Vera tersenyum memandang wajah bayi tak dikenalnya. Batinnya menginginkan untuk kembali menggendongnya. Tanpa rasa enggan, Vera kembali menggendong bayi itu.
Dia berjalan menjauh. Senyum polos bayi itu seolah memikat hati Vera. Dia ikut tersenyum, membalas senyum tanpa sebab sang bayi. Vera kembali memperhatikan sekeliling, berpikir jika mungkin orangtua sang bayi sudah kembali atau sedang mencarinya. Namun tak terlihat sedikit pun tanda-tanda yang terlihat ada orangtua yang mencari bayinya.
"Jangan-jangan..." Vera menggeleng tiba-tiba, menangkis pikiran buruk yang sempat tertangkap oleh otaknya. "Tapi, bukankah banyak orangtua yang meninggalkan bayinya seperti di berita-berita televisi?" gumamnya seolah bertanya dengan dirinya sendiri. Vera terdiam sesaat, kembali memperhatikan sang bayi. "Tapi dilihat dari pakaiannya, tidak mungkin bayi ini dibuang..."
Bayi itu mengoceh, menatap ke arah lain membuat lamunan Vera memudar. Vera mengikuti arah perhatian sang bayi hingga senyumnya kembali nampak.
"Kamu lapar, ya?" tanya Vera dan mencium pipi tembem sang bayi. "Oke, ayo kita jajan," ucapnya dan berjalan ke arah yang ditunjuk sang bayi.
Vera masih menggendong bayinya dan menyeberangi jalan. Dia berjalan cukup jauh hingga tak melihat seorang pria yang sedang berjalan mengitari taman seolah mencari seseorang.
~
"Dani, kamu belum bawa Adán pulang?"
"Belum, Ma," jawab Dani dengan sebelah tangannya memegang ponsel yang menempel di telinga. Sedangkan tatapannya terus mengitari taman, mencari putranya.
"Kamu bilang mau pulang jam sepuluh. Kamu tidak lupa kan kata kamu ada rapat penting hari ini?"
"Aku sedang mencari Adán."
"Mencari Adán? Apa maksud kamu, Dani?! Memangnya Adán di mana?!"
Dani semakin panik mendengar nada suara ibunya berubah cemas.
"Kamu di mana sekarang?!"
"Di taman tempat biasa Adán jalan-jalan, Ma."
Dani mendesah pelan mengetahui ibunya langsung memutuskan sambungan telepon sepihak yang berarti ibunya akan pergi ke taman. Dia pun memasukkan ponselnya ke dalam saku dan terus memperhatikan sekeliling taman. Hingga sedetik kemudian keningnya berkerut melihat seorang gadis sedang menggendong bayi.
Dani berlari, menghampiri mereka yang baru saja menyeberang jalan. Dani yakin jika bayi yang ada di dalam gendongannya adalah Adán, putranya.
Dani yang tiba-tiba berhenti di depan mereka membuat mereka ikut berhenti. Tanpa menunggu lama, Dani segera menarik Adán ke dalam gendongannya lalu memeluknya.
"Syukurlah," desah Dani pelan diiringi napas panjangnya.
"Apa yang kau lakukan?! Kau berusaha menculik putraku?!" gertak Dani seketika pada gadis di depannya yang sedang menatapnya dengan kebingungan.
"Ap-apa? Menculik? Saya tidak—"
"Ikut denganku. Aku tidak bisa membiarkan gadis dengan wajah polos sepertimu semakin banyak menculik bayi," tegas Dani dan mencengkeram lengan Vera.
"Tunggu. Lepaskan saya!" Vera menangkis lengan Dani hingga cengkeraman pria itu terlepas. "Bapak jangan sembarangan menuduh saya menculik putra Bapak. Saya melihat Bapak yang meninggalkan putra Bapak dan saya hanya mencoba mengajaknya bermain selagi Bapak meninggalkannya!" balas Vera membela diri.
Saat Dani hendak membalas pembelaan Vera, dia sadar jika putranya sedang memakan jajan di tangannya. Dengan dua pasang gigi bagian depan atas dan bawah, Adán nampak menikmati wafer cokelat yang dibelikan Vera untuknya.
"Adán, kamu makan apa, hah?" tanya Dani pada putranya seolah Adán bisa menjawabnya. Sedetik kemudian, Dani merampas jajan di tangan Adán lalu membuangnya.
Sontak Adán pun menangis, merasa aktivitas makan jajannya diganggu sedang Vera terkejut melihat tingkah Dani. Vera menggigit bibirnya, merasa kesal dengan pria dewasa di depannya yang nampak kaku menenangkan putranya yang menangis dalam gendongan.
"Apa yang kau berikan pada putraku?" tanya Dani dengan nada emosi serta tatapan tajam pada Vera. "Dia bisa sakit memakan jajan kotor itu," sambungnya sarkartis.
Adán semakin keras menangis membuat Dani nampak kebingungan untuk menenangkannya. Biasanya jika Adán menangis, ibunyalah yang menenangkannya. Tapi kenapa ibunya lama sekali sampai di taman?
"Putra Bapak menangis karena Bapak!" gertak Vera kesal, dan langsung mengambil Adán dari gendongan Dani.
Vera pun mencoba menenangkan Adán. Dan benar, tidak menunggu lama, Adán sudah kembali tenang membuat Dani cukup terkejut.
@omegapuccino
To be C~
Next? 200 vote dan 100 komentar
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD PAPA
RomanceMerawat seorang bayi bukan hal mudah untuk Dani, lelaki berusia 32 tahun yang gagal dengan kehidupan rumah tangganya. Dia kerap kali menitipkan putranya di tempat penitipan anak atau sekedar menitipkannya di rumah orangtuanya saat kesibukan pekerjaa...