Part 3 ~ Man Jadda Wa Jadda

2.3K 68 2
                                    

Sering kali kita tidak merasakan kehadiran Allah. Padahal Allah itu lebih dekat dari urat leher kita sendiri. (Baca surah Al-Baqoroh ayat 186).


💛💛💛

Akhir pekan merupakan hari libur bagi para pekerja, termasuk Hani. Ia menghabiskan waktunya dengan berkumpul bersama keluarga. Karena dihari biasa moment tersebut jarang ditemukan, dikarenakan kesibukan masing-masing. Bapaknya yang selalu pergi kerja di pagi buta, Adiknya yang selalu sekolah, dirinya yang setiap hari bekerja, dan yang tinggal hanyalah Ibunya, yang jika sore hari mengajari anak-anak warga mengaji. Begitulah rutinitas yang selalu mereka jalani setiap hari. Jadi tak salah jika hari libur tiba mereka menggunakannya untuk berkumpul bersama.

"Subhanallaah... Besar sekali manfaat sedekah. Nah, kan, Bu. Apa Hani bilang kemaren," ujar Hani menanggapi isi ceramah Ustadz Yusuf Mansyur dari tape yang mereka dengar.

Sekarang Hani bersama Bapak dan Ibunya tengah duduk bersama di ruang tengah yang juga merupakan ruang tamu. Sedang Adiknya telah pergi bermain, entah kemana.

"Gak semudah itu, Hani. Sedekah itu memang memberi manfaat untuk kita. Tapi tidak secara langsung. Seperti ceramah tadi yang mengatakan bahwa ada seseorang yang bisa pergi umroh hanya karena sedekah. Sedekah di sini itu adalah sedekah yang berkesinambungan, bukan hanya sekali, lalu besoknya bisa pergi umroh."

"Hani juga tau soal itu, Bu."

"Selain itu, sedekah mereka bukanlah sedekah kecil seperti kita. Kita paling banyak lima ribu atau sepuluh ribu, sedangkan mereka? Mereka sedekahnya pakai uang merah."

"Yang namanya sedekah itu kan seikhlas kita, Bu. Bukan dari banyaknya nominal yang kita kasih. Lagian untuk apa sedekah banyak kalau cuma bikin riya' dan ujub aja? Jadi berapapun uang yang kita sedekahkan itu akan tetap Allah terima dan ganjar dengan belipat ganda."

"Belum apa-apa udah mikir ganjarannya. Gimana mau ikhlas?"

"Itu gak salah, Bu. Karena Allah pun sudah memberitahu itu. Supaya apa? Supaya kita termotivasi untuk beramal. Kita hanya orang awam, Bu, jadi itu hal wajar. Lain hal kalau kita minta dipuji manusia. Nah, itu yang jelas salah."

Hani terus saja beradu pendapat dengan Ibunya. Sementara Bapak hanya menjadi pendengar setia. Ia heran sendiri, kenapa Istri dan Anaknya tak pernah terlihat akur, selalu saja berselisih pendapat.

"Sedekah itu hukumnya sunnah. Jadi tak ada paksaan, dikerjakan iya, tidak juga tak masalah. Berapapun uang yang kita sedekahkan itu akan Allah hitung. Yang pasti niat kita bersedekah itu apa? Karena amal itu tergantung niat. Kalau niat sudah tidak baik, maka jangan heran hasilnya tidak sesuai harapan," kali ini Bapak yang bersuara.

"Bapak aja sependapat sama Hani. Lagian kalau kita mau berusaha, maka kita pasti akan munuai hasilnya. Karena Allah bilang, Man jadda wa jadda. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Entah di dunia atau di akhirat kita akan menuai hasilnya, hanya Allah yang tahu."

Ibu tak menyahut lagi. Ia memilih aman. Karena seperti biasanya, perdebatan mereka tak akan usai jika dirinya tak mengalah.

💛💛💛

"Bu, hari ini kita ada pengajian seperti biasa. Tapi, Hani mau izin dulu sama Bos." ujar Hani saat sarapan pagi. Bapak dan Adiknya sudah berangkat, hingga tinggal ia dan Ibunya saja.

Cinta Bersemi Di Tanah SuciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang