Regrets

14 2 0
                                    

Enjoyy! :)

☆☆☆☆☆

Gadis itu sudah terduduk lesu di sofa rumah. Moodnya kian memburuk dari hari ke hari. Kembali mengingat mereka akan segera berpisah dan Ujian Nasional tinggal menghitung hari sementara kemajuan hubungannya dengan Arrel masih tahap jalan di tempat.

Seseorang menempelkan sesuatu yang dingin pada pipi Alina yang berhasil membuatnya terkejut, “Galau mulu lo mah Le! Si Arrel kenapa lagi? Gue heran deh, kok bisa ya bocah SMP yang mau ujian bukannya nge galauin pelajaran malah nge galauin cowok mulu?”

Alina melotot garang pada sosok bertubuh tambun yang selalu saja meledek dirinya. “Gausah sok ngurusin urusan orang! Pikirin aja tuh program diet lo yang tak kunjung membuahkan hasil! Lagian mana ada orang yang nge galauin pelajaran sih baang.” Gadis itu gemas sekaligus frustrasi pada abangnya, lumayan untuk melupakan kesedihannya sesaat.

“Tuh mulut ya, mau gue cabein hah?!” Cowok itu duduk disebelah Alina sambil merebut minuman yang tadi dia serahkan pada gadis itu. “Otak lo tuh pas-pasan, Le! Jadi jangan mikirin yang lain dan fokus aja buat bikin mamah dan papah bangga dengan masuk SMA negeri ternama, bukannya nungguin si Arrel nembak lo!”

“MAAAH! BANG REY RESEIN ALEEE!” Gadis itu berteriak heboh tapi yang di panggil tak kunjung datang. “Lah bang, ini orang-orang pada kemana? Mamah, Dela, Dera sama Bang Raditya?”

Cowok itu sudah sibuk mengganti channel tv tetapi masih sempat menjawab, “Bang Radit lagi bantu di sekolah eyang ya lo tau lah, terus mamah, Dela sama Dera lagi main ke tetangga.”

"Dan tumben lo gak ngerjain tugas kelompok di rumah temen?" Alina kembali bertanya yang hanya di tanggapin dengan gumaman dari pria berseragam putih-abu itu.

Getaran ponsel Alina mengalihkan seluruh perhatian gadis itu dari kakaknya yang sibuk sendiri. Apalagi setelah melihat nama notifikasi sms itu. Gadis itu bahkan sampai terlonjak senang dan menarik perhatian kakaknya.

“Pasti dari si Arrel, ya kan? Hellow! Earth is calling yaa Alina.” Reynan berkicau heboh menyadarkan Alina yang sedang tersenyum lebar seakan bibirnya bisa menyentuh ujung matanya.

“Sirik aja sih lo bang! Udah sana deh! Lo tuh kapan tobatnya si. Kurusin tuh badan biar cewek gak pada lari lagi atau ngedeketin lo cuma buat kenalan sama kak Raditya, bang Reynan ku tersayang!”

Gadis itu sudah melesat pergi ke kamarnya setelah mendengar makian abangnya, mengganti baju dan pergi keluar. Alina tidak sabar setelah mendapatkan pesan dari Arrel bahwa cowok itu ingin bertemu di taman komplek untuk membicarakan sesuatu yang penting.

Kurang lebih sepuluh menit untuk bersiap-siap dan lima menit berjalan kaki, gadis itu sudah sampai ditaman yang dijanjikan. Perasaannya benar-benar tak menentu sekarang.

“Arrelnya mana deh? Dia bilang tadi udah otw juga. Gue tunggu aja deh.”

Alina duduk disebuah bangku. Didekatnya, sepasang kekasih dan sebuah keluarga kecil sedang bermain menghabiskan weekend bersama.

Sang wanita dan pria. Ayah, ibu dan anak kembar. Dan tak jauh dari sana pun terdapat pasangan lansia yang sedang tersenyum memperhatikan hal yang sama dengan Alina-keluarga kecil tadi. Gadis itu bahkan mulai berani berkhayal ingin melalui semua tahapan hidup itu dengan Arrel. Menjadi sepasang kekasih, berkeluarga dan menua bersama dengan satu nama

Arrelino Geovano.

“Gue mikir apaan sih, ya ampuun! Sampe panas gini pipi! Haduuh!” Alina sibuk menetralkan debaran jantungnya sambil mengibas-ngibaskan tangannya kedepan wajah bahkan dirinya menjadi bahan perhatian orang-orang.

[SONG FICTION] A L I N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang