Lelaki itu mengedarkan pandangannya di sekeliling taman. Tatapannya terlihat cemas seolah mencari sesuatu. Mata hitam yang memiliki ketajaman yang khas itu terus saja memperhatikan sekelilingnya. Sesekali dia berlari-lari kecil saat melihat bentuk maupun warna kereta dorong yang mirip dengan miliknya.
"Adán," panggilnya cukup keras.
Meskipun dirinya tahu bahwa seseorang yang namanya dia panggil tidak akan menyahutnya, namun lelaki itu terus memanggil nama tersebut. Ini adalah kelalaiannya saat menerima sebuah telepon dari kliennya dan melupakan bahwa dirinya sedang bersama dengan putranya, Dani lupa kalau saat ini dia sedang mengajak putranya jalan-jalan di taman tersebut. Sehingga tanpa sadar Dani meninggalkannya.
"Adán, dimana kamu sekarang?" desahnya dan kembali mengelilingi taman tersebut.
Hamdani Sasmita Kartawijaya, begitu nama lengkap lelaki tersebut. Lelaki berusia 32 tahun itu sangat akrab di panggil Dani. Dia memiliki dua kepribadian yang berbanding terbalik. Saat di kantor, Dani di kenal sebagai bos yang berhati dingin dan tidak banyak bicara. Dirinya seperti memberi sebuah pembatas yang sangat kuat. Bahkan sikap dinginnya sampai di kenal oleh klien-kliennya. Pekerjaan adalah prioritas keduanya setelah putranya. Mempunyai tatapan tajam yang sangat khas dan juga sedikit sangat sulit menjaga ucapannya.
Sedangkan saat di rumah, sikap dinginnya bak tertelan oleh bumi. Dia begitu sangat memperhatikan putranya, Adán Sasmita. Putranya yang baru menginjak usia delapan bulan memang sedikit membuat Dani merasa bingung. Dia belum pernah mempunyai putra sebelumnya dan harus merawat seorang diri putranya yang masih bayi tersebut. Hubungan rumah tangganya sudah lama hancur, mantan istrinya meninggalkannya dengan dalih tidak sanggup menghadapi sikap kasarnya.
"Adán?" gumam Dani pelan saat melihat kereta dorong yang juga mirip dengan milik putranya.
Dani berlari ke arah kereta dorong tersebut. Kereta dorong itu letaknya ada di dekat kursi taman. Sampainya disana, Dani langsung melongok kearah kereta dorong berwarna hitam itu. Kelegaannya kembali pupus saat tidak melihat seorang bayi ada disana. Tubuhnya menegang seketika melihat topi rajut yang di pakai Adánnya tertinggal di kereta dorong.
"Adán?" panggil Dani cemas dan langsung mengambil topi tersebut.
Beberapa menit yang lalu.
Vera mendesah pelan. Lagi-lagi dia tidak diterima bekerja di salah satu tempatnya melamar pekerjaan. Dirinya yang hanya sampai di tingkat menengah atas memang sulit untuk mencari pekerjaan. Dia hanya bisa menjadi seorang pelayan saja atau kasir. Belum lagi biaya hidupnya di kota metropolitan tersebut menuntutnya harus bekerja dengan penghasilan yang besar. Tiga tahun tinggal di kota besar seperti Jakarta hanya untuk mengadu nasib.
Wanita berusia 22 tahun itu masih ingin melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi. Sekolahnya yang berhenti di semester pertama dan pergi ke Jakarta untuk menghidupi dirinya dan juga ibunya yang ada di Bandung, kampung halamannya membuat Vera tidak berputus asa. Setelah kematian ayahnya karena penyakit yang di derita, Vera dan ibunya sama-sama membanting tulang untuk kehidupan mereka.
Vera menghentikan langkahnya saat mendengar suara tangis seorang anak kecil. Sepulangnya dari wawancara kerja, Vera berniat untuk berjalan-jalan di taman sejenak mumpung masih pagi. Terlebih cuacanya sedikit mendung sehingga memberi waktu yang enak untuk sekedar jalan-jalan saja.
"Seperti ada suara anak kecil menangis," gumam Vera pelan dan menolehkan kepala ke arah kanan dan kiri.
Tatapan Vera terpaku pada kereta dorong berwarna hitam yang letaknya tak jauh dari tempatnya. Tidak ada orang yang menjaga kereta dorong tersebut. Vera pun berlari untuk memastikan asal suara tangis yang dia dengar.
"Ya Tuhan, siapa yang meninggalkan bayi ini sendirian disini?" Vera mengulurkan tangannya dan menggendongnya. Dia masih menatap sekeliling mencoba mencari orangtua bayi tersebut.
Setelah berhasil membuat bayi yang ada di gendongannya itu berhenti menangis, Vera meletakkan kembali bayi tersebut di kereta dorong dan mendorongnya. Dia masih memperhatikan keadaan sekitar. Dirinya tidak melihat orang yang terlihat sedang mencari bayinya yang hilang atau sebagainya. Dia hanya melihat beberapa pasang kekasih dan beberapa pasang orang tua bersama dengan anak mereka masing-masing. Vera juga melihat seorang lelaki bertubuh tegap yang sedang membelakanginya. Lelaki itu terlihat sibuk berteleponan dengan seseorang.
Vera tidak melihat raut wajah lelaki itu. Tapi dirinya yakin bahwa lelaki itu bukanlah ayah ataupun orang yang menjaga bayi tersebut. Sangat terlihat jelas jika lelaki itu tidak menyukai seorang anak kecil jika di lihat dari penampilannya. Mana ada lelaki yang menjaga putranya di taman dengan pakaian kantor yang lengkap?
"Ya Tuhan, sekejam itukah orang tersebut sampai meninggalkan putranya di taman sendirian?" gerutu Vera karena tidak menemukan orang yang terlihat kehilangan bayinya.
Langkah Vera terhenti di kursi taman. Dia duduk disana sembari memperhatikan bayi mungil yang terlihat tampan tersebut. Vera menarik kereta dorong mendekat dan memangku kedua tangannya di tepinya. Dia tersenyum memperhatikan wajah polos bayi itu. Entah mengapa, setelah melihat bayi itu membuat Vera langsung jatuh cinta padanya dan rasa kesalnya hilang seketika.
"Kamu tampan sekali, siapa nama kamu?" tanya Vera dan mengelus pipi bayi itu.
Vera tertawa melihat bayi itu tersenyum padanya. Senyumnya sangat manis dan menenangkan membuat Vera semakin menyukainya. Kalau saja dia bisa merawat bayi tersebut dengan keadaannya yang sekarang, tanpa mencari orangtua bayi itu yang sudah meninggalkannya sendirian di taman, Vera pasti akan merawatnya dengan senang hati. Tapi dia masih takut untuk berurusan dengan polisi di kota yang kejam ini.
Bayi itu memiliki bola mata hitam yang bening. Hidungnya sudah terlihat mancung dengan wajah yang menggemaskan. Vera yakin bayi itu akan bisa memikat hati siapa saja dengan ketampanannya.
To be C~
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD PAPA
RomanceMerawat seorang bayi bukan hal mudah untuk Dani, lelaki berusia 32 tahun yang gagal dengan kehidupan rumah tangganya. Dia kerap kali menitipkan putranya di tempat penitipan anak atau sekedar menitipkannya di rumah orangtuanya saat kesibukan pekerjaa...