Bab 1: Miriam, Si Penghisap Darah

64 2 0
                                    


Malam itu bayangan bulan jatuh di permukaan danau Bloody. Air di danau itu selalu terlihat tenang, tidak bergelombang, tidak beriak. Di siang hari, ketika matahari menerangi apapun di muka bumi ini, danau itu tetaplah gelap, dan juga dingin.

Hal itu karena dasar danau itu ditumbuhi lumut-lumut dan tanaman air yang sudah begitu tua. Selain itu, danau itu juga dikelilingi oleh pohon-pohon yang tumbuh besar dan rindang. Tetapi, lumut dan pohon itu bukanlah satu-satunya alasan kenapa danau Bloody begitu gelap, begitu dingin dan begitu misterius.

Ada sesuatu yang tinggal di dalam danau itu yang akan membuatmu merinding dan menyesal telah membaca cerita ini...

Malam yang sunyi tiba-tiba terobek oleh suara lolongan anjing di kejauhan. Atau, bagaimana jika itu bukan anjing? Bagaimana jika itu adalah serigala yang lapar? Apapun itu, anjing atau serigala, tidak lebih menakutkan dari lolongan Miriam di Puri Casablanca.

Bola mata Miriam perlahan berubah menjadi hitam kembali setelah tadinya merah membara karena lapar dan haus. Lidahnya menjilat-jilat sisa darah di bibirnya. Jari telunjuknya yang berkuku panjang menyeka setetes darah di dagunya dan mengisapnya dengan nikmat.

"Uh.. darah pemuda ini begitu nikmat, aku puas sekali. Hahahaha..hahahah..." tawa Miriam melengking menakutkan, "Bagus sekali, Shally," Miriam melirik Shally yang menatap penuh nafsu ke arah mayat segar pemuda itu, "Nah, kau boleh mengambil sisanya. Hahaha..."

Shally menanggalkan gengsinya. Dengan rakus ia mencabik-cabik leher pemuda itu dengan taringnya yang runcing. Tidak seperti Miriam yang hanya meminum darah manusia, Shally juga gemar memakan daging manusia.

"Jangan lupa, hatinya untuk Simon," Miriam mengingatkan.

Shally melirik Miriam dengan benci, lalu ia melanjutkan makan malamnya. Dirobeknya setiap bagian tubuh pemuda malang itu. Terdengar suara derak tulang yang patah ketika ia meremukkan lutut kiri pemuda itu. Suara yang begitu merdu dan menggairahkan bagi Shally, namun mengganggu bagi Miriam.

Miriam menyebut dirinya vegetarian. Ia hanya meminum darah, tidak memakan daging. Miriam beranggapan makan daging hanya cocok untuk makhluk-makhluk seperti Simon. Bukan makhluk indah seperti dirinya dan Shally. Namun, rupanya Shally punya pilihan dan selera sendiri. Miriam terkekeh.

"Nah, kau begitu menikmati makan malammu, Shally? Kalau begitu, aku mau membaca di ruanganku. Jangan lupa, hatinya untuk Simon," Jubah Miriam berkelebat anggun ketika ia berjalan ke ruangannya.

***

Shally menenteng kantung hitam berisi hati ke pinggir danau Bloody. Betapapun enggannya ia melakukan pekerjaan ini, ia tidak bisa menolak melakukannya. Ia berutang kepada Miriam, wanita kejam yang sok anggun itu.

"Simon, keluarlah. Aku membawa makan malam untukmu,"

Shally menunggu. Permukaan danau tetap tenang. Angin berkesiur menggoyang-goyangkan dedaunan. Sesekali terdengar kepak sayap burung hantu di pucuk pohon. Tapi, permukaan danau tetap diam. Diam yang menakutkan. (bersambung)

Hai, teman-teman di Wattpad.

Fiuh, aku menyelesaikan episode satu ini dengan..er...tertatih-tatih. Kuarng lancar menulisnya. Tidak bisa diselesaikan dengan sekali duduk. Tapi, aku menikmati prosesnya.

Semoga kalian suka, dan kuharap mau memberi dukungan suara, berkomentar dan membagikannya di media sosial yang kalian miliki. Aku harap bagi kalian yang belum punya akun Wattpad, segera bikin akun dan mem-followku. Percalayah, banyak keasyikan dan keseruan di Wattpad.

Sampai jumpa di episode selanjutnya, ya. Kuusahakan secepat mungkin kuupload agar kalian tidak terlalu lama menunggu. Terimakasih...

Salam,

Linggar Rimbawati

Drakula CasablancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang