4. Abnormal

338 41 1
                                    

"Gamsahamnida."

Eunsoo sedikit membungkukkan badannya sesaat setelah ia memberikan sekantung plastik yang berisi makanan ringan kepada seorang wanita.

Ia melirik ke sebuah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jamnya sudah menunjukkan hampir jam 9 malam.

Eunsoo membuang napasnya pelan. Ia kemudian duduk di kursi sembari menunggu pelanggan lain yang hendak membayar.

Kemudian dua orang gadis berjalan menghampirinya. Eunsoo segera berdiri dan mulai menghitung satu per satu harga belanjaan mereka berdua.

"Gamsahamnida."
Ucap Eunsoo sembari tersenyum ramah.

Ia baru saja hendak mendudukan dirinya kembali, sebelum sesuatu mengusik indra pendengarannya.

"Yaakk.. Aku pernah melihatnya di perpustakaan kota. Kau tahu? Tingkahnya aneh sekali saat itu."

"Aish.. itu tidak mungkin. Eonni itu sangat cantik dan dia terlihat biasa saja."

Salah satu diantara mereka nampak menolehkan wajahnya ke belakang sebelum menggapai gagang pintu.

"Jangan menatapnya! Bagaimana jika dia menghipnotismu?!"
Ucap temannya sembari memukul bahu temannya.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Yakk.. Aku melihatnya sendiri. Saat itu dia berbicara sendiri. Ah, dia juga bahkan berteriak dan melempar sebuah vas dengan buku."

"...Seperti orang gila. Ku pikir dia sedang kerasukan saat itu."

Temannya menatapnya tidak percaya.
"Jinjja? Ah, itu mengerikan."

"Kemudian aku melihatnya pergi keluar bersama seorang wanita dan laki-laki. Sepertinya mereka bukan orang biasa. Aku bahkan dapat berpikir kalau mereka adalah dokter jiwa."

"Mwo? Yakk.. Aku jadi kasihan padanya. Jadi maksudmu Eonni itu gila? Padahal dia cantik dan baik. Lantas kenapa dia bekerja disini? Bagaimana jika dia melukai orang-orang?"

"Aish.. ku tidak tahu. Sebaiknya kita harus cepat. Bagaimana jika dia juga melempar kita?"

Mereka berdua pun terlihat keluar dengan tergesa-gesa layaknya orang ketakutan.

Eunsoo mengepalkan kedua tangannya. Rahangnya mengeras.

"...Seperti orang gila..."

Eunsoo bisa mengingat ucapan mereka dengan baik.
Ia menghela napasnya dan mendudukan dirinya di kursi.

"Noona, gwaenchanna?"
Tanya seseorang yang berjalan menghampirinya.

Eunsoo memijit pelipisnya pelan.
"Jungkook-ah, bisa kau menggantikanku sebentar? Sepertinya aku perlu istirahat sebentar." Ucap Eunsoo sembari memindahkan tubuhnya ke sebuah kursi yang berada di belakangnya.

"Arasseo. Noona bisa pulang sekarang jika merasa tidak enak badan." Ucap pria bernama Jungkook itu sembari duduk di kursi yang tadi ditempati Eunsoo.

"Aniya. Aku hanya perlu duduk sebentar. Maaf merepotkanmu."

"Gwaenchannayo, noona. Aku akan menggantikanmu."

"Gomawo."
Eunsoo tersenyum tipis. Kemudian ia melipat kedua tangannya diatas meja dan menenggelamkan kepalanya disana sementara Jungkook tengah sibuk dengan pelanggan.

"...Seperti orang gila..."

Ucapan gadis tadi masih terngiang-ngiang di kepala Eunsoo.

"Semuanya ₩ 9.00 ,Tuan." Ucap Jungkook sembari memberikan sebuah kantung plastik kepada seorang pria.

"Maaf, tapi aku ingin dia yang menghitungnya." Ucap pria itu sembari menunjuk Eunsoo dengan tangannya. Jungkook mengikuti arah tangannya.

"Nde? Tapi aku sudah menghitungnya dengan benar."

"Tapi aku ingin dia yang menghitungnya."

"Ah, maaf Tuan. Tapi saat ini dia sedang tidak enak---"

"Gwaenchanna, Jungkook-ah." Eunsoo segera beranjak dari kursinya dan berdiri di sebelah Jungkook. Ia segera mengambil kantung plastik yang berada ditangan Jungkook dan kembali mengeluarkan belanjaannya satu per satu untuk segera dihitung.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya pria itu.

"Nde."
Ucap Eunsoo tanpa melihat pria itu. Hingga di dengannya pria itu terkekeh pelan.

"Semuanya ₩ 9.00. Gamsa--- Seokjin-ssi?!"
Ucapan Eunsoo terpotong begitu mellisa mengetahui kalau pelanggannya adalah Seokjin.
Sementara pria itu hanya mengulum senyum.

"Apa kau sakit? Kau tidak terlihat sedang baik-baik saja." Ucap Seokjin sembari menerima kantung plastik yang diberikan Eunsoo.

"A-ah, ya. Aku baik-baik saja." Ucap Eunsoo.

"Noona mengenalnya?" Tanya Jungkook.

"Eoh. Dia...."
Eunsoo menggantungkan ucapannya. Gadis itu terlihat bingung dan menatap Seokjin.

"Aku temannya." Ucap Seokjin.

"Ah, begitu rupanya." Ucap Jungkook. Pria itu tidak pernah bertemu dengan Seokjin karena biasanya Seokjin menunggu diluar. Ia hanya sesekali masuk dan itupun untuk membeli beberapa makanan ataupun minuman.

"Seokjin-ssi, tapi ini masih jam 9. Aku masih memiliki waktu 2 jam lagi." Ucap Eunsoo.

"Ah, Noona akan pulang?"

"Apa dia boleh pulang sekarang?" Ucap Seokjin.

Jungkook mengangguk.
"Geurom. Aku lihat Eunsoo noona sedang tidak enak badan."

"Kalau begitu kajja pulang. Kau harus segera beristirahat."

"T-tapi---"

"Kalau begitu kami pamit pulang." Ucap Seokjin kepada Jungkook.
Ia dan Eunsoo pun segera berjalan keluar.

"Apa demammu sudah turun? Kau masih terlihat pucat, kurasa." Ucap Seokjin saat mereka berdua memasuki mobil miliknya.

- TBC -

Dream Catcher ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang