Langkah kaki gadis itu dengan cepat melewati lorong sekolah. Untuk pertama kalinya selama masa SMA, seorang Nishiyama Hime bangun kesiangan. Semalam suntuk dia tidak bisa tidur karena gelisah memikirkan apa yang akan terjadi esok hari karena penampilan barunya. Gadis penunggu sekolah yang biasanya selalu datang paling awal dan pulang paling akhir itu sekarang harus menyusuri lorong sekolah yang sudah ramai. Entah sudah berapa puluh kali dia mengutuk dirinya sendiri. Dia berjalan secepat yang dia bisa sambil menunduk menuju kelasnya. Karena sekarang poninya tidak lagi menutupi wajahnya, dia jadi reflek menunduk lebih dalam untuk menghindari tatapan murid-murid yang terus memperhatikannya.
"Hei, lihat! Siapa dia?"
"Aku belum pernah lihat ada murid semanis itu di sekolah ini."
"Anak baru, ya?"
"Cantiknya!"
"Eh, itu kan Nishiyama Hime, anak kelas 2-B?"
"Masa?"
"Tidak mungkin!"
Semua murid yang berada di lorong terkesima melihat gadis yang baru saja lewat di depan mereka. Baik laki-laki maupun perempuan, semuanya terperangah. Bahkan ada murid yang sampai keluar dari kelasnya demi melihat Hime lebih jelas.
Reaksi yang diberikan teman-temannya bukannya membuat Hime senang. Dia malah semakin tersiksa. Dia sangat takut. Selama ini dia hidup menjauhi keramaian. Dia tidak bisa menghentikan perasaan tidak enak yang menjalar di sekujur tubuhnya saat dirinya tiba-tiba menjadi pusat dari keramaian tersebut. Tubuhnya mengucurkan keringat dingin. Dia ingin segera sampai di kelas, sepertinya dirinya akan aman di sana.
Tapi kenyataan memang tidak selalu sama dengan apa yang diinginkan. Pikiran naif Hime segera saja terpatahkan saat dia duduk di kelas. Kelas itu tidak seramai biasanya, kali ini hanya suara berbisik yang samar-samar mengisi seluruh penjuru ruangan. Teman-teman Hime sedang asyik membicarakan dirinya. Lebih baik kelas ini ramai dengan teriakan teman-temannya daripada sepi tapi semua orang membicarakannya. Begitu pikir Hime. Dia berusaha menenangkan diri dengan melakukan rutinitasnya, melipat origami bunga tulip. Walaupun dengan tangan yang gemetaran dan basah oleh keringat dingin, dia berusaha fokus pada kertas putih di tangannya.
Beberapa anak laki-laki yang berkerumun di ujung depan ruangan sedang membicarakan kecantikan Hime. Tapi tidak begitu lama sampai topik pembicaraan mereka berubah. Dari yang awalnya membicarakan Hime sekarang mereka fokus pada Yuya si berandalan sekolah. Sepertinya beberapa dari mereka pernah menjadi korban Yuya. Seorang anak laki-laki berkacamata yang duduk di meja mengawali cerita pengalaman pahit yang dia alami dan membuat yang lainnya sahut-menyahut menimpali dengan pernyataan yang intinya, "Kamu masih mending hanya begitu, aku pernah diperlakukan lebih parah oleh Takaki!"
Di sisi kelas yang lain, beberapa kelompok perempuan juga sedang bergunjing tentang Hime. Ada yang mengomentari penampilannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ada juga yang merasa iri pada Hime. Ada juga yang kasihan dan berpikir bagaimana bisa gadis semanis itu selalu berpenampilan acak-acakan dan melakukan hobi aneh.
"Jangan-jangan Takaki berbuat kasar padanya karena tidak mematuhi perintahnya? Nishiyama itu kabarnya jadi 'mainan' barunya Takaki, kan?" Seorang gadis berambut sebahu yang duduk di ujung belakang dekat pintu kelas itu menerka-nerka apa saja yang dilakukan Yuya pada Hime.
Gadis lain yang duduk di belakangnya bergidik ngeri sambil memeluk badannya sendiri saat mengungkapkan beberapa kemungkinan perlakuan kasar Yuya pada Hime.
"Aku juga berpikir begitu, jangan-jangan Takaki menjahilinya dengan menempelkan permen karet ke rambutnya, atau jangan-jangan Takaki sendiri yang dengan paksa memotong rambut Nishiyama dan akhirnya dia terpaksa merapikan rambutnya jadi sependek itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Shadow
FanfictionTidak ada yang menyangka malam penuh kebahagiaan 2 tahun yang lalu dengan sekejap berubah menjadi malam yang penuh kesedihan. Malam dimana hujan lebat mengguyur kota itu menyimpan sebuah kenangan perih bagi siapapun yang mengingatnya. Tidak hanya it...