💡 Pisau dan Pohon

6.2K 211 4
                                    

'Pisau dan Pohon' merupakan salah satu kisah inspiratif yang menggambarkan pentingnya mengendalikan amarah yang bergejolak dalam dada kita. Aji adalah seorang pemuda bertemperamental buruk, seringkali ia
membentak istrinya tiada henti.

Setiap kali ada perkara yang menurutnya
tidak benar meskipun hanya sebuah masalah kecil dia akan langsung
menyalahkan sang istri dan memarahinya. Suatu hari ayahnya mendapati
keributan yang terjadi dalam rumah tangga anaknya itu. Beliau pun
memanggil dan mengajak Aji ke suatu tempat. Ternyata mereka tiba
disebuah pohon besar di pinggir danau. Si ayah menyerahkan sebilah pisau
dan menyuruhnya melemparkan pisau tersebut ke batang pohon di hadapan
mereka.
"Untuk apa...???" tanya Aji.

"Lakukan saja...!!!" perintah
ayahnya lagi.

Dengan acuh tak acuh Aji melaksanakan perintah itu. Dilemparkannya pisau ke arah pohon tersebut. Pisau itu hanya membentur
batang pohon dan terjatuh ke tanah.

"Ayah, jika engkau mengharapkan aku
mampu melempar pisau hingga menembus kulit pohon itu, engkau sama saja
dengan bermimpi. Seandainyapun aku ahli dalam melempar pisau, tapi tidak
bisakah kau lihat betapa tebalnya kulit pohon ini...??? Itu hal yang
mustahil aku lakukan."

Sama sekali tak terpengaruh dengan ucapan Aji .itu, ayahnya kembali menyuruh dia mengulangi melempar pisau.
Berulangkali All mencoba melempar pisau tersebut, pada awalnya ia
kembali gagal.. gagal dan gagal.. Tetapi sekali, dua kali ia akhirnya
berhasil menancapkan pisau di batang pohon yang besar tersebut meskipun
tidak begitu dalam.

Namun sang ayah masih belum puas, beliau masih meminta Aji untuk melanjutkan aksinya. Sementara Aji yang mulai
kehilangan kesabaran akhirnya tidak tahan lagi.

"Hey, orang tua. Aku
tidak peduli apabila dirimu adalah ayahku. Tapi aku sama sekali tidak
mengerti dengan keinginanmu, apa pentingnya pisau dan pohon ini hingga
aku harus menghabiskan waktuku di tempat ini...???"

"Dasar anak muda
jaman sekarang, melakukan hal sekecil ini saja tak becus. Berhentilah
menjadi sok jagoan jika melempar pisau saja kau tak mampu." tegur
ayahnya dengan suara lantang sembari mencabut pisau yang masih
tertancap. Aji benar-benar tidak bisa lagi mengontrol emosinya.

"Berikan pisau itu, akan aku buktikan betapa hebatnya aku. Tak ada hal yang tak
bisa aku lakukan...!!!" sentaknya marah dan kemudian dengan penuh amarah
di lemparkannya kembali pisau tersebut. Kali ini tidak diragukan lagi
pisau itu menghujam batang pohon begitu dalam.

"Kau lihat itu...!!!"
serunya menatap lelaki tua di hadapannya dengan tatapan menantang.

"Aku bisa melakukannya...!!!". Orang tua itu hanya tersenyum, sembari berjalan mendekati pohon itu ia berujar pelan,

"Kau benar, anakku, kau bisa melakukannya.", dengan mengeluarkan tenaga yang lumayan besar dicabutnya pisau dari pohon yang ternyata benar-benar tertancap kuat,

"Dengan luapan emosi seperti itu apapun bisa kau hancurkan, anakku...",
"Kemari dan lihatlah ini..." panggilnya. Aji yang mulai bisa mengatur emosinya kini hanya terdiam bingung sembari mendekati ayahnya.

"Apakah kau dapat melihat lubang yang ditinggalkan oleh pisau ini...???"
"Dapatkah kau melihat dalamnya kerusakan yang diakibatkan oleh lemparan pisau dikala engkau sedang marah...???" "Apakah menurutmu pohon ini akan
kembali seperti sedia kala...???", "Kurang lebih seperti itulah bekas
yang akan kau tinggalkan setiap kali engkau mengambil sebuah tindakan untuk melampiaskan amarahmu. Tidak akan menjadi masalah jika engkau melampiaskannya pada masalah-masalah yang mengakibatkan amarahmu muncul,
bila untuk mencari jalan keluar dalam mengatasinya.

Namun pernahkah kau berpikir luka seperti apa yang akan kau berikan apabila kau melampiaskan setiap amarahmu kepada seseorang...??? Seseorang yang mempunyai hati dan perasaan."

"'Maaf' mungkin bisa menyembuhkannya, tapi takkan pernah bisa menghapus bekas luka yang telah ditimbulkannya...!!!"

Karena pada dasarnya Nafsu itu adalah musuh terbesar bagi kita.

Kisah Inspiratif💡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang