1. Alyandra Dwi Atmaja

39 10 3
                                    

Ada banyak hari yang aku hitung selama menunggumu kembali. Apa kamu juga menghitung berapa sisa hari sebelum kepulanganmu? - Alyandra.

🌸The Swear🌸

Alarm berlatar dandelion menggema di dalam kamar minimalis yang di cat dengan warna putih dan pink. Di dalamnya hanya terdapat beberapa benda yang sekadarnya terdapat di dalam kamar.

Cahaya matahari memaksa masuk melalui celah-celah gorden yang masih tertutup. Ingin menyapa sang makhluk dengan sinar hangatnya di dalam ruangan redup di bawah lampu temaram.

Terdengar suara pintu diketuk dengan keras dari luar. Suara ketukan yang saling berebut tidak ingin kalah dengan suara nyaring alarm dalam mendominasi kerapatan udara kamar.

"Dek?! Kalo gak mau bangun sekarang, seenggaknya matiin alarm dulu! Ganggu orang lain tahu!" teriak seseorang dari luar kamar.

"Alya bangun atau gak dapat jatah sarapan!" teriaknya lagi dengan sedikit mengancam.

"Kakak! Jangan teriak-teriak! Masih pagi!" terdengar teriakan melengking dari arah dapur membuat orang yang diteriaki tersebut menggerutui Mamanya sendiri yang suaranya justru lebih kencang darinya.

"Abisnya, Alya gak bangun-bangun. Udah Amy panggil-panggil dari tadi juga," Amy mendengus kesal. "Mana pintunya dikunciin segala, pengen banget dikatain anak perawan ya ini anak?" tambahnya.

Kemudian Amy kembali sibuk mengetuk pintu kamar adiknya.

Mau berusaha sekeras apapun Alya menghindar, suara gemuruh dari luar kamar pasti akan melebihi kapasitas maksimum juga. Dengan usaha yang Alya miliki di pagi hari di mana supply tenaganya hanya berasal dari dua potong sandwich bakar yang diberikan gratis oleh Pak Manager di café semalam, itu pun harus dibagi dua dengan Alfin. Sangat tidak sebanding dengan waktu Alya bekerja yang diforsir sampai empat jam. Bayangkan, jam kerja yang harusnya hanya dua jam bertambah menjadi empat jam?

Ini semua salah Pak Manager yang tidak memberi jatah makan yang lebih untuk Alya dan juga karena pasangan pengantin baru yang sedang amat dilanda mabuk asmara. Semalam, berulang kali keduanya meminta Alya menyanyikan lagu romantis yang berbeda-beda untuk mereka. Membuat Alya kerap menggerutu di dalam hati dan berulang kali juga mendapat tatapan kesal dari Alfin yang menunggu.

Alya menyerah. Ia membuka matanya dan bangkit dari tempat tidur. Ia mendengus kesal. Dengan ogah-ogahan ia berjalan ke meja belajar dan mematikan alarm jam wekker yang sedari tadi menyala. Tentu dengan tanpa melihat ke angka berapa arah jarum jam menunjuk.

Alarm sudah menjadi santapan pagi untuknya jika ia begadang pada malam harinya. Dan Alya memang sengaja menaruh jam wekker-nya di atas meja belajar, agar ketika alarm menyala, maka ia harus berjalan untuk mematikan alarm dan kemudian tidak naik ke atas kasur lagi. Tapi terkadang trik yang satu ini tidak selalu berhasil karena Alya kerap kali bangun lalu tidur lagi. Jadi, alarm saja tidak cukup untuk dapat menghentikan masa-masa hibernasinya. Seperti halnya yang terjadi untuk hari ini.

"Udah dimatiin!" teriaknya sembari menutup mulutnya yang masih setia menguap, "emang sekarang jam berapa sih Kak?"

Padahal, sebagai manusia yang berpikiran normal pada umumnya, tanpa harus bertanya pun sebenarnya Alya harus sudah tahu jam berapa sekarang. Tidak mungkin kan alarm miliknya di set pada angka tertentu oleh jin dan semacamnya?
Mungkin Alya memang sedang dalam keadaan tidak normal alias masih ngantuk berat. Alya kembali merangkak ke atas kasur. Namun, jawaban dari Amy sontak membuat Alya melempar selimutnya ke lantai.

"Udah jam 6 lewat," sahut Amy.

Matanya membelalak, tidak ada lagi rasa kantuk sedikit pun yang menggerogotinya. Mungkin pikirannya sudah cukup normal untuk menyadari bahwa ia kesiangan. Ralat: terlambat masuk kelas di mata kuliah pertama.

The SwearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang