Siang itu kehebohan terjadi di kelas 2-D, kelas Takaki Yuya. Kehebohan itu bukan disebabkan oleh si troublemaker. Oke, mungkin memang ada hubungannya dengan Yuya. Tapi bukan laki-laki itu dalang utama kehebohan tersebut. Suasana di kelas menjadi ricuh, berbagai bisikan terdengar dimana-mana. Bahkan anak-anak kelas sebelah juga ikut keluar untuk melihat.
Di tengah-tengah kerumunan orang, gadis dengan rambut hitam panjang yang terlihat acak-acakan berdiri menunduk di depan kelas si troublemaker. Tubuhnya gemetar dan berkeringat dingin, dia tidak suka dikelilingi banyak orang karena itu mengingatkannya pada orang-orang yang berkerumun mengelilinginya saat kejadian malam itu. Tapi Hime berusaha keras untuk bertahan.
"Ada apa, Nishiyama?" tanya Yuya dengan suara khas dan sikapnya yang cool pada Hime saat dia sudah berdiri tepat di depan gadis itu.
Hal itu membuat suara riuh rendah semakin terdengar dari murid-murid yang mengelilingi mereka. Semua mata memandang mereka dengan tatapan tak percaya. Aneh. Seorang Takaki Yuya yang tidak pernah mau tahu nama seseorang—bahkan nama teman sekelasnya sendiri—bisa tahu nama anak yang begitu pendiam, aneh dan menyeramkan seperti Nishiyama Hime. Kebanyakan dari murid-murid itu melayangkan pandangan kasihan pada Hime. Mereka mengira dia adalah korban baru dari kenakalan berandalan sekolah itu. Yuya berdecak pelan, tampaknya dia mulai terganggu tapi berusaha tidak peduli dengan semua kehebohan teman-temannya. Dia tidak peduli tentang apapun yang teman-temannya pikirkan tentangnya.
Ryosuke yang melayang-layang di dekat Hime lebih dulu menyadari kalau tubuh kekasihnya gemetaran dan wajahnya yang memucat. Dia segera ingat sesuatu.
"Yuya, Hime punya trauma dikelilingi banyak orang! Cepat bawa dia pergi dari sini sebelum dia pingsan lagi!" seru Ryosuke panik.
Dahi Yuya mengernyit mendengar kata Ryosuke. Dia memperhatikan gadis yang berdiri diam mematung di depannya. Tanpa pikir panjang Yuya langsung menyabet tangan kanan Hime.
"Ikut aku!" ujar Yuya langsung menarik Hime pergi melewati kerumunan orang yang kembali heboh.
"Lihat! Kasihan sekali anak itu!"
"Mau dibawa kemana dia? Jahat sekali Takaki itu!"
"Sst! Jangan sembarangan! Kalau omonganmu terdengar oleh Takaki, bisa-bisa kamu jadi target bully selanjutnya."
Suara sekelompok murid yang berdiri di pinggir lorong bukannya tidak terdengar oleh Yuya. Yuya sengaja diam saja, dia sudah menduga teman-temannya akan menunjukkan reaksi seperti itu. Image-nya di sekolah ini memang buruk sejak dulu dan dia tidak ada niatan meladeni pendapat orang-orang tentangnya. Sekarang, ada hal yang lebih penting daripada itu. Hime sepertinya benar-benar dalam keadaan yang buruk. Tangan gadis yang ia genggam itu sangat lemah, gemetaran hebat, dan dipenuhi keringat dingin.
Mereka sampai di atap sekolah, "Apa yang kamu lakukan di kelasku!?" Yuya segera memarahi Hime.
Tepat setelah tangan Hime lepas dari tangan Yuya, Hime jatuh terduduk. Kakinya tidak kuat menopang berat tubuhnya. Dia melihat lurus ke depan dengan tatapan kosong. Napasnya memburu dan tubuhnya masih gemetar hebat.
"Oi! Nishiyama, kamu tidak apa-apa?" Yuya berjongkok di depan Hime, memegang kedua bahu gadis itu dan sedikit mengguncang-guncangnya. Hime tidak menjawab pertanyaan Yuya.
Matanya berkaca-kaca. "Kenapa orang-orang mengelilingiku? Kenapa mereka melihatku seperti itu?" ujar Hime lirih hampir tidak terdengar.
"Gawat! Dia masih tidak bisa mengontrol dirinya, kalau dibiarkan Hime akan histeris dan jatuh pingsan seperti kemarin," Ryosuke kembali panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Shadow
FanfictionTidak ada yang menyangka malam penuh kebahagiaan 2 tahun yang lalu dengan sekejap berubah menjadi malam yang penuh kesedihan. Malam dimana hujan lebat mengguyur kota itu menyimpan sebuah kenangan perih bagi siapapun yang mengingatnya. Tidak hanya it...