Our Love Song

14 2 1
                                    

Alina menyusurkan pandangan pada dinding berwarna pastel itu dan baru menyadari ada sesuatu yang berbeda, “Gue gak inget punya foto diri sendiri sebanyak ini. Dan semua foto gue sama Arrel pun udah ada di dalam album. Tapi ini-“ gadis itu menjatuhkan jemarinya pada potrait-potrait yang samar dia kenali.

“Sebelum lo pergi, gue telat nunjukin ini semua ke lo. Ini hasil potrait Arrel. Sebelum operasi dia nyuruh gue nyiapin ini semua sebagai hadiah selamat atas kelulusan ujian nasional lo dengan hasil yang memuaskan.” Reynan memperhatikan lagi potrait-potrait itu. Hasil karyanya memang bisa diakui dalam menata ruang.

“Tapi setelah ujian, lo malah pergi dari rumah. Ngilang entah kemana tanpa mau balik dulu kesini. Gue jadi tersiksa sama hutang selama enam tahun ini gara-gara lo, Le.”

Alina sudah berlinang air mata. Sakit itu masih ada, perasaan tak tuntas yang begitu menyesakkan masih terasa menyakitkan. Amat menyiksa sampai benar-benar mencekik saluran udaranya hingga kehabisan napas.

“Oh ya! Arrel juga nitipin sesuatu. Katanya harus lo tonton pas di acara kelulusan. Dan lo ga usah nanya kenapa harus begitu karna gue gak tau jawabannya. Tapi yang gak gue ngerti, tuh anak dapet ide sebrilian ini dari mana coba? Untuk ukuran anak smp you know, bikin potrait candid sebanyak ini? Antara kerajinan dan kurang kerjaan banget tapi mengingat dia seorang Geovano dengan tekat dan sifat pantang nyerahnya tentu aja gak mustahil.”

Reynan menyerahkan sebuah USB pada Alina,"Sekarang hutang gue lunas. Dan gue harap setelah ngilang selama enam tahun sedih itu sudah pergi tanpa perlu lo ungkit untuk menyakiti." Dan meninggalkan gadis itu sendirian yang menyisakan Alina dengan senyum miris.

Alina mencari laptop kesayangannya dan langsung saja membuka isi dari tiap folder yang ada di USB itu.

Dari tujuh folder sudah lima folder kosong yang dia buka, dia ingat Arrel selalu mengejeknya gadis gaptek dan hinaan itu cukup mengenai harga diri seorang Alina. Dia sudah mempelajari segalanya tapi tetap saja seorang Arrel memang selalu bisa membuat Alina bingung.

“Kalo gue salah buka folder lagi pasti USBnya bakalan nge erase sendiri. Gue inget dia pernah nunjukin itu. Arrel keterlaluan.” Akhirnya dia menimbang dan memilih salah satu dari folder itu. Dan sangat mengejutkan bahwa pilihannya benar.

Disitu terdapat sebuah video dan album elektronik. Alina membuka album itu terlebih dulu, dan disana lah potrait dirinya dalam segala pose, angle, dan selalu bersama dengan Arrel yang memasang beragam ekspresi aneh.

Alina semakin di buat bingung di foto terakhir dalam album itu. Itu adalah foto pemakaman Arrel dan berlanjut pada fotonya selama enam tahun ini.
“Yang ini pasti kerjaan kak Reynan atau kak Radhitya.”

Berikutnya dia beralih pada video.

Detik pertama hanya ada layar hitam yang tak menampakan apapun.

Kedua

Ketiga

Keempat

Kelima

Keenam

Ketujuh

Kedelapan

Kesembilan

Kesepuluh

“Ini batas kesabaran gue, Arrel!”

“Hahahahahaha.”
Alina baru saja akan menutup laptopnya jika saja tawa dari layar itu tidak berhasil mengejutkan Alina, jika satu detik lagi saja video itu masih menunjukkan layar hitam seperti tadi semuanya akan kembali pada penyesalan.

Ehem- jangan ngambek dulu dong~ lo tuh harus lebih sabaran Le. Kalo gak bisa sabar, lo gak bakalan tau apa aja yang lo lewatkan saat lo memalingkan wajah.”  Cowok itu tersenyum tipis, dengan wajah pucat pasi dan benar-benar terlihat lemah.

[SONG FICTION] A L I N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang