Empat

35.2K 1K 29
                                    

Semalam Ganis menginap di rumah Amanda untuk menemani Amanda di rumah karena kedua orangtuanya sedang menginap di rumah kakaknya. Amanda memang selalu minta ditemani Ganis saat orangtuanya tidak ada di rumah.

"Man, Kakaknya Daniel ganteng ya?" tanya Ganis setelah melihat foto pernikahan kakaknya Amanda.

"Iya ganteng, kalem lagi, gak tengil kayak Daniel," jawaab Amanda sambil menyisir rambutnya.

"Man, gue bagi parfum dong!" kata Ganis sambil memilih parfum di meja riasnya Amanda.

"Pake aja!" kata Amanda.

"Parfum lo mahal-mahal ya, botolnya dari beling semua lagi. Kalau gue paling beli di minimarket doang, yang botolnya plastik," kata Ganis sambil menyemprotkan parfum ke bajunya.

"Parfum-parfum gue itu dapet dibeliin Kakak gue, gue sih gak ngerti parfum, Gan. Dia sukanya beli yang bermerek mahal gitu, untung aja suaminya kaya," kata Amanda sambil tertawa.

"Jadi Kakak lo gak bisa lepas dari kemewahan ya, Man?" tanya Ganis sambil tertawa juga.

"Iya gitu deh, dia udah terbiasa hidup enak dari kecil. Jadinya manja gitu," kata Amanda "Lo udah selesai kan? Yuk berangkat!"

Ganis dan Amanda turun dari lantai dua kamar Amanda. Rumah Amanda besar, tapi sayangnya rumah sebesar ini hanya dihuni oleh lima orang. Amanda, Ibunya, Ayahnya, dan dua orang pembantunya. Sedangkan Sopir dan dua orang Satpam yang bergantian sif, mereka tidur di rumah mereka masing-masing yang memang masih dekat dengan rumah Amanda.

Ganis dan Amanda masuk ke dalam mobil berwarna hitam yang sengaja ayahnya siapkan di rumah, lengkap dengan sopirnya, untuk bertugas mengantar jemput Amanda, ibunya Amanda, atau siapapun atas perintah majikannya.

Ganis dan Amanda sudah turun dari mobil dan sedang berjalan di koridor menuju kelas, lalu tiba-tiba mereka dihadang oleh Adinda.

"Lo ikut gue dulu!" kata Adinda sambil menarik tangan Amanda, sementara Ganis ditahan oleh kedua teman Adinda.

"Lo kemarin pulang bareng Daniel?" tanya Adinda setelah Amanda sudah berada di posisi terpojok. Amanda dibawa Adinda ke toilet di ujung koridor.

"Apaan sih?" tanya Amanda.

"Denger ya! Gue cuma mau ngasih peringatan sama lo! Lo jangan deket-deket sama Daniel atau lo bakal berurusan sama gue!" setelah mengucapkan hal itu Adinda pun langsung pergi meninggalkan Amanda.

Setelah dibebaskan oleh dua pengawalnya Adinda, Ganis pun berlari menghampiri Amanda yang sedang mematung dengan tatapan aneh.

"Manda, lo kenapa? Luka? Lecet? Ditampar? Aduh, lo diapain sama Dinda?" tanya Ganis khawatir, sambil memeriksa tubuh Amanda kalau-kalau ada yang terluka.

"Gan, kayaknya Dinda cemburu deh kemarin gue balik bareng Daniel," kemudian Amanda malah tertawa.

"Lo serius?" tanya Ganis.

"Iya, gila!" kemudian Ganis dan Amanda tertawa bersama, puas sekali tertawa mereka.

"Terus, terus, lo bilang apa sama dia?" tanya Ganis.

"Gue gak sempat bilang apa-apa. Dia cuma ngancem gue buat gak deket-deket sama Daniel lagi," jawab Amanda.

"Harusnya lo bilang dong, kalau lo sama Daniel itu saudara ipar," kata Ganis.

"Duh, kayaknya gak usah deh, Gan. Kayaknya gak seru kalau dia tahu gue sama Daniel itu sepupu. Biar dia terus cemburu kalau lihat gue lagi deket-deket sama Daniel," kata Amanda diiringi tawanya.

"Ah gila, iseng banget lo!" kata Ganis sambil mendorong bahu Amanda.

Lalu Amanda dan Ganis melanjutkan perjalanan menuju kelas mereka berdua. Sambil terus tertawa membahas Adinda si cewek berandalan yang merasa paling berkuasa dari semua murid perempuan jurusan IPS di kelas dua belas.

Ganis dan Daniel ✔ (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang