Naira mengedarkan pandangan nya di sekitar kantin. Sudah 15 menit ia ditinggalkan Sharen ke toilet.
"Ah, Sharen nyebelin. Gue lagi PMS malah di gini in." dengus Naira, lalu ia duduk di kursi pojokan
Salah satu penenang di kala ia badmood karena PMS adalah piscok bu Endah. Ia harus melawan magernya demi piscok ter-enak seantero kantin.
"Bu, Naira mau piscok tape 5 sama original 5." ucap Naira bersemangat sambil memilih piscok yang terlihat besar dan berisi
"Yah tapi itu punya nak Rassya. Nak Naira mau nunggu?" mata Naira spontan melirik ke kiri, didapati nya Rassya yang juga menunggu dengan gaya cool khas nya.
"La-ladies first dong!" elak Naira
"Lo baru dateng!" sanggah Rassya tak mau kalah
"Pokoknya ini punya gue!" ucap Naira melotot
"Gue!" lawan Rassya
Naira mendengus kesal. "Yaudah, ambil tuh piscok nya. Sekalian sama bu Endah juga di beli. Bu, Naira gak jadi! Makasih!" ia meninggalkan Rassya dan bu Endah yang masih melongo melihat sikap Naira yang tak seperti biasanya
Rassya masih enggan berpindah dari posisi nya, ia terus melihat punggung Naira yang mulai menghilang karena terhalang tembok. Ia tersenyum tipis.
"Bu, saya ambil semuanya, ya!" seru Rassya, bu Endah pun langsung memasukan semua piscok ke dalam bungkusan dan memberikan ke Rassya
Naira butuh ketenangan. Ya, sekarang ia berada di danau sekolah yang amat cantik dan damai. Entah kapan sekolah nya ini memiliki danau buatan yang memiliki view yang sangat bagus.
Naira duduk di tengah jembatan yang menghubungkan kedua sisi danau dengan kaki yang menjuntai. Ia telah menyiapkan banyak batu yang ia curi di tanah
"Kenapa sih, kalo gue lagi PMS pada suka banget bikin kesel!" ia mulai melempar batu pertama nya
"Tadi di rumah, kak Bianca dan bang Zio, di sekolah si Sharen, terus Rassya! Ntar siapa lagi?" tambah nya dengan setengah berteriak
Tiing Tiing
SharenQ is calling..
"Bodo amat. Gak bakal gue angkat!" dengus nya, ia melempar batu sejauh jauh nya, seakan bisa membuang semua kekesalan nya hari ini
"Lagi marah?" suara berat nan khas ditelinga Naira terdengar di belakang badannya, ternyata itu Rassya bersama kantong piscok nya
"Ngapain lo kesini?" Naira sudah terlanjur kesal dengan orang yang ia suka itu, rasa gugup nya pun sudah hilang entah kemana
Rassya menyodorkan kantong kresek berisikan piscok tape dan original. "Nih, piscok."
"Udah gak pengen!"
"Mubazir kalo gak dimakan."
"Lah, itu kan urusan lo. Lo yang beli, harus nya lo yang makan!"
"Gue beli buat lo."
Blushing
Aigo kenapa gue harus blushing sih, Nai?
Naira melirik Rassya sekilas, lelaki itu asyik menatap hamparan danau yang indah
Dengan malu malu, Naira mengambil 1 piscok tape dan memakan diam diam
Rassya berdeham keras. "Makan nya gausah ngumpet juga." merasa Rassya menyinggung diri nya, Naira hanya nyengir tak bersalah
"Gue mau ke kelas." ucap Rassya dingin seperti awal, ia berdiri namun tak berjalan, seperti menunggu sesuatu
Sekilas, Naira melihat tangan Rassya terulur ke bawah, mengisyaratkan 'ayo ikut gue.' Naira mendongak, mata nya dan Rassya bertemu. Semakin dalam mereka bertatap, semakin banyak rasa yang berkecamuk diantara keduanya
Tangan Naira mulai mencengkram tangan Rassya, ia menjadikan lelaki itu sebagai tumpuan berdiri. Dan Naira berlari kecil agar jalan nya tak sejajar dengan Rassya
Tangan Rassya menggapai lengan mungil Naira, "Jangan kecepetan."
Naira hanya diam seribu bahasa, gugup nya sekarang kembali seperti biasanya. Lidah nya terasa kelu untuk mengucapkan satu kata pada Rassya.
Ternyata niat lelaki itu baik, ia mengantarkan Naira tepat didepan kelas nya.
"Permisi bu Jayanti, maaf tadi Naira nya sakit jadi dia lama di UKS dan baru saya antarkan sekarang." ucap Rassya berbohong. Untuk apa lelaki itu berbohong?
"Yasudah, cepat Naira duduk dan simak pelajaran saya. Terimakasih Rassya, kamu juga cepat ke kelas." perintah bu Jayanti tegas, ia sempat melambai pada Naira sebelum berlari ke kelas
Kenapa dia bersikap aneh hari ini?
***
Rassya melangkah gontai menuju ruang Jurnalistik, ia sudah tau pasti ia akan kena omelan Reni karena belum memotret kegiatan anak basket
"Akhirnya lo dateng juga, foto candid nya mana?" pinta Reni berbinar-binar
"Gak ada." ucap Rassya lemas
"GAK ADA? LO TAU GAK SIH, SEBERAPA PENTING FOTO CANDID MEREKA ITU? ASAL LO TAU, EDISI KALI INI MAJALAH KITA AKAN GUE PASARKAN KE PUBLIK! KITA BENER BENER DEADLINE!" omel Reni panjang lebar, Rassya hanya mengangguk tak karuan, ia benar benar sedang lelah
"Lo gak dengerin gue?" ucap nya pas mengenai telinga Rassya
"Kaki Naira terkilir, terus gue bawa ke UKS." jelas Rassya
"Tapi, kan, lo bisa keluar dan foto anak basket yang lain."
"Gue di amanah-in sama ketua basket buat jagain Naira. Mana bisa gue tinggalin dia gitu aja."
"Apa jangan jangan lo nya yang emang sengaja pengen berduaan sama Naira?" ucap Reni menyelidik. Rassya hanya terdiam tak tau ingin menjawab apa
KAMU SEDANG MEMBACA
[MLS]-Me vs Mr. Cold
Fiksi RemajaMulut ini tak henti-henti nya mengajak mu berbicara. Mata ini tak lelah untuk menatap mu setiap saat. Tangan ini juga tak segan segan di ulurkan jika kamu membutuhkan bantuan ku. Dan bahu ku, siap untuk kau jadikan sandaran saat kau tidak tahu tempa...