Yunho dan Jaejoong. 17 Tahun. Saat Netflix & Chill terjadi diluar dugaan, keajaiban muncul dan menjadi benang pengikat antar keduanya
Cinta dan tanggung jawab
Mampukah Yunho meyakinkan Jaejoong bahwa apa yang mereka perbuat malam itu bukanla...
Malam ini gue lagi memandang super blue blood moon....
Disaat itu pula gue memutuskan untuk segera menyelesaikan FF ini agar tidak terabaikan. Gue mau kasih tahu jika gue gak bisa seaktif dulu lagi dalam mengupdate chapter
Terima kasih untuk semua pembaca gue yang sudah follow, voting, komen dan juga buat silent reader. You guys are rock!
Sampai jumpa (sampai gue kagak sibuk di dunia nyata dan punya mood untuk menulis lagi) Gue menulis chapter ini juga karena voting dan komen dari kalian semua yang membuat gue semangat
Akhir-akhir ini lesu
*Sigh
Selamat membaca ~
.
.
.
.
.
"Hei Majin Boo ~"
Seseorang memanggilku. Aku marah dengan sebutan itu
Grrr
Siapa yang berani memanggil ku begitu?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Boa bahaya"
Yunho terlebih dulu menyelamatkan wanita itu dari amukan ku. Berterima kasihlah kepada pria bodoh itu Boa. Berkat Yunho aku tidak jadi melampiaskan kekesalan ku
Lihat apa yang bisa aku perbuat pada mu nanti. Kau akan menangis darah karena mencoba membangunkan evil boo
"Huh" aku memincing tajam saat Yunho melindungi Boa. Wanita itu meremat kencang seragam Yunho dari belakang
"Jae calm down, baby ~"
Aku melempar tas ku ke wajah pria bodoh ini
"Don't baby me, you ass" aku pergi meninggalkan mereka. Pelajaran pertama akan dimulai sebentar lagi
.
Balik sekilas saat aku pulang terlambat dan ibu memarahiku. Saat itu aku menceritakan semuanya. Tentang pesta, kehamilan ku, ayah dari bayiku, dan rencana aborsi. Ibu lalu menasehati ku
Beliau mengatakan bahwa bayi kami tidak tahu apa-apa. Dia makhluk kecil yang belum berdosa. Yang harus disalahkan adalah kedua orangtuanya
Yakni Kim Jaejoong dan Jung Yunho
Ibu terus merubah pendirian ku dan memberikan semangat. Baby boo memiliki hak untuk hidup. Dan aku adalah ibunya, bukan malaikat pencabut nyawa
