Galea pernah menolak untuk tinggal bersama tantenya beberapa minggu lalu, bukan karena ia tak nyaman dengan Tante Fania, lebih karena ia tak ingin dekat dengan pria yang tak mungkin bisa ia raih hatinya.
Sejak orang tuanya meninggal Galea tinggal di rumahnya sendiri di daerah Cideng, satu bulan berlalu sejak saat itu. Sampai Tante Fania berhasil membujuknya untuk tinggal bersama.
"Kamu kenal sama Alvin lho, Le?" tanya Tante Fania, tangan Galea yang sejak tadi membantu memotong wortel terhenti. Ia memang tidak pernah banyak cerita tentang teman-temannya.
"Temen SMA ku dulu, Tan." Galea menyelesaikan potongan wortelnya.
"Deket?"
"Nggak terlalu, aku tau dia karena Senja." sejujurnya Galea cukup mengenal Alvin, meski Alvin belum tentu mengenalnya.
"Setau Tante dia laki-laki baik."
"Ale nggak pernah bilang dia laki-laki jahat, Tan." Galea mengerti kemana arah tujuan percakapan Tantenya, bahwa Galea sudah cukup umur untuk sekedar mencoba hubungan serius dengan laki-laki. Kenyataan tinggal di pedalaman beberapa tahun karena tugas, membuat Galea sulit mencari laki-laki yang serius.
"Maksud Tante kamu nggak coba deketin dia? Tante sih setuju lho kalau kamu sama Alvin," ucap Tante Fania sebelum melihat raut wajah Galea yang berubah sendu. "Maafin Tante, Le. Kalau misalnya Tante terkesan memaksa kamu untuk segera mencari pendamping hidup, maksud Tante begitu supaya ada orang yang melindungi kamu. Tante sama sekali nggak terbebani dengan kehadiran kamu, Tante sangat senang ada kamu di sini. Tapi Tante nggak bisa egois, Tante mau liat kamu bahagia. Terlepas dari apa yang sudah menimpa kamu."
"Ale ngerti, Tan." Galea menarik sudut-sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman manis, "Ale akan cari yang terbaik untuk Ale. Karena dari itu Ale butuh waktu."
Hanya itu yang bisa Galea ucapkan, bukan karena ia tidak mau menuruti ucapan Tante Fania untuk segera berumah tangga. Kenyataannya mencari suami itu sama sulitnya seperti mencari barang dengan diskon sembilan puluh persen.
Galea punya satu kandidat yang sebenarnya bisa menjadi calon suami, tapi ia tak berani menjamin jika hatinya menyetujuinya. Denis, pria sederhana teman Galea kuliah dulu. Seorang Engineer di sebuah perusahaan pembangunan.
"Tolong beliin Tante kecap dong Le ke minimart depan."
Galea tersadar dari lamunannya, ia segera mencuci tangannya di wastafel. "Okay Tan, kecap aja?"
"Iya, tante lupa stock kecap di dapur habis."
Galea itu kalah dengan Tante Fania kalau soal mengendarai motor, gadis itu buta sama sekali soal motor. Menyalakan mesinnya saja tidak bisa, karena dari itu ia lebih memilih memacu langkahnya agar cepat sampai di minimart depan kompleknya.
Lain kali Galea akan mempertimbangkan untuk membeli sepeda, lumayan kan untuk bepergian seperti ini. Ya kali cuman ke Minimart depan naik Ojek online, tapi jalan juga lumayan panas saat matahari mulai terik seperti ini.
Galea terlonjak kaget saat sebuah klakson motor berbunyi di sampingnya, sebelum akhirnya Galea tahu siapa pria yang mengendarai motor itu ia berniat masa bodo.
"Butuh tumpangan nggak?" tanya Alvin saat melihat Galea diam saja.
"Nggak usah, gue cuman ke minimart depan aja." Galea kembali melangkahkan kakinya, begitu juga Alvin dengan mesin motor yang masih berderu ia mengikuti Galea.
"Gue juga mau ke minimart depan, beli es krim buat Jelly." jelas Alvin, yang sebenarnya tak perlu berbicara sedetail itu.
Galea tampak berpikir sebelun akhirnya ikut bersama Alvin, "Boleh deh."
Seingat Galea tadi Alvin ingin membeli Es Krim untuk Jelly, dan Galea tidak tahu spesies perempuan seperti apa Jelly hingga mampu membuat Alvin bersikap manis dengan membelikan Es Krim dan Coklat.
Pasti buat pacarnya.
Galea mendengus kesal memikirkan itu, ia pergi ke etalase tempat bumbu dapur. Mengambil kecap lalu segera menyusul Alvin yang sudah mengantri di sana.
"Cuman kecap aja?" tanya Alvin saat Galea membawa sebotol kecap di tangan kanannya.
"Iya." sialnya Galea lupa membawa uang, ia pergi begitu saja saat Tante Fania menyuruhnya membeli kecap. Ia lupa bahwa di saku celana yang ia kenakan tak ada uang.
"Kenapa? Lupa bawa uang?" Alvin terkekeh melihat raut bingung di wajah Galea. "Dari dulu kebiasaan lo nggal berubah yah, Ceroboh."
"Gue nggak ceroboh, cuman pelupa." Galea tidak terima dengan ucapan Alvin, sesungguhnya ia adalah orang berhati-hati tidak ceroboh seperti yang diucapkan Alvin. Hanya saja ia pelupa, lupa membawa uang, lupa membawa ponsel sampai pernah saat itu ia lupa membawa dompet dan ponsel secara bersamaan.
"Maklum udah tua kan yah?"
"Kalau gue tua, Lo apa? Kakek-Kakek? sadar diri mas." sindir Galea, ia menyerahkan kecapnya pada kasir.
"Pinjem uangnya." Galea menodongkan tangannya pada Alvin. "Gue gantiin langsung di rumah nanti."
"Katanya langsung tapi ada nantinya, yang bener mana?" sepertinya meledek Galea adalah hobby baru Alvin.
"Vin, cepetan deh." kesal Galea saat Alvin hanya tertawa. "Mau pinjemin nggak?"
Alvin menyerahkan selembar uang dua puluh ribuan, ia menunggu Galea di luar minimart.
"Ayo gue anterin." tawar Alvin saat Galea sudah keluar dari minimart.
"Lo baik gini nggak lagi ngerencanain sesuatu kan?"
"Ngerencanain apa? ngerebut Senja dari Kahfi? gue nggak serendah itu sampai harus rusak hubungan orang lain." Jelas Alvin, tangannya menarik begitu saja lengan Galea.
"Kalau kenyataannya Senja suka sama Lo? Lo mau memperjuangkan dia?" Galea menarik tangannya yang sejak tadi Alvin genggam.
Alvin menarik napas pelan sebelum menatap Galea yang sejak tadi menurutnya cukup menjengkelkan. "Galea anaknya Gal Gadot, saudara jauhnya Harley Quinn. Dengerin Gue, kenyataan kalau gue suka senja emang nggak bisa dibantah. Tapi percaya sama kebohongan yang lo ucapkan tadi itu yang harus gue bantah. Seandainya Senja suka sama gue kenapa dia mau tunangan sama Kahfi? artinya gue nggak layak di hatinya."
"Gue minta maaf." Galea menunduk, menatap kedua kakinya yang hanya beralaskan sendal jepit. "Gue cuman mau lo tau, kalau Senja punya perasaan sama lo."
"Ya allah, Galea." Alvin hampir saja menggeram. "Mau Senja cinta mati sama gue pun nggak akan ngaruh sekarang, karena dia udah sama Kahfi."
"Tapi kan belum nikah."
"Mereka sudah terikat."
"Yang nikah aja bisa cerai, apalagi yang cuman Tunangan." Galea berucap dengan santainya.
"Otak lo kenapa sih? udah bukan kebanyakan makan micin kayaknya. Kebanyakan minum pestisida kayaknya nih?" Alvin menepuk-nepuk kepala Galea pelan.
"Sembarangan kalau ngomong. Gue cuman ngasih tau aja."
Alvin lagi-lagi tersenyum melihat raut kesal di wajah Galea. "Dari pada bahas Senja, kenapa nggak bahas tentang lo. Siapa tau lo sama gue bisa jadi kita."
*********
A/N : Don't Expect too much sama kisahnya Alvin dan Galea, jangan membanding-bandingkan cerita ini dengan cerita terdahulunya (Rushing).
Seperti biasa jadwal apdetnya sabtu-minggu, kalau wikdeys apdet anggap saja bonus. XDBubayyy =)
Selingkuhan Seunghoon
1-9-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAD
General Fiction(SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS) Akad (n) : Perjanjian. Karena berpacaran sebenarnya tidak lagi ingin Alvin lakukan. Yang Alvin cari adalah calon istri, mengingat usianya sudah cukup matang untuk membina rumah tangga. Tapi Realita cukup pahit, mencari...