Part 1

86 8 2
                                    

Author pov

Sania berjalan dengan gontai menuju panti dimana ia tinggal selama ini, hari ini sama seperti kemarin. Sudah puluhan tempat ia datangi untuk melamar pekerjaan,namun tak ada satupun yang mau menerimanya karena melihat ijazah yang ia miliki hanya sebatas lulusan Smp.

Apa yang harus ia katakan pada ibu panti ?
Bagaimana nasib semua adik-adiknya dipanti?

Sampai didepan panti sania memandang bangunan itu dengan hati perih. Tempatnya berlindung selama ini sudah terlihat sangat tak layak,pintu yang sudah terlihat rapuk,beberapa jendela  sudah pecah,ada beberapa atap yang jebol.

Sudah beberapa tahun ini panti itu tidak mendapatkan donatur,sehingga membuat Ibu Gading sebagai pemilik panti bekerja sendiri menghidupi seluruh anak-anak panti. Hal itulah yang membuat Sania memutuskan untuk berhenti sekolah,ia tidak ingin memberatkan ibu panti.

Mengingat ibu gading berjualan kue keliling pasar membuat hati Sania terasa sakit, selama ini dibesarkan olehnya dan ia belum bisa memberikan sesuatu yang dapat membahagiakan ibu Gading.

Sampai saat ini pun ia masih belum mendapatkan pekerjaan. Ia ingin sekali meringankan sedikit beban Ibu Gading.

Sania menghelakan nafasnya lalu ia mengetuk pintu panti.

Saat pintu terbuka terlihatlah Ibu Gading sedang memegang gagang pintu.

"Sania.."ucap bu Gading

"Maafkan sania bu"ucap sania sesal dengan memeluk bu gading.

"Sania belum juga mendapatakan pekerjaan bu"ucap sania lagi dengan sedih.

Dengan penuh sayang bu gading mengelus pundak Sania
"Masih ada hari esok nak,jadi kau tidak usah bersedih"ucap Bu Gading berusaha menenangkan Sania.

"Ayo kita kedalam nak,adik adikmu sudah menunggu didalam"ajak bu Gading dengan senyumannya.

Sania langsung menganguk dan menghapus air matanya.

Mereka berdua berjalan bersama menuju ruang makan.

"Kak Sania......"teriak beberapa anak-anak saat melihat Sania memasuki ruang makan.

Sania langsung tersenyum saat mendengar teriakan mereka.

"Ayo kak duduk sini disamping aku"ujar dani kepada Sania.

"Iihhhh dani kak Sania itu maunya duduk disamping aku"ucap Thalia

"Kak sania samping aku"ujar Galuh

"Samping aku pokoknya"ujar Dani tidak mau kalah.

Mereka bertengakar memperebutkan Sania,sedangkan yang direbutkan hanya tersenyum memandang mereka.

Ini lah penghapus segala duka Sania yang sangat mujarab.

"Sudah-sudah kalian tidak usah bertengkar"ujar bu Gading menengahi mereka semua.

"Kak Sania duduk disamping ibu saja,jadi kalian tidak usah bertengkar lagi."perintah Bu Gading.

Sania tersenyum pada Bu Gading.

Lalu mereka semua makan dengan hikmat dan penuh rasa bahagia. Walaupun apa yang mereka makan hanyalah lauk sekedarnya namun mereka semua sangat bersyukur dengan apa yang mereka miliki.

Saat mereka semua selesai makan malam dan mencuci semua piring , Sania pamit kepada Bu Gading dan Adik-adiknya untuk pergi ke kamar nya.

"Bu adik-adik Sania ke kamar dulu ya"ujar Sania langsung dijawab anggukan kepala oleh mereka.

Sania melangakah memasuki kamarnya. ia duduk dimeja belajarnya yang dekat dengan jendela dan membuka laci lalu ia mengambil sebuah buku dari sana.

Buku berwarna merah muda yang terlihat usang. Yang selalu menemaninya sepanjang hidupnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tears LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang