〽. 3 The Call

24 7 2
                                    

'Gue tau lo nungguin telfon dari gue'

-Rio Vimadza

۞

"Yahh.. gimana lagi, abis gue takut." Jawab Ica sekenanya.

"Takut apa, coba?"

"Enggg...."

"Ehh, Ca!" Panggil Raqel, karena ia teringat sesuatu yang mengganjal pikirannya. Panggilan itu lantas membuat Ica bersyukur karena topik pembicaraan telah dialihkan. "Kak Shilla siapa sih? Kok kayaknya deket banget sama lo, tadi pagi aja lo bareng sama dia." Sambung Raqel yang membuat Ica tersedak oleh saliva-nya sendiri. "Kenapa, Ca?"

"Enggak, Cuma keselek doang." Jawab Ica sekenanya. "Yaudah deh, gue mau ngumpul tanda tangannya dulu, bye Qel!" Lanjutnya yang lantas meninggalkan Raqel sendirian dengan muka yang ditekuk.

"Yeee, ditanyain malah kabur." Teriak Raqel pada Ica.

﴾۞﴿

Sekarang, jam di dinding berwarna kuning pastel itu menunjuk jarum pendek tepat di angka 9.

Pada waktu-waktu seperti ini, biasanya gadis manis yang biasa dipanggil Ica itu sedang mempersiapkan dirinya untuk tidur. Tetapi, tiba-tiba dia teringat dengan kejadian di kantin sekolahnya beberapa jam yang lalu saat akan meminta tanda tangan pada seniornya itu.

'Katanya mau nelfon, mana?' pikirnya saat melihat Iphone 7+-nya yang tergeletak di atas kasur.

"Tunggu.. tunggu, kok jadi kepikiran gini, sih?" Gumamnya masih melihat handphone yang tergeletak itu.

Drrrtt... drrttt... drrrtt...

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, lantas gadis itu segera melihat layar datar ponsel dan membelalakkan matanya tidak percaya dengan panggilan yang akan di terimanya.

'Angkat gak, ya?' Pikirnya.

"Ah, kelamaan mikir kalo gini terus. Angkat aja deh." Setelah itu, Ica pun menggeser layar handphone-nya ke kanan dan mulai berbicara.

"Ha.. halo?" Sapanya.

'Ica?' Tanya pemiliki suara di seberang sana.

"Siapa?"

'Rio.'

"Ehh, beneran di telfon ternyata." Ucapan Ica yang sebenarnya untuk dirinya sendiri dan terbilang cukup kecil untuk di dengar. Tapi, Rio masih bisa mendengarnya.

'Iya.' Balas Rio yang sebenarnya tidak di inginkan Ica.

"Ehh, kedengeran ya? Maksud gue bukanꟷ" Ica yang ingin menjelaskan tetapi terpotong oleh ucapan Rio pada detik selanjutnya.

'Gue tau lo nungguin telfon dari gue' Katanya di seberang sana.

"Eh?ꟷ"

'Lo udah mau tidur?'

"Iya nih sebenernya, tapꟷ" Sebenarnya, Ica ingin menjelaskan walaupun perkataan selanjutnya yang dilontarkan oleh Rio memang benar.

'Nungguin telfon dari gue jadi lo belum tidur'

"Enggak, bukan gitu. Gue lagi buat tugas." Entah apa yang saat itu ia pikirkan sehingga langsung menyebutkan tugas sebagai alasanya.

'Tugas? Setau gue masa orientasi ga pernah ada yang namanya tugas.' Jelas Rio yang membuat Ica skakmat.

Ica hanya bisa terdiam di tempatnya. Malu, mungkin hanya Tuhan yang tahu bagaimana kondisi hatinya saat ini. Pipinya memerah, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari yang seharusnya.

SegretoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang