Mine : 4

66 5 0
                                    

Oh, siapa kah yang menaruh bawang bombay hingga membuat mataku berair!

Sungguh! Hatiku tercampur aduk membaca kisah di pembatas-pembatas buku itu. Rasanya seperti membaca cerita romansa yang awalnya begitu manis dan kau sudah begitu semangat karena menyukai kemistri dari si dua tokoh utama lalu ekspetasimu turun tiba-tiba karena ternyata akhir cerita cinta mereka berakhir tidak seperti yang kau inginkan atau yang kau duga.

Ini adalah cerita cinta yang pertama kali aku baca dan sukses membuatku terisak seperti anak bayi. Gosh! Aku tidak akan membaca cerita-cerita semacam ini lagi!

Namun, cerita yang ditulis di pembatas buku ini bukan cerita biasa kan? Cerita ini ditulis dengan sentuhan surat cinta dan terdapat pesan yang harus disampaikan dari si penulis kepada seseorang.

Jadi, karena tidak terima dengan akhir tragis cerita itu, aku akhirnya memutuskan untuk bersepeda ke The British Library dan menemui Evelyn.

Evelyn sedang cuti hari itu dan aku meminta alamat rumahnya kepada salah satu staf The British Library. Aku benar-benar ingin menemuinya hari ini juga karena semangatku sedang berkobar-kobar sekarang.

Evelyn tinggal di sekitar Frederick Street. Jadi, tanpa berlama-lama lagi, aku pun segera mengayuh sepedaku kesana.

Aku mengetuk pintu rumahnya dan seorang wanita membukakannya dari dalam. Aku bisa mengenali bahwa itu adalah Evelyn karena matanya berwarna kehijauan dan rambutnya yang keriting berwarna pirang. Ia persis seperti apa yang diceritakan.

“Oh, halo,” sapanya bingung ketika melihatku berdiri di depan pintu rumahnya. “Kau ingin bertemu siapa?”

“Oh, hai!” aku balik menyapa sembari tersenyum. “Perkenalkan, aku Laura Elliot. Aku pekerja paruh waktu di Pizza Express King’s Cross dan merupakan salah satu pengunjung di The British Library. Aku ingin bertemu denganmu. Kau Evelyn Johnson, kan?”

Ia tampak terkejut mendengarnya tetapi akhirnya ia mengangguk. “Ya, aku Evelyn Johnson. Dan boleh kutahu apa yang mau kau lakukan disini?” tanyanya.

Aku menghela napas lega mendengar responnya. “Aku ingin menceritakan beberapa hal kepadamu,” jawabku. Kemudian aku menyadari bahwa kami masih berdiri di ambang pintu. Aku pun berkata, “Bisakah kita masuk dan berbicara di dalam saja? Kupikir di dalam mungkin lebih… nyaman.”

Evelyn tertawa mendengarku. “Oh, tentu. Silahkan,” katanya dan aku pun masuk ke dalam rumahnya.

Aku duduk di sofa ruang tengah Evelyn dan Evelyn pergi ke arah dapur. Dari sana ia berteriak kepadaku apa aku mau minum sesuatu.

Hot lemon tea, please!” balasku. “Dan mungkin beberapa keping biskuit karena aku cukup lapar,” lanjutku lagi.

Aku bisa mendengar suara Evelyn yang tertawa riang dari arah dapur karena mendengarku. Beberapa menit kemudian, ia membawakan nampan berisi sebuah teko teh, dua buah gelas dan sepiring biskuit juga beberapa potong kue. Ia menaruhnya di meja dan tanpa buang-buang waktu aku langsung menyambar sepotong kue lalu mengunyahnya.

“Kau bersepeda dari Pizza Express kesini? Kau pasti lelah sekali,” tanya Evelyn kepadaku.

“Sebenarnya aku tadi pergi ke The British Library dulu untuk mencarimu. Mereka bilang kau sedang cuti jadi aku menanyakan tempat tinggalmu dan segera kesini,” balasku dengan mulut penuh kue.

Evelyn mengernyitkan dahinya. “Memangnya ada apa gerangan kau ingin menemuiku?”

Aku langsung menelan bulat-bulat kue yang memenuhi mulutku setelah mendengar pertanyaannya. Aku pun segera merogoh saku jaketku dan mengambil pembatas-pembatas buku tersebut.

The Paper Bookmarks and Story Behind It [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang