1. Nightmare

1.1K 76 1
                                    

Rintik hujan diluar sana masih terlihat dari balik jendela kamarku. Aku membiarkan angin malam yang dingin masuk kedalam.

Sudah hampir tiga jam hujan mengguyur kota Seoul. Namun tampaknya ia enggan berhenti. Mungkin malam ini ia tengah bersedih. Atau justru bahagia? Aku tidak tahu. Yang aku tahu, selama 3 jam aku hanya duduk diatas ranjangku sembari memeluk kedua lututku.

Jam di kamarku sudah menunjukkan hampir pukul satu dini hari, tapi aku belum memejamkan kedua mataku sama sekali.

Tidak, aku terlalu takut bahkan untuk memejamkan mata selama beberapa detik saja. Ya, aku takut. Takut sesuatu terjadi. Sesuatu yang sudah terjadi selama beberapa tahun terakhir.

Aku tidak mau.

Berbeda dengan orang lain, aku justru membenci satu kegiatan yang biasa mereka sebut tidur. Terlelap di malam hari untuk memulihkan energi mereka yang habis untuk beraktifitas dari pagi hingga siang, atau bahkan malam.
Dan aku membencinya. Namun bukan berarti seumur hidupku aku tidak pernah tidur. Bukan, bukan begitu maksudku.

Aku berbeda dengan orang lain. Aku bahkan tidak bisa bermimpi dengan normal. Aku tidak bisa merasakan lagi bagaimana rasanya saat mimpiku terasa indah dan menyenangkan.

Mimpiku berbeda. Tidur hanya akan membawa malapetaka bagiku. Aku beberapa kali hampir kehilangan jiwaku sendiri hanya karena aku tidak sadarkan diri.

Miris. Bahkan aku sempat beranggapan kalau kehidupanku hanyalah sebuah mimpi buruk untukku.

Ya, mimpi buruk.

Aku menoleh ke jendela kamarku dan memperhatikan sebuah benda yang tergantung di sana. Benda itu terlihat bergerak-gerak gelisah saat angin menyapanya. Mungkin ia tidak suka pada angin, karena angin seperti selalu ingin menerbangkannya. Atau ia justru sangat menyukai angin hingga ia bergerak layaknya mengajak angin untuk menari bersama?

Sekali lagi, aku tidak tahu.

Yang aku tahu, orang-orang percaya bahwa benda itu bisa membawa mereka ke dalam keberuntungan. Mereka percaya bahwa benda itu bisa menjauhkan mereka dari segala mimpi buruk dan membiarkan setiap mimpi indah masuk.

Namun sepertinya itu tidaklah berlaku sama sekali untukku. Bahkan yang kurasakan malah seperti berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan orang-orang.

Selama ini benda itu selalu tergantung di sana. Aku bahkan sama sekali tidak ingin menyentuhnya, takut kalau-kalau ia hancur jika aku menyentuhnya walau hanya dengan sentuhan yang amat lembut.

Sekali lagi, benda itu tidak berlaku untukku. Dia tidak berpihak padaku. Dia justru selalu membiarkan setiap mimpi buruk menghantuiku dan membunuh setiap mimpi indah yang ingin menyapaku. Benda itu jahat. Tapi aku tidak bisa membuangnya. Hanya itu yang bisa aku percayai. Aku percaya mungkin benda itu bisa menolongku suatu saat nanti.

Perlahan aku merebahkan tubuhku dan segera menyelimuti tubuhku untuk melindunginya dari udara dingin yang mencoba membekukan permukaan kulitku. Kumiringkan tubuhku ke arah jendela kamarku agar si penangkap mimpi itu tahu kalau aku hendak tertidur, meskipun aku tahu kalau itu sama sekali tidak berguna.

Seiring berputarnya jarum jam, pandanganku mulai mengabur hingga pada akhirnya semuanya menjadi gelap saat kedua kelopak mataku kian terasa berat.

Dan mimpi buruk itu pun dimulai.

********

Cuaca begitu cerah siang ini. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar vila tempatku tinggal. Ya, selama ini aku tinggal di sebuah vila. Seorang pria baik hati memberikannya padaku begitu saja. Dia bukan pria biasa. Dia adalah pria yang sangat berpengaruh dalam kelangsungan hidupku selama ini. Aku pasti sudah mati sia-sia jika tidak ada dirinya.

Dream Catcher ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang