Semenjak abi pergi, hari demi hari kulalui dengan penuh rasa jenuh. Hari ini adalah hari dimana aku harus wisuda pendidikan SMA-ku tanpa abi. Sulit melepas kenanganku selama bersamanya. Begitu juga dengan umi. Dia sangat kesepian." Dek...... Uni Atika datang jam 5. Sekarang kamu sana gih, mandi. Umi tahu sekarang kamu lagi datang bulan. Tapi jangan kebiasaan untuk malas ya!! "
Tiba-tiba suara umi mengagetkanku. Terpaksa aku harus bangun. Umi sangat paham kalau aku lagi datang bulan. Belum lama aku menulis diary-ku di notebook. Ya... Jadi kebiasaan kalau sudah datang bulan aku selalu sibuk sama diary-ku.
" Siap mi,!! " Sahutku lemas.Kali ini aku harus berhadapan dengan Uni Atika, perias depan rumahku. Sebagai seorang anak yang patuh, aku harus berdandan. Sejak kecil aku selalu menolak untuk didandani. Tapi karena ini perintah umi, aku selalu menurutinya.
Setelah mandi, aku menuju ke bawah. Disana sudah ada umi yang sedang melihat kebaya wisudaku.
"Nak, hari ini sebenarnya kamu harus ngaji. Lihat sekarang tanggal berapa? "
" Iya mi, tapi aku sekarang kan lagi datang bulan. "
" Iya umi tahu, tapi apakah kamu ingat sekarang tanggal berapa? "
" Kemarin tanggal 18, berarti sekarang tanggal..... " sahutku sembari mengingat sesuatu.
" Astagfirullah umi, Maira lupa!! " Kagetku.
" Umi nanti bilang ke Hanum, dia yang menggantikanmu mengaji di makam. Sudahlah.. Lagian kamu kan sekarang lagi harom masuk ke makam. " Sahut umi.
" Tapi kakak.... "
" Nanti umi coba bicara"
Aku menganggukkan kepala.Hanum adalah kakak perempuanku. Abiku sudah meninggal satu tahun lalu. Hari ini, aku kembali mengingat peristiwa-peristiwa yang kulalui bersama abi. Aku selalu ingat amanahnya.
Selama kamu masih ada di dunia ini, selalu doakan abi dan umi, ra. Jadilah hafidzah yang nanti akan memberi mahkota abi dan umi di surga nanti. Taat perintah umi. Jaga kakak. Rukun sesama saudara, sayangi umi dan kakak. Jaga mereka, ra.
" Sini, uni bedakin dulu,!! "
Aku menuju ke arah Uni Ati. Dan duduk sila di teras menghadapnya.
" Mau minimalis apa menor? " godanya.
" Menorin aja ti! " Seru umi dari balik dapur.
" Umi...... " lesuku.
" Yaudah sedang saja. Yang sedang-sedang saja.... " Pinta Uni Ati sambil menirukan lagu dangdut.
Aku tertawa tidak kuasa mendengar suara Uni Ati. Dia masih muda, tapi suaranya seperti nenek-nenek yang tua renta saja. Uni Atika sangat cantik dan menawan. Suaminya seorang Direktur perusahaan. Dia sendiri sibuk dengan salon dan butik yang saat ini ia jalankan.
"Mau nggak dek, nanti setelah lulus kerja di salon Uni. Nanti uni jadikan manajer salon. Kamu bisa jalanin usaha uni. Uni rencana mau tinggal di Saudi. Disana ada mertua sama kerabat. Kamu disini bisa gantiin uni. " Oceh Uni sambil menekan-nekan kapas bedaknya di wajahku.
" Enggak bisa ni, Maira ingin kuliah."
"Daripada kuliah, mending mbak pondokin aja!! "Seru Uni Ati.
" Terserah Maira saja.!! " Jawab Umi dengan lembut.
Umi membawakan roti beserta susu pada sebuah piring lebar. Kali ini umi membawakan 3 roti. Untukku, kakak, dan Uni Ati.
"Ngomong-ngomong dek, kamu mau ngelanjutin kemana?" Tanya seseorang yang daritadi duduk disampingku.
"Ini kakak ya? " Tanyaku sambil celometan karena masih di bedakin.
" Eh, sama kakaknya sendiri tidak kenal. " Seru Uni Ati.
" Uni daritadi nggak selesai-selesai mbedakinnya. Katanya sedang-sedang saja. " Bawelku.
" Eh..... Diam apa ra. Liat, uni sampai mau bedakin gigimu..!! " Celotehnya.
" Dah... Selesai. Ini eyesido nya mau warna apa ? "
" Apa itu eyesido? " Tanyaku bingung.
" Ini loh ra, yang ditaruh disini! " Jawab Uni sambil menunjukkan telunjuknya di kelopak mataku.
" Warna kuning saja... Kn hampir sama seperti kulit " Jawabku.
" Sudahlah Uni, terserah Uni saja yang penting terlihat menawan. " Goda kakak.
" Jangan Cantik-cantik. Karena kecantikan seorang wanita hanya boleh dilihat mahromnya saja. Iya kan, mi? "
" Iya, sayang. "
" Ilih, Ilih... Keluarga islami. " Goda Uni Atika.
"Ati, mbak berangkat dulu ya. Titip mutiara - mutiara ku. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutunggu Kau Menjadi Hafidzh
SpiritualGadis yang ditinggalkan sang abi, hidup bersama umi dan kakak perempuannya. Ketabahan adalah kunci utama yang ia pegang. Pada akhirnya ia harus menikah muda. Tak mudah untuk menerima semua itu, ia tak mungkin begitu saja menerima lelaki yang tidak i...