"Hyaaa!!"
Bunyi gemerincing pedang anggar yang beradu terdengar jelas di aula sekolah Viny. Seluruh murid anggota esktrakurikuler anggar tengah bertanding satu sama lain. Termasuk Viny, yang bermain dengan sangat cepat dan lincah jauh lebih unggul atas rekan yang kini jadi lawannya. Sang pelatih menatap sambil mengangguk-anggukan kepalanya lalu melirik jam tangannya.
"Berhenti! Latihan usai!"
Trang!
Teriakan sang pelatih menggema tepat saat Viny mendapatkan poin kemenangan atas lawan latihannya. Viny meletakkan sabre nya lalu membuka topeng anggarnya. Setelah bersalaman dengan lawan latihannya dan pamit pada teman-teman serta sang pelatih, Viny pamit terlebih dahulu.
***
Bunyi keran dibuka terdengar, suara air yang keluar dari shower dan menghujam lantai kamar mandi, menyusul kemudian. Seorang diri kini Viny tengah membasuh seluruh tubuhnya di kamar mandi sekolah. Memberinya kesejukan serta ketenangan.
Tapi, rasa itu seolah hilang ketika Viny membuka mata dan menatap pantulan dirinya di cermin. Warna bola matanya yang berbeda kanan dan kirinya, kulit putih pucatnya, membuat ia kadang berpikir bahwa dirinya bukanlah seorang manusia. Ditambah lagi dua buah tanda di punggungnya yang tidak bisa ia lihat dengan jelas, dan tak ada satupun dari anggota keluarganya yang dapat melihatnya.
Viny menghela nafasnya kasar sebelum kembali melanjutkan kegiatannya di kamar mandi.
***
Matahari sudah hampir tenggelam saat Viny melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi. Dan langkahnya terhenti saat gadis yang baru dikenalinya melewatinya dengan santainya. Membawa 2 buah novel yang sangat tebal.
"Shani."
Shani berhenti dan menoleh. Keningnya berkerut samar, tatapannya terlihat heran mendapati Viny berdiri menatapnya dengan handuk yang masih melingkar di lehernya.
"Kak Viny? Ngapain disini?"
Viny mendekat dan berdiri disampingnya. "Seharusnya aku yang nanya itu ke kamu. Ngapain disini? Ini kan udah sore, udah mau malem malah."
Shani mengangkat dua novel di tangannya. "Keasikan baca di perpus, lalu lupa waktu. Kak Viny sendiri?"
"Latihan anggar."
"Masih?"
"Masih?" Bukannya menjawab Viny malah mengulang pertanyaan yang sama.
Shani memutar bola matanya malas. "Oh, ayolah Kak. Semua tahu siapa kamu. Dan, bukannya Kak Viny udah kelas tiga, ya?"
"Masa? Aku tenar?" Shani mengangguk. "Hmm, memang aku udah kelas tiga. Tapi aku gak bisa cuman duduk-duduk belajar aja. Membosankan."
Shani terkekeh dan tanpa sadar mereka sudah berjalan sampe ke parkiran mobil.
"Jadi, ini mobil siapa?"
"Mobilku, mau bareng?"
"Kalau gak keberatan."
"Sama sekali gak. Lagipula aku gak akan biarin malaikat nya Anin pulang sendirian."
Shani hanya tersenyum saat Viny membukakan pintu mobil untuknya.
***
"Bicara soal Anin, dimana dia? Apa Anin gak nungguin kamu?"
Viny melirik sekilas Shani lalu fokus pada jalanan di depannya. "Anin udah aku anter pulang duluan, terus aku balik lagi. Gak tega kalau nyuruh dia nungguin aku di sekolah apalagi sampe selarut ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Nephilim
FanfictionDunia ini tak hanya tempat tinggal manusia. Malaikat dan Iblis berada diantaranya. Based idea: Devil May Cry story