Coklat 「チョコレート」

968 173 15
                                    

"Atsushi! Tolong aku!"

Murasakibara Atsushi menatap sahabatnya, Himuro Tatsuya yang entah mengapa tiba-tiba meminta bantuan.

"Apa?" tanya Murasakibara dengan nada malasnya yang biasa.

"Bantu aku membujuk [Name] agar mau makan coklat, jagung, dan kismis," jawab Himuro.

"Hee? [Name]-chin? Adikmu yang menyebalkan itu? Tidak mau."

"Ayo dong, Atsushi. Kemarin keluarga besar kami mengadakan acara sehingga tersisa kue dan roti dengan bahan coklat, jagung dan kismis dalam jumlah yang banyak sekali," keluh Himuro. "Tapi [Name] sama sekali tak mau membantu menghabiskannya."

Murasakibara langsung tertarik dengan ucapan Himuro, meskipun tidak terlihat jelas di wajahnya.

"Berikan saja semua kue dan rotinya untukku," sanggah Murasakibara cepat.

"Kalau begitu, tak ada artinya dong. Justru semua keluarga membawa oleh-oleh yang sama untuk membantu [Name] mengatasi trauma ketiga makanan itu," kata Himuro.

Murasakibara terdiam. Baru kali ini ia menemukan seseorang yang trauma terhadap makanan, sedangkan ia justru sangat menyukai makanan. Yah, pengecualian untuk wortel.

"Akan kucoba membujuk [Name]-chin," tandas Murasakibara, "dengan syarat kau harus memberikan upah tiga perempat roti dan kue yang kau bilang banyak itu."

Himuro tersenyum. "Tentu saja, Atsushi."

Bruk!

Kedua mata [Name] membulat, terkejut karena tiba-tiba Murasakibara duduk di depannya dan menimbulkan suara keras. Apalagi, bel istirahat sekolah baru saja berbunyi. Biasanya lelaki bertubuh raksasa ini langsung menuju kantin sekolah.

"Ada apa?" tanya [Name]. Berbeda dengan sang kakak─Himuro Tatsuya─yang lebih ramah, Himuro [Name] cenderung lebih galak.

"[Name]-chin. Aku perlu kau agar Muro-chin mau memberikan kue dan roti untukku," ujar Murasakibara polos, blak-blakan menyampaikan tujuannya.

[Name] langsung teringat stok makanan yang menumpuk di salah satu sudut rumah. Berkardus-kardus roti dan kue sedang menunggu waktunya basi.

"Kenapa aku?" tanya [Name] heran.

"Karena Muro-chin bilang, [Name]-chin harus mau makan coklat, jagung dan kismis dulu."

"Tidak mau!" seru [Name]. Ia memukul permukaan meja dengan telapak tangan, sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Dalam hati, ia merutuk sang kakak yang seenaknya meminta orang lain untuk menyuruhnya makan sesuatu yang tak disukai.

"Harus mau," balas Murasakibara, dengan nada merengek seperti anak kecil.

[Name] mendengus. Menyandarkan punggungnya pada kursi dan melipat kedua tangan di depan dada. "Aku tidak mau diperintah oleh lelaki yang tidak lebih pintar dariku!"

Murasakibara mengernyit. Kalau begitu, Himuro yang pintar matematika masih kalah dengan [Name] sehingga gadis itu menolak disuruh makan?

"Jika aku bisa membuktikan kalau aku lebih pintar, kau harus makan ya, [Name]-chin," tandas Murasakibara.

[Name] mengangguk sebagai persetujuan.

"(Name)-chin, coklat itu buah loh."

"Hah?!" [Name] mengernyit mendengar ucapan Murasakibara. "Terus?"

"[Name]-chin tidak tahu itu kan? Karena itu, aku lebih pintar."

[Name] kehilangan kata-kata. Selama ini, yang ia tahu coklat itu berasal dari biji kokoa, bukan buah.

Memangnya, biji dan buah itu sama?

"Apa buktinya?" tanya [Name], masih terlihat tak ingin kalah.

Murasakibara mengeluarkan ponselnya, lalu mulai mengetik.

Pik pik pik~.

[Name] menunggu sambil berharap-harap cemas dengan apa yang dilakukan Murasakibara.

"Ini buktinya. Coklat itu berasal dari biji kokoa dan pohonnya memiliki bunga. Karena itu, coklat termasuk buah," kata Murasakibara seraya menyodorkan ponselnya, yang menunjukkan hasil pencarian google tentang pohon kokoa.

[Name] terdiam. Ia merasa dibodohi.

"Jadi [Name]-chin mau makan coklat, ya?" tanya Murasakibara.

[Name] mengangguk tidak rela. "Ugh, iya."

"Kenapa [Name]-chin tidak mau makan coklat? Padahal coklat 'kan enak?" tanya Murasakibara.

Himuro tergelak. "[Name] selalu menepati janjinya. Dulu ia pernah berjanji tak mau makan coklat lagi jika ditolak lelaki yang ditaksirnya, maka ia tak pernah makan itu sekarang."

Murasakibara mengangguk paham. Kalau begitu, sepertinya ia harus membuat janji baru untuk mematahkan janji lama. "Oohh. Kasihan juga adikmu itu, ia ditolak."

Himuro tersenyum tipis, hanya menjawab singkat, "Yah, begitulah."

Pertama kali dipublikasikan di akun writerlatte pada 3 September 2017.

Fruits : Murasakibara AtsushiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang