"ya lu gak bisa gitulah bro, lu kan tahu kondisi gue"sahut filsa seraya berjalan mendekati dayat
Ia bercakak pinggang, tak menerima dengan apa yang dilakukan dayat terhadap dirinya. Hari ini, seharusnya dayat bisa mengerti dengan apa yang terjadi pada filsa baru baru ini, namun nyatanya dayat selalu tak bisa mengerti hal apapun termasuk tentang keterlambatan filsa dengan alasan kesehatannya.
"gak, gue gak perduli"ucapnya pelan seakan benar benar tak perduli.
Dayat dengan santainya berkata seperti itu dengan alis yang sedikit dinaikkan ke atas, sedangkan filsa masih sekuat mungkin untuk menahan amarahnya mengingat kesalahannya dan dayat sebagai ketua kelas.
"ya lu toleransi dikitlah sama gue"ucapnya melas sambil mencoba meredamkan emosi yang tadi terkumpul
"gue kira lu udah baik-baik aja, jadi gak ada alasan buat gue perduli sama lu"
dayat berdiri, memberi senyuman tipis nan menjengkelkan kepada filsa. filsa hanya bisa menerimanya, menundukkan kepala dengan memikirkan mengapa jam tanggannya bisa salah.
Ia berjalan menuju tempat duduknya di pojok kiri bagian kedua. masih dengan pemikiran yang sama, ia benar-benar heran mengapa jamnya bisa salah seperti tadi
"bentar deh"ucapnya sambil mengangkat telunjuk tangannya menandakan ia mengingat sesuatu
"kemarinkan jam tangan gue dipinjam sama nuril, berarti...."
tak sampai ia sambungkan kalimatnya,filsa pun mencari keberadaan nuril. 5 menit berlalu filsa tak kunjung melihat nuril, ia pasrah lalu kembali duduk di tempatnya. Beberapa menit kemudian nuril datang dengan rambut yang acak-acakan,baju dikeluarkan dan tanpa memakai kaos kaki.
Filsa tak perlu heran atau kaget,karena nuril memang seperti itu. walau sudah ditegur beberapa kali oleh dayat atau bahkan Ibu Suharni,sebagai wali kelas ia tetap sama saja. jika menurut kamu dayat adalah orang yang paling cuek terhadap apapun maka kamu salah,nuril lebih dari dayat, dia sangat keras kepala.
"alpa"ucap filsa spontan
"lu kali yang alpa, udah pukul 07:50 baru datang"jawab nuril ketus
"trus lu kemana?"tanya filsa
nuril tak menjawab hanya memilih untuk menatap filsa.
"nil, kemarin lu kan yang pinjam jam tangan gue?"tanya filsa lagi dengan mengerutkan alisnya
nuril yang tadinya ingin berjalan lantas berhenti, ia menatap lagi filsa sebentar dan berbisik. awalnya filsa menjauh namun nuril menggeleng mengartikan bahwa dia tak ada niat untuk berbuat yang macam-macam kepadanya.
"fian,suruh gue kemarin"bisiknya
filsa bergidik tajam,menanyakan apa maksud dari perkataan nuril
"dia takut lu kenapa-napa kemarin, takut pingsan katanya. makanya dia sengaja ngelambatin jam lu"jelas nuril
filsa tersenyum tipis namun hanya sebentar
"emang ya, kalau udah gengsi susah banget ngelepasinnya"gumam filsa
beberapa menit kemudian yudha datang, menanyakan filsa kepada dayat. siswa-siswi yang ada di kelas XI IPA 4 bersorak ria melihat kedatangan yudha yang mencari filsa.
Dayat menunjuk ke arah filsa tepat pada tempat duduk paling belakang barisan kedua ujung kiri, yudha mengikuti arah kemana telunjuk dayat.
"oke makasih bro"ucap yudha setelah mendapati filsa yang tengah berbica dengan temannya di depan lalu ia menepuk pelan bahu dayat dan dayat hanya mengangkat jempolnya
"fils"panggil yudha lembut
"ya yud"ucap filsa seraya menoleh ke arah yudha.
yudha terdiam, menatap kedua bola mata filsa yang sayu dan menggenggam tangannya. awalnya ia berniat untuk melepaskan karna mungkin telah lancang kepada filsa pikirnya, namun niat tersebut ia urungkan.
"gimana keadaan kamu sekarang, sehat?"tanya yudha lalu duduk di kursi yang kebetulan kosong didekat filsa, filsa hanya memutar bola matanya bosan dan mencoba melepaskan genggaman tangan dari yudha namun tak berhasil.
"kamu tahu gak?"tanya yudha lagi dengan sedikit merapikan posisi duduknya dan lebih mencondongkan mukanya ke arah filsa, filsa pun ikut memperbaiki posisi duduknya dan sedikit menjauhi yudha.
ia mengangkat kedua bahunya seraya menggelengkan kepalanya.
"ternyata berharap kepada manusia adalah suatu hal yang paling menyakitkan"
filsa terdiam, berusaha mencerna arti dari tamparan kalimat yudha, genggaman yang tadi ia tak bisa lepaskan kini telah berhasil . jari telunjuknya mengetuk pelan meja dengan terus menerus, ia sangat tegang saat ini
"maaf kalau ganggu, aku pergi dulu ya"bisik yudha
filsa menatap kepergian yudha, melihat setiap derap langkahnya. kini ia lemah, rasanya ia adalah manusia yang paling jahat.
"soal perasaan bagaimana aku bisa paksakan, seharusnya kamu mengerti. pada akhirnya kamu akan tetap tersakiti"gumam filsa
fian melihat semua apa yang terjadi termasuk ketika yudha berbisik pelan di telinga filsa. ia sakit, tetapi tetap saja dia selalu bisa menyembunyikan perasaannya.
jangan lupa vote dan komen genss. Semoga selalu suka sama cerita aku yaaa♡
Follow my ig @caturputrim
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Senja dan Pelangi
Teen FictionDwi Filsa Raniah berada dalam keluarga yang tidak cukup rukun. Ayahnya tidak menyukai abangnya yang selalu memainkan hati perempuan. disamping itu, kisah percintaan filsa cukup rumit, ia selalu dekat dengan banyak lelaki sehingga tidak heran jika di...