bab 3. awal aku bertemu dengan Angga

57 23 24
                                    

Bandung, 2012

Selamat pagi Bandung...
Disini suasanannya sangat tenang
itu alasan kenapa aku sangat menyukai kota ini.

Kalian tahu kota ini memberi banyak warna dan cerita untuk hidupku terutama saat bandung jadi tempat aku bertemu dengan angga, seolah ingin terus tinggal disini.

Oh iya biar aku beri tahu kenapa aku bisa bertemu dengan angga di bandung.
Jadi, bandung adalah kampung halaman bapakku dan setiap tahun kami pasti mudik ke bandung.

Dan tepat pada hari ini kami sekeluarga berencana untuk pergi ke Bandung bukan dalam rangka mudik lebaran, tapi dalam rangka menghadiri acara pernikahan salah satu karyawan bapakku lebih tepatnya sih karyawan tersebut itu tetangga bapakku di bandung jadi kami di undang dan hadir dalam acara pernikahannya.
ya aku dan rahma (adikku yang pertama) senang karena bisa sekalian liburan sekolah atau bisa di bilang libur sekolah karena izin ada acara keluarga hehehe

***

06.00

"Ayoo... Ayooo... Buruan sudah siap semua?" Ibu bertanya kepadaku, Rahma, dan Cinta.

Rahma dan Cinta itu adikku. Rahma adik pertamaku dan Cinta adik keduaku.

"Iya bu aku sama Cinta udah siap, tinggal nunggu Rahma bu sebentar lagi dia selesai" ucapku sambil merapihkan kembali pakaian yang ku pakai di depan kaca.

"Iyaudah kalau udah siap langsung ke mobil ya nanti kita ketinggalan rombongan, Bapak sudah nungguin di mobil" teriak Ibu dari luar sambil membawa seserahan yg akan di bawa di acara pernikahan kang deni nanti.

"Iya buu" ucapku membalas teriakkan Ibu

"Rahma ayo buruan dong teteh sama de cinta udah rapih nih, ibu sama bapak juga udah nunggu di mobil" teriakku kepada rahma sambil mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.

"Iya teh ira ini juga udah siap ko" ucap rahma sambil membuka pintu kamar.

Oh iya nama panggilan ku di rumah itu ira. Saudara-suadaraku juga memanggil namaku dengan sebutan ira hanya teman-temanku yang memangilku namira.

"Iya udah ayo de" balasku sambil menarik lengan rahma

"Iya iya kunci pintu dulu, nanti ibu ngomel lagi hehe" ucap Rahma sambil melepas tangan ku yang menarik-narik lengannya.

"Iya oke" balasku kepada rahma

Akhirnya setelah semuanya siap kami pun berangkat bersama rombongan untuk menghadiri acara pernikahan kang Deni.

***

"SAH!!!" teriak riuh saksi dan para tamu undangan setelah kang Deni berhasil mengucapkan Ijab Qobul yang menyebutkan nama pengantin perempuannya yang bernama Pipih Faniasih.

Lega rasanya karena waktu itu meskipun usiaku masih menginjak usia remaja tapi aku ikut menyaksikan bagaimana kang deni berkeringat dan nada suaranya yang agak bergetar saat mengucapkan Ijab Qobul, namun tidak sia-sia setelah kang deni berjuang melawan rasa gugupnya akhirnya kang deni berhasil juga mengucapkan Ijab Qobul yang begitu lantang dan jelas untuk mempersunting pujaan hatinya, yaitu Bi Pipih Faniasih.

***

Ku lihat antrian menuju meja prasmanan lumayan panjang, kalian pasti merasa malas bukan jika harus mengantri panjang seperti itu.
Akhirnya aku putuskan untuk menunggu sampai antriannya tidak terlalu panjang.

Disaat aku sedang duduk di kursi tamu untuk menunggu antrian prasmanan yang masih agak panjang
Tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang sedang menepuk-nepuk pelan bahuku, tapi ketika aku menoleh ke arahnya dia sedang diam dan menghadap kedepan.

Jeda beberapa menit aku atau pun dia sama-sama diam hanya terdengar suara musik yang di setel di acara pernikahan kang deni dan keriuhan para tamu yang berdatangan.

Lagi, ada yang menepuk bahuku lagi dan saat itu juga aku langsung menengok ke arah samping dan benar saja laki-laki yang tadi itulah yang menepuk bahuku.

Laki-laki yang menepuk-nepuk pelan bahuku saat itu namanya adalah Angga.
iya, Angga laki-laki yang aku cintai sejak aku kelas 3 smp, mungkin sejak saat itu aku mulai mencintainya.

Ketika aku menengok dan menangkap basah wajahnya yang justru bukan memasang wajah agar di maafkan tapi malah memasang wajah dengan ekspresi yang biasa saja yang justru membuatku ingin mengomel padanya.
tapi anehnya aku merasa kesal hanya sebentar, lebih tepatnya aku tidak berani mengomel padanya.
Kenapa ya?
Aneh sekali.

***

11.45

Sebenarnya acara pernikahan kang deni dan bi pipih belum selesai tapi aku memutuskan untuk pulang karena merasa tubuhku sangat lelah akhirnya aku singgah sejenak di warung yang tidak jauh dari rumah nenekku di bandung. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang duduk di sampingku.
Setelah ku lihat siapa orangnya Ternyata...
ya ampun! dia lagi orangnya, orang yang menepuk bahuku di acara pernikahan kang deni.

Saat itu seingatku dia tidak memesan apapun di warung wa esih, kurasa dia juga hanya ingin istirahat untuk duduk sebentar di warung wa esih karena saat itu cuaca di bandung memang sedang panas.

"Ah sudahlah kenapa aku jadi kegeeran dan malah repot-repot memikirkannya, biarkan saja dia ikut duduk dan istirahat sejenak di warung wa esih siapa juga yang peduli." bisikku di dalam hati.

***

Aneh, itulah yang ku pikirkan saat melihat wajah mu yang terlihat biasa saja karena kejahilanmu yang menepuk-nepuk bahuku saat itu dan aku tidak ingin memarahimu hanya saja aku merasa kesal tapi sebentar dan hilang begitu saja.
justru ketika di warung wa esih kamu yang tiba-tiba saja muncul dan duduk di sampingku malah membuatku semakin gugup.

Mungkin bisa dibilang jatuh cinta padamu itu tidak sulit dan aku tidak tahu apa sebabnya aku bisa mencintaimu saat itu, bukankah cinta yang tulus tidak membutuhkan alasan.

Salam sayang dariku, Angga


***
Terimakasih telah membaca cerita saya pada bab ini, semoga kalian suka maaf karena masih banyak kekurangan dalam cerita ini. Mohon dukungan dan sarannya ya😊

Sebuah cerita untuk AnggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang