-gwenchana"

Setelah kalimat tersebut keluar, mereka berdua tidak bergeming. Mungkin terlalu malu untuk membuka obrolan kembali.

KRUCUK

KRUCUK

"Omo!"

BLUSH

Sungjong benar-benar tak menduga jika perutnya dapat mengeluarkan suara sebegitu kerasnya. Ia tahu, pasti Myungsoo mendengarnya. Ya Tuhan, Sungjong sangat malu.

"Ahahaha kau lapar, eum? Ayo kita sarapan" Tawa Myungsoo terdengar setelah mendengar geruntuan dari perut Sungjong.

"N-ne..A-arraseo"

"Hei.. Sudahlah, tak apa. Kau sangat lucu, Jongie" Ucapan itu membuat Sungjong kembali tersentak.

"Eyy..Sepertinya diriku terbiasa dengan kalimat-kalimat itu, Jongie-ah." Tambah Myungsoo.

"Ne?"

"Akhh..Sudahlah, dimana sarapanmu? Apa Perawat belum mengantarkannya?" Sunjong hanya menggelengkan kepalanya pelan. Imut, itu yang terlukis di pikiran Myungsoo kala melihat Sungjong.

"Ahaha okay...Aku akan membawakannya untukmu. Sebentar yaa"

Sungjong hanya menjawabnya dengan anggukan kecil, setelah itu Myungsoo beranjak menuju keluar ruang rawat Sungjong.

BLAM

"Akhh...Asshh" Rintih Sungjong pelan.

Ia menopang kepalanya dengan kedua tangannya, seketika sekelebat banyangan muncul perlahan-lahan layaknya sebuah film yang diputar. Sungjong dapat melihat sekelebat wajah Myungsoo yang sedang tersenyum padanya, suara Myungsoo yang memanggilnya, dan beberapa sentuhan dari Myungsoo. Seperti, tangannya yang menggenggam tangan Sungjong, tangannya yang mengelus pucuk kepalanya, dll. Namun, semakin banyak bayangan yang terlihat, sakit yang menjalar semakin menjadi.

"Akhhh! Appoo...Asshh"

CKLEK

"AKKHHH!!"

DEG

"YaTuhan, apa yang terjadi, Jongie-ah?"

"Myungiee...Akhh Appoo-yeo"

Myungsoo yang baru saja masuk dan mendengar teriakan Sungjong langsung meletakan nampang makanan Sungjong diatas meja. Ia berlari keluar kamar dan meneriaki uisa dan juga perawat, tak lama uisa beserta perawatnya berdatangan kedalam kamar Sungjong dan mulai memeriksannya.

"Ya Tuhan, ada apa dengannya?" Runtuk Myungsoo sembari menatap sedih Sungjong yang masih mengerang kesakitan.

"UISA...AKHH NEOMU APPAA"

"Tenangkan dirimu dan berhenti untuk mencoba mengingatnya, Lee Sungjong"

"ANIYA...AKU TIDAK BISA, AKHH!"

"Perawat Oh, tolong suntikan obat bius"

"Ne, Algeuseumnida"

Myungsoo yang melihat sang sahabat disuntikan obat bius itu meringis pelan, sungguh tak tega dirinya melihat sahabat kesayangannya menderita seperti itu. Sungjong yang telah kehilangan kesadarannya tertidur nyenyak.

'Ini semua salahku, maafkan aku Jongie'

"Maafkan saya, Tuan Kim. Saya tidak mungkin membiarkan Tuan Lee terus kesakitan seperti tadi, jadi..-/ Aniya...Gwenchana, aku juga tidak tahan melihatnya berteriak kesakitan, jadi sebenarnya ia kenapa?" Potong Myungsoo.

"Saya rasa ia berusaha untuk mengingat masa lalunya, karena otaknya yang belum kuat ia mengalami kesakitan seperti tadi. Saya sarankan untuk menahannya mengingat masa lalunya, karena masa lalunya masih dapat dipulihkan. Walaupun hanya atas kehendak Yang Maha Esa" Terang Uisa.

"Ne, Arraseoyeo. Aku akan berusaha sebaik mungkin menahannya, gamsha hamnida"

"Ne.."

Setelahnya, Uisa Kim keluar dari kamar Sungjong. Myungsoo menatap Sungjong sebentar lalu berjalan mendekat dan duduk di samping ranjang Sungjong. Ia menatap Sungjong dalam, sungguh sakit hatinya melihat Sungjong seperti ini.

TES

"Hiks..Jongie-ah..Maafkan aku, aku mohon maafkan aku. Aku...Aku sungguh bodoh, bodoh sekali diriku yang tidak melihatmu, hiks. A-aku sangat menyesal, Jongie-ah"

Myungsoo terus saja meneteskan air matanya sembari menggenggam erat tangan Sungjong yang semakin lama semakin mendingin.

TBC

Lama ya? Hehehe maaf ya...

Akhir-akhir ini sibuk:v Sama tugas kok. tau lah tugas kurtilas tuh segunug. Semoga belum lupa sama ceritanya.

Komennya yaa... 

#hhanie

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang