The Truth

12 2 0
                                    

Genap seminggu Alina tidak masuk sekolah dan hari ini adalah hari pertama ujian nasional. Sebenarnya Alina sedang sangat amat kesal pagi ini dikarenakan Reynan yang seenaknya mengizinkan gadis itu untuk istirahat total selama seminggu. Padahal menurut ayah mereka cukup tiga hari saja gadis itu bisa kembali ke aktivitas biasanya.

“Bang Reynan emang niat ngerjain gue aja pasti! Abis ini gue bikin perhitungan, bodo! Dia keseringan ngatain gue bego tapi sendirinya gak ngaca. Mana ada orang kena demam ringan izinnya seminggu? Ish!”

“Alinaa~” Teriakan asing itu menyambangi pendengaran Alina. Bahkan tidak ada yang berani memanggilnya selantang itu kecuali memang mereka benar-benar berniat terkena lemparan sepatu yang Alina pakai-apalagi dengan nada semanja itu?

Gadis itu mencari asal suara hingga muncul lah si primadona sekolah, Attyra Valerie Azalea, atau yang akrab di panggil Ava.

Alina pun bergegas untuk pergi namun cewek itu terus mengekorinya. “Apaan?” Alina berhenti sambil berkacak pinggang. Pasalnya Alina tipe anak pendiam yang selalu taat aturan. Melihat Ava yang memakai rok lebih pendek dari ketentuan dan memakai kaos kaki berwarna yang jelas dilarang sekolah itu membuatnya risih. “Buruan. Gue masih banyak urusan.”

“Ya elah gue cuma mau minta maaf buat seminggu yang lalu. Sebenernya sih yang salah si Naira tapi sahabat gue yang satu itu emang rada gede gengsi, so gue yang dia suruh minta maaf. Oh ya tolong bilangin Arrel juga kalo misalnya dia sampe luka parah tolong kabarin gue, biar gue yang ganti biaya rumah sakitnya.” Ava menyengir sementara Alina jelas sangat bingung. Selama seminggu dia sakit, seminggu juga dia tidak mendapatkan kabar dari Arrel. Dan Arrel terluka parah?

“Maksud lo apa, va?”

Senyuman di wajah cantik Ava perlahan memudar bergantikan raut bingung gadis itu, "lah lo gak tau?"

☆☆☆☆☆

Bila habis sudah waktu ini
Tak lagi berpijak pada dunia
Telah aku habiskan sisa hidupku hanya untukmu

Dan tlah habis sudah cinta ini
Tak lagi tersisa untuk dunia
Karna telah ku habiskan sisa cintaku hanya untuk mu

Hidup dan matiku

(Surat cinta untuk starla_Virgoun)

Langkah tergesa berderai di selasar gedung bernuansa putih itu. Sementara dentingan alat penujang kehidupan berdenyut lemah. Pintu yang terbuka dan tertutup itu membawa pergi separuh napasnya.

Hingga lengkingan panjang memecahkan isakkan. Membuat semuanya merasakan duka mendalam akan kepergiannya.

“Pasien atas nama Arrelino Geovano, dinyatakan meninggal dengan waktu kematian Senin, 2 mei 2016 pukul 00.15 pagi, penyebab kematian kegagalan kerja jantung.”

Alina meluruh di samping pintu ruang operasi, dia terlambat dan amat menyesalinya. Kedatangannya tak mendapatkan penjelasan apapun.

Semua kejadian yang dia dengar berputar kembali, menari-nari seolah menertawakan kelalaiannya menyadari semuanya.

Keterlambatannya yang membawa penyesalan tak bertepi.

“Arrel maksa minta gue buat ngajarin dia dasar-dasar muay thai, dan lo tau? dia sampe babak belur. Bahkan dia sampe pucet banget dan bibirnya sampe biru gitu, gue gak ngerti si kenapa."

Gadis itu berhenti saat melihat tatapan hampa dari Alina, dan kembali melanjutkan,"Setelah gue paksa, dia baru mau berhenti dan dia ngejelasin semuanya. Dia mau belajar sama gue karna dia mau gue bebas mukulin dia supaya dia gak terus-terusan merasa bersalah sama gue. Alasan yang selama ini gak bisa gue bilang ke lo. Dia punya alasan buat bikin gue patah hati karna dia ninggalin gue gitu aja, nanti lo pasti tau. Dan dia juga bilang dia mau bikin perhitungan sama Naira karna berani nampar lo, dan gue kaget banget sih ternyata dia liat semuanya waktu itu. Bahkan selama lo gak masuk dia rutin latihan sama gue, dan dua hari yang lalu dia beneran bikin perhitungan sama Naira dan lo tau peringaian seorang Samudra kalo menyangkut kesayangannya dia, Right? Sahabat lo itu bonyok karna kalah body sama Sammy tapi masih bisa nyengir kayak orang idiot. Nah semenjak itu dia gak masuk sekolah, lo tau kan dia dimana?”

Saat itu juga Alina histeris dan meminta tolong pada Ava untuk mengantarkannya ke suatu tempat. Alina tau bahwa Ava selalu membawa kendaraan karna ada saudaranya yang akan mengemudi. Gadis itu bahkan tidak perduli setelah menyeret Ava untuk menemui kembaran cewek itu dan memaksa mereka mengantarkannya ke satu tempat.
Satu-satunya tempat yang di kunjungin Arrel jika dia membolos sampai berhari-hari.

Rumah Sakit.

Alina memasuki ruangan tempat rawat inap dan menemui keluarga Arrel. Dan orang yang pertama menyambutnya adalah kakak dari cowok itu. Sahabat dari bang Reynannya, Henrico.

“Kak Rico-“ Alina sudah terisak didalam pelukan Henrico.

“Sst! Sst! Kamu jangan nangis dong, Le. Nanti kalo Arrel denger terus kebangun gimana? Dia masih butuh istirahat loh.”Cowok itu menepuk pelan bahu Alina dan membawanya untuk keluar ruangan.

“Kak.. Arrel.. Dia gak apa-apakan?” Alina menatap penuh harap pada Henrico untuk mengatakan jawaban yang diinginkannya.

“Arrel-“ Tiba-tiba panggilan panik dan bunyi melengking datang dari dalam ruangan rawat Arrel. Dokter langsung berdatangan dan tak lama ranjang Arrel di bawa keluar.

“Pasien mengalami kegagalan kerja jantung. Operasi harus dilakukan sekarang.”

Dan berita berikutnya yang dia dengar adalah kabar duka itu. Catatan terakhir ketika alat penunjang kehidupan itu tak menunjukkan tanda vitalnya. Detakan yang berhenti. Hembusan nafas terakhirnya. Dan hati yang dia bawa pergi.

TBC

[SONG FICTION] A L I N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang