Waktu mengajarkan manusia memahami hiruk pikuknya siang dan tenangnya malam, membagi keduniaan dalam lembaran masa silam dan masa depan, mengikat erat satuan ruang dan memisakannya menjadi wilayah yang tersebar luas, lengkap dengan warna dimensi sosial budaya yang berbeda-beda, menjadi saksi lahirnya karya-karya terbesar manusia dan luasnya ilmu pengetahuan, tapi waktu juga lah yang melihat semua kehancuran.
Ketika kesombongan dunia yang materialistik karena manusia muali kehilangan dialektikannya dengan Maha Pencipta.
Hakikat waktu menyadarkan manusia untuk tidak merugi karena manusia tidak abadi.
---
Tertanda seseorang yang tidak cukup menghargai waktunya. Maka dari itu saya membuat puisi ini sedemikian rupa.
Sekian dari orang yang jatuh cinta pada seseorang yang tidak peka.
Jakarta, 2 September 2017
Annissa Afifah
Yeojachigu- nya Kim Seokjin.Bijak? Ahay.
Galau? Engga kok:) Justru aku sedang gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baper Zone
PoetryKetika hati yang terluka tidak mampu berkata, maka jari tangan lah yang berbicara mewakili sang mulut yang tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Jika semua orang tidak ingin mendengarkan curahan hati dari sang mulut, maka semua orang dapat memba...