TULI DAN BUTA

1.7K 50 2
                                    

Jika aku biarkan kamu itu kasar dan memilih pergi, maka biarkan aku memilih tuli dan buta

OOOO

Nuril mendekat "lu gak cemburukan?" fian tersenyum pelan lalu melihat ke arah filsa, filsa yang tadinya sedang asik berbicara dengan lisha tiba-tiba berhenti.

"lu lucu ah"ucap fian ketus

"kalau suka gak usah gengsi"kata nuril

Fian pun bangun dari tempat duduknya, ia tak ingin membahas lebih lanjut tentang perasaan di tempat umum apalagi di sekolah. Nuril hanya terkekeh melihat tingkah fian yang masih terlihat seperti anak kecil sedangkan filsa ingin sekali tahu tentang pembicaraan tadi langsung berjalan ke arah nuril.

"stop, lu gak perlu tahu"ucap nuril menganggkat tangannya seolah memberi arti kepada filsa untuk berhenti melangkah. Filsa mengangguk. mengumpat diri dengan sejadi-jadinya karena secara tidak langsung dia telah mempermalukan dirinya didepan nuril,teman dekatnya fian.

Kalau gak ada guru, belajar ^_^

-Ade Dirgantara

filsa tersenyum melihat isi pesan dari Ade, kakak kelas yang sudah dulu dekat dengannya.

Belajar itu umum, termasuk belajar untuk menyembuhkan luka. He he he

Dwi Filsa Raniah

lisha tiba-tiba datang, melemparkan senyumannya yang begitu manis. Filsa pun dengan cepat mengembalikan ke layar handphonennya dan menyembunyikannya di belakang punggungnya seraya membalas senyum lisha.

"gue pinjam handphone lu bisa?"tanya lisa sambil mengulurkan tangannya.

filsa bingung harus bagaimana "mau ngapain?"tanyanya balik. Filsa terlihat gugup, kali ini ia benar-benar tidak bisa mengontrol sikapnya.

"udah ah"akhirnya mengambil paska handphone filsa yang ia sembunyikan dibalik punggungnya.

"ini nomor alfi"ucap lisha seraya menyodorkan kembali handphone filsa. Filsa diam, bingung dengan sikap lisha sekarang.

alfi adalah adik perempuan fian, sekarang ini alfi menduduki kelas 9 di SMP GARUDA. Sedangkan angga adik fian yang paling kecil baru berumur 7 tahun. ya, fian memiliki 2 adik saja.

Filsa masih terdiam, berpikir keras mengapa lisha menyimpan nomor alfi di handphonennya. Lisha membuang nafasnya sembarang, memutar bola mata bosan.

"gak usah pura-pura deh, gak usah terima kasih juga. Gue tahu yang lu butuh sekarang"sambung lisha

Filsa pun mengambil handphonenya kasar lalu pergi ke tempat duduknya.

"tinggal 5 menit lagi"kata filsa yang tak sabar menunggu jam istirahat. Filsa adalah tipe perempuan suka makan namu tidak gendut-gendut.

Filsa memainkan handphonenya dan menemukan satu pesan dari kak ade

Ha ha ha. Udah bisa bilang kayak gitu ya sekarang. Udah pintar.

Ade Dirgantara

filsa tertawa pelan namun memutuskan untuk tidak membalasnya.

"fils, ke kantin yuk"celetuk lisha tiba-tiba.

Filsa tersentak "eh, emang udah istirahat?"tanyanya bingung

lisha mengeluh, membuang nafas pelan "kuping lu taruh dimana sih"ucapnya sambil bercakak pingangg. "yaudah yuk"sambungnya seraya menarik tangan filsa.

***

Jarak antara kelas filsa dan kantin tidak terlalu jauh hanya perlu waktu dua menit untuk mereka tempuh, selain itu juga berjalan ke kantin harus melewati kelas XII.

Filsa mendongak mendapati ade yang sedang tersenyum lepas melihatnya, filsa pun ragu-ragu membalasnya takut salah perkiraan. Tiba-tiba yudha datang,menarik tangan kanan filsa lalu menggenggamnya. Filsa kaget dan ade melihatnya, pelan-pelan filsa melepaskan genggaman yudha.

"ruas jari kamu sama ruas jari aku itu gak cocok, jadi gak usah genggam"jelas filsam lembut. lembut tapi menusuk.

Yudha berhenti, mengangguk seolah paham dengan apa yang dikatakan filsa. Entah kapan filsa mulai berani yang jelas kini ia berbeda di mata yudha tetapi tetap saja yudha suka.

Filsa tak menghiraukan yudha, ia tetap memilih terus berjalan bersama lisha

"Hati kamu kenapa? sedang retak? kata-kata kamu tadi mungkin kasar untuk orang lain tapi aku tuli,selalu saja menganggap perkataan kamu indah. Perasaan kamu dimana? kenapa lebih memilih untuk terus berjalan? saat ini, aku menganggap aku sedang buta, tak melihat apa yang lakukan padaku. Walaupun terlihat jahat, tak apa aku selalu menganggapnya baik"

bathin yudha

Filsa dan lisha telah sampai di kantin. "Rame lagi"bathin filsa. Lisha dan filsa pun memilih makanannya masing-masing lalu membayarnya, setelah itu tangan filsha ditarik oleh nuril.

"eh liat ada si tempe"cibir nuril. Nuril memang seperti itu, selalu saja mengganggu filsa setiap hari baginya itu wajib.

"gue gak suka tempe"jawab filsa ketus dan melepaskan tangannya kasar

Fian yang melihat kejadian tersebut hanya tersenyum miring, filsa yang melihatnya pun semakin sakit. Dia tidak sekalipun membantu filsa, melarang nuril mengganggunya. walaupun bukan fian yang berulah tetapi tetap saja dengan dia berdiam diri semakin melukai hati filsa. Filsa pun langsung pergi, tak ingin mendengar kata-kata selanjutnya yang keluar dari mulut nuril, lisha yang melihat filsa pergi pun mengikutinya.

Lisha hanya mampu melihat filsa dan tak berani bertanya tentang apa yang terjadi. Wajah filsa merah, dadanya terasa sesak dan tangannya ia kepalkan serta langkahnya sedikit lebih cepat.

"kalau dia berani ganggu gue lagi, benaran gue tampar"ucap filsa menahan amarahnya

"kontrol fils"kata lisha ketakutan

Filsa berhenti. menatap lisha tajam. rasanya ia benar-benar ingin memakan lisha sekarang "lu gak liat kejadiannya. jadi, mending lu diam"jelas filsa dengan sedikit menaikkan nada volumenya. Lisha terdiam, mengangguk paham terhadap apa yang dikatakan filsa.

Setelah mereka sampai di kelasnya, amarah filsa masih membara terlebih ketika ia mengingat senyum fian yang membuat ia sakit, benci tapi cinta.

"lu seharusnya tahu, setiap orang itu punya rasa sakit. Dia gak mungkin terus berharap jika terus disakiti. Udah pasti gak punya peluanglah. Capek kalau tunggu orang yang gak mau ditungguin. percuma"gumam filsa





Antara Senja dan PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang