[6] Keputusan Juri

984 120 16
                                    

"...."

"Tapi bagaimana mungkin dia bisa menelepon, kembali ke dalam bar, menyuruh teman-temannya untuk pulang, pulang ke rumah, mengganti pakaiannya yang penuh darah, mandi, kembali ke bar, dan duduk tenang menunggu polisi datang? Lalu dia bisa memberikan penjelasan yang masuk akal tentang apa yang sebenarnya terjadi, penjelasan yang kemudian dibenarkan oleh setiap pengunjung bar pada malam itu?"

"Tapi mereka semua tidak mengatakan kebenarannya," bantah Sakura.

"Saya paham. Jadi menurut persepsi Anda, hanya Anda yang mengatakan kebenarannya."

"Ya itu benar."

"Tapi sedetik yang lalu Anda mengatakan; mereka semua tidak mengatakan kebenarannya. Semua yang dimaksud di sini siapa, Haruno-san?"

"Mereka!"

"Mereka pengunjung bar?"

"Ya."

"Anda bukan pengunjung bar?" kali ini Sakura benar-benar bungkam. Itachi menarik sudut bibirnya, dia menghadap hakim seraya berkata;

"tidak ada lagi pertanyaan, Yang Mulia."

.

.

PIP!

"Tch! Aku tidak menyangka Itachi akan menggunakan trik murahan seperti itu." Laki-laki dengan model rambut khasnya itu melempar remot tivi sembarang arah. Dia tegak habis gelas berisi sampanye dan kembali merebahkan tubuhnya di atas sofa.

Beberapa detik kemudian muncul lelaki dengan gen yang sama dengannya itu dari arah dapur. Melihat sepupunya yang hampir teler, Obito menaruh gelas berisi air mineral di atas meja dengan cukup keras, Sasuke membuka sedikit matanya,

"apa maumu?" ucapnya ketus. Obito terkekeh pelan seraya menggelengkan kepalanya. Dia sandarkan tubuhnya di dekat lemari kaca yang berisi buku-buku tebal milik si sepupu dengan gaya tangan yang terlipat di depan dada.

"Aku tahu bagaimana perasaanmu Sasuke. Jangan menjadi pengecut, pergilah ke Jepang dan hajar kakakmu itu."

Seuias senyum miring tercetak di wajah tampannya. "Itulah yang kupikirkan. Tapi kurasa, ini belum saatnya."

"Ya kau selalu berkata seperti itu. Tunggu saja sampai si pirang itu dijebloskan dalam penjara." Sasuke mendelik tajam.

"Jaga bicaramu sialan! Aku tahu kapan waktu yang tepat untukku kembali."Obito tertawa keras, tangannya memegang erat perutnya seolah menahan rasa sakit. Sasuke tidak memperdulikannya sampai Obito mendekatinya dan berbisik rendah di telinganya. Kedua bola mata onik miliknya terbelalak, "kau gila!"Obito tampak acuh. Dia mulai meminum air yang berada di cangkirnya

Bastard LawyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang