Selamat, ucapku. Begitu hebatnya dirimu mematahkan sebuah harapan, memainkan sebuah peran yang hanya menumbuhkan perasaan tanpa memberikan kepastian. Entah itu hobimu atau memang kau melakukannya sebagai pengisi waktu luangmu. Bagiku, kau sudah seperti manusia yang sangat hina, berlaga layaknya raksasa cinta yang memakan hati kemudian meninggalkan luka.
Aku harus mengakhiri semua haru dan bersiap menjemput hati yang baru. Tetapi ini tidak semudah yang aku bayangkan. Semua kisah yang pernah kita alami tiba-tiba terlintas dipikiranku, seperti sebuah kaset yang baru saja diputar. Entah mengapa aku lebih menikmati untuk mengenang semuanya, saat-saat kita sedang berdua sebelum kau memilih dia. Sudah cukup. Semakin lama aku mengingatnya maka sama saja aku membuat luka dibelahan hati lainnya.
Aku berusaha sekuat tenaga untuk membuka hati agar aku tak terus-terusan disiksa kenangan yang menyakitkan. Sejauh ini aku sudah bisa untuk sekedar jatuh cinta lagi meskipun aku harus siap patah hati. Ya, sekarang aku sudah menemukan seseorang yang berhasil memapahku dari kesedihan, berhasil membuatku berdamai dengan kenangan. Sungguh indah saat kau sedang merasakan jatuh cinta, padahal kemarin kau sedang berteman dengan luka. Nikmati dulu masa-masa itu, karena akan ada waktu dimana kau harus kembali merapikan hati seperti kejadian di masa lalu. Bagiku, setiap pertemuan akan mengajari kita tentang perkenalan sebelum membawa kita kepada perpisahan. Aku yakin itu.