Alvin bukan pria yang dengan mudah mampu menjatuhkan hatinya pada perempuan, ada beberapa hal yang seringkali ia pastikan ketika mencoba sebuah hubungan serius. Senja salah satunya, perasaan tertarik sudah ada sejak mereka satu sekolah di masa putih abu. Tapi, Alvin merasa tak cukup layak saat itu untuk mengungkapkan perasaannya pada Senja.
Ia hanya bocah tengil yang masih menggantungkan kelangsungan hidupnya pada orang tua, namun bukan berarti ia tak punya tujuan untuk masa depannya. Ia sudah cukup merancang masa depannya dengan memulai memilih jurusan kuliah, ia tahu harus memulai dari mana.
Kisah Cinta Alvin juga tak secemerlang Lintang, yang Alvin tahu temannya satu itu sudah sering menjalin hubungan dengan banyak perempuan. Alvin cukup heran ketika remaja dalam balutan seragam putih-abu justru sudah memiliki banyak mantan pacar. Apa yang bisa diharapkan dari menjalin kasih saat kalian bahkan masih belum memiliki kartu tanda penduduk.
Menekan perasaannya pada Senja adalah sebuah bentuk tanggung jawab pada masa depannya, Alvin tak cukup berani untuk menjalin sebuah hubungan di masa putih-abu. Sebut ia pecundang atau pengecut, Alvin akan menerima dengan senang hati jika ada temannya mengatakan bahwa dirinya pengecut dan pecundang hanya karena ia tak berpacaran saat masa sekolah. Atau saat temannya yang menyindir Alvin soal dirinya yang juga tak merokok saat itu, orientasi seksual Alvin sebagai lelaki sempat dipertanyakan hanya karena ia tak berpacaran atau merokok saat itu.
Lalu setelah lama tak berjumpa dengan Senja karena masa kuliah, yah Senja kuliah di Bandung. Itu salah satunya alasan kenapa Senja tak pernah ikut dalam acara sekedar kumpul yang biasa diadakan teman-temannya. Setelah Alvin merasa dirinya layak untuk Senja melihat apa yang telah berhasil Alvin raih, ia mencoba untuk mendekati Senja. Dan hasilnya adalah sebuah keterlambatan.
Alvin belajar satu hal dari itu, bahwa cinta tak selamanya bisa menunggu. Ada sebuah kepastian yang harus diberikan oleh seorang pria agar si wanita merasa pantas menunggu.
Ketika Ibunya menawarkan beberapa perempuan kenalannya Alvin tak cukup berani untuk menolak, tidak mau menerima begitu saja juga. Karena yang ia cari teman hidup, bukan teman bermain yang mudah ditemukan kapan saja.
"Galea 'kan namanya?" Desinta--Ibu Alvin bertanya dengan seulas senyum penuh arti, akhirnya ia tak perlu mempromosikan anaknya lagi pada anak perempuan teman-temannya. "Ibu sering liat dia nemenin Bu Fania, dia keponakan Bu Fania yang baru tinggal di sini beberapa bulan ya, Vin?"
"Bang Alvin sama Bu Galea?" itu bukan suara Alvin, tapi Jelly dengan suara memekik yang tak percaya karena mendengar ucapan Ibunya. Suana ruang tamu yang awalnya tenang karena ketiganya tengah fokus dengan tontonan di layar televisi jadi sedikit terganggu. "Jelly nggak setuju ah, Bu Galea terlalu baik untuk Bang Alvin."
Alvin hampir saja memutar bola matanya jika tidak ingat ia sedang berhadapan dengan siapa, memutar bola mata adalah hal yang tidak sopan. Dan Alvin cukup ingat jika Jelly adalah peniru yang baik, sekali Alvin menunjukan sikap yang kurang baik maka Jelly akan meniru dengan mudahnya.
"Kamu tau apa sih, Dek." Alvin melirik sekilas Jelly, alasan klasik anak jaman sekarang. Kamu terlalu baik untuk aku, jadi kita putus. Besok-besok pasti banyak penjahat hanya karena tidak mau disangka baik oleh pasangannya demi mempertahankan sebuah hubungan. Dan tentu saja itu semua hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki sumbu pemikiran yang sangat pendek.
"Aku nggak suka aja abang sama Bu Lea," ucap Jelly masih berusaha mempertahankan muka masamnya, Alvin heran dengan apa yang ada di pikiran Jelly. Memang apa kurangnya Alvin coba sampai harus dikatakan tidak cocok, Alvin ragu jika ia dan Jelly satu produksi.
"Kamu tuh harusnya dukung Abang kamu dong, emang Adek tau apa soal Bu Lea yang terlalu baik? Bang Alvin kurang baik 'kah untuk Bu Lea?" tanya Desinta, kedua anaknya ini memang senang sekali berdebat hal-hal kecil. Padahal jarak umur keduanya cukup jauh, tapi kalau disatukan sama-sama seperti anak dengan umur belasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKAD
General Fiction(SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS) Akad (n) : Perjanjian. Karena berpacaran sebenarnya tidak lagi ingin Alvin lakukan. Yang Alvin cari adalah calon istri, mengingat usianya sudah cukup matang untuk membina rumah tangga. Tapi Realita cukup pahit, mencari...