"Ngomong-ngomong, [Name]-chin. Siapa lelaki yang berani menolak coklat darimu?" tanya Murasakibara lugu.
Wajah [Name] sontak memerah. Ia teringat beberapa tahun yang lalu, ketika masih bersekolah di Amerika. Ia mati-matian membuat coklat, tetapi justru tak diterima.
"Apa Tatsuya-nii¹ yang memberi tahumu?" tanya [Name] balik. Ia penasaran seberapa jauh sang kakak membocorkan informasi mengenai dirinya.
Murasakibara mengangguk. Tangannya mengeluarkan sebungkus pocky rasa coklat dan mengulurkannya pada [Name]. "Iya. Ini, cobalah makan. Aku jarang memberikannya kepada seseorang, loh."
Entah mengapa, otomatis [Name] menurut.
Setelah sekian lama tidak makan coklat itu ... rasanya menyenangkan.
"Jadi, siapa?" tanya Murasakibara, masih ingin tahu.
"Kau mengenalnya. Ia Kagami-kun," jawab [Name] enteng. Ia mulai mengambil stik pocky untuk kedua kalinya.
"Uh. Orang baka² itu. Makanan kok, ditolak?" ujar Murasakibara dengan geram.
(Name) tersenyum tipis. "Yah, kau benar. Kagami-kun memang baka. Ia bilang, ia tidak tahu kenapa ia banyak sekali mendapatkan coklat dari penonton wanita streetball-nya. Ia juga bilang, lebih baik coklatnya kumakan sendiri saja daripada dikasih begitu."
ღ
"Oh ya [Name]-chin," panggil Murasakibara setelah menghabiskan stik pocky dalam mulut, "Jagung itu buah atau sayur?"
"Sayur," [Name] spontan menjawab.
"Tenot. Salah, yang benar adalah buah," kata Murasakibara. Ia terlihat bahagia karena berhasil lebih pintar dari [Name]. Senyum tipisnya tampak melebar.
[Name] tercengang. "Tapi, jagung itu kan ... uh, kelihatannya seperti sayur pada umumnya!"
"Tidak. Sama seperti coklat, jagung berasal dari bunga juga. Karena itu jagung termasuk buah," jelas Murasakibara.
[Name] merengut. Ia merasa dikerjai.
Murasakibara mengutak-atik ponselnya lagi, kemudian menunjukkannya pada [Name]. "Aku tahu kau tak semudah itu percaya. Kata google ini adalah bunga jagung."
[Name] menatap gambar tanaman jagung yang masih muda pada layar, bentuknya memang menyerupai bunga. Ini adalah kali pertama ia melihatnya─[Name] tak akan pernah mencari tahu jika tidak dipinta.
"Uh, jadi aku ..."
"Benar, [Name]-chin kalah lagi. Weeek," ledek Murasakibara, ia meleletkan lidahnya.
"Dasar menyebalkan!" dengus [Name].
"[Name]-chin juga menyebalkan," balas Murasakibara tak kalah sengit.
[Name] tidak menjawab lagi. Ia merebut kotak pocky dan mulai memakannya sendirian. Kapan lagi 'kan, seorang Murasakibara mau berbagi?
[Name] pun melihat Murasakibara beranjak dari kursi, menuju tempat duduknya. Lelaki bersurai ungu tersebut mencari sesuatu dalam laci meja dan mengeluarkannya.
Murasakibara kembali duduk di hadapan [Name] dengan sekotak maibou rasa jagung.
"Karena [Name]-chin telah merebut pocky-ku, maka hanya kuberi satu," ujar Murasakibara seraya menaruh sebungkus maibou tepat di atas meja [Name].
"Memang tadinya kau mau memberi berapa?" tanya [Name] penasaran.
"Dua."
Jleb. Awalnya [Name] mengira akan diberikan sekotak, ternyata cuma dua.
"Baiklah, biar kusimpan dan makan di rumah." [Name] mengangkat tas miliknya dan hendak menyimpan maibou, tapi Murasakibara buru-buru mencegahnya.
"[Name]-chin, jangan!" seru Murasakibara dengan nada kekanakan.
"Kenapa?" tanya [Name]. Keningnya mulai berkerut karena heran.
"[Name]-chin harus menepati janji di depan mataku."
"Tapi ini hanya makanan ringan. Bukan jagung betulan."
"Tetap saja rasanya jagung." Murasakibara ngotot.
[Name] menghela napas. Baiklah, sepertinya ia harus menurut lagi. Karena jujur saja, ia agak ngeri melihat ukuran tubuh Murasakibara yang ekstra besar. Kalau membantah, bisa-bisa ia ditindih sampai mati.
[Name] membuka bungkus maibou, lalu mengigitnya sedikit.
Kraus. Kraus kraus kraus.
"Bagaimana rasanya?" tanya Murasakibara yang juga membuka sebungkus maibou.
"Lumayan," jawab [Name]. Sebenarnya ia lebih suka maibou rasa keju.
"Lain kali, ayo makan jagung yang asli! Minta Muro-chin yang mengolah dan memasaknya, pasti enak," gumam Murasakibara, lalu lanjut melahap sebungkus maibou yang kedua, sedangkan milik [Name] saja belum habis.
[Name] terkesima dengan cepatnya Murasakibara makan, sekaligus karena ucapannya yang seperti ingin memalak sang kakak, Himuro Tatsuya.
Sampai sekarang [Name] tidak mengerti mengapa sang kakak bisa akur dengan Murasakibara.
ღ
"Kalau jagung, kenapa [Name]-chin tidak suka?" tanya Murasakibara. "Jangan sampai karena ia mengakui perasaan dengan jagung terus ditolak juga?"
Himuro tergelak mendengar ucapan Murasakibara yang polos, tetapi ia hanya mengulum senyum.
"Waktu kecil [Name] suka makan jagung, terus terselip di giginya. Ia berusaha mengeluarkannya dengan tusuk gigi, tetapi tidak sengaja justru terkena gusinya dan berdarah," jawab Himuro. Ia masih tersenyum. "Karena itu [Name] jadi takut kejadiannya akan terulang."
"Kasihan sekali."
"Kau sudah mengucapkan itu dua kali, Atsushi."
ღ
Catatan:
¹ Kakak
² Bodoh⇉ Pertama kali dipublikasikan di akun writerlatte pada 11 September 2017.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fruits : Murasakibara Atsushi
FanficFANFICTION ─ Bagaimanakah cara Murasakibara Atsushi membujuk [Name] untuk makan buah yang tidak disukainya? Apakah ia akan berhasil? ≿━━━━༺❀༻━━━━≾ Himawari Project: Fruits Collaboration Sejak September 2017 Ditulis oleh Himawari Natalia Kuroko no Ba...