BAB 2

4.5K 263 2
                                    

Sudah hampir dua minggu aku dan Yudha gak bertemu, kita bertemu hanya lewat panggilan video call.
Akhir-akhir ini dia sibuk untuk persiapan kunjungan Pangdam di Batalyonnya.
Duuhh resiko jadi pacar Abdi negara, harus kuat menahan rindu.

Hari ini Yudha belum menelponku lagi, terakhir tadi siang dia menelponku hanya beberapa menit dan harus di tutup dulu karena mau berkumpul lagi. Entah kumpul dalam rangka apa aku gak nanya juga.
Dan sekarang sudah pukul 19.00 dia belum menelponku juga.

Ddrrrttt dďrrtttt
Sebuah panggilan masuk di ponselku, sebuah nomor baru.

"Halo Assalamu Alaikum"

"Wa'alaikum salam" jawab suara dari telepon di seberang yang ternyata seorang perempuan.

Aku berusaha mengingat dan mengenali suara tersebut, tapi suara ini sepertinya asing bagiku.

"Maaf siapa yah?" Tanyaku

"Aku Tari, ini dengan Reina pacarnya Yudha kan? Balasnya

"Iya benar, ada apa yah?"

"Gak ada apa-apa, aku cuma pengen beritahu kamu kalau tadi Yudha nelpon aku, awalnya hanya basa-basi eh ujung-ujungnya dia gombalin aku. Pas aku nanya-nanya tentang kamu dia malah bilang gak tau, kita kan sesama perempuan makanya aku beritahu kamu."

"Masa sih? Yudha nelponnya lama gak? Oh iya dapat nomorku darimana?"

"Iya lama, ini dia baru selesai nelpon. Gampang saja kok saya dapat nomor mu, saya ini istri dari lettingnya Yudha tapi beda satuan. Omku yang tentara juga kenal dengan Yudha. Katanya omku, Yudha itu memang terkenal genit. Kalau kamu mau nanti aku coba bantu kamu cari tau tentang Yudha"

"Ehhhmm makasih atas tawarannya mbak, tapi sepertinya gak perlu. Maaf juga yah kalau Yudha sudah lancang gombalin mbak padahal mbak istri dari lettingnya"

"Iya gak apa-apa, kita saling bantu aja sesama perempuan"

Pikiranku mulai kacau dan gak fokus dengan semua yang di ucapkan oleh Tari ini, yang ada di pikiranku saat ini hanya ingin bicara dengan Yudha. Aku ingin Marah, ada apa dengan hubunganku ini.

Aku memilih untuk mengakhiri panggilan telepon dan minta pamit dengan alasan ada keperluan, aku berbohong.
Aku gak tahan mendengar semua ucapan Perempuan itu tentang Yudha, masa iya Yudha tega melakukan itu padaku.
Tes, tak sadar air mataku menetes.
Aku cengeng? Iya aku sangat cengeng.

Aku mencoba menghubungi Yudha, namun gak di angkat.
Aku menelpon hingga puluhan kali tapi belum ada jawaban juga, aku mengirim sms tapi juga gak ada balasan.

Pikiranku benar-benar kacau saat ini, aku memaki Yudha dalam hati.
Hatiku begitu terasa sesak, kepalaku sakit karena mengeluarkan terlalu banyak air mata.

Mataku terasa lelah menangis, aku mencoba memejamkan mata untuk tidur. Percuma aku menangis, Yudha sepertinya gak peduli lagi denganku.

Dddrrttt ddrrttt
Ponselku bergetar tanda panggilan masuk dan ada nama Yudha berkerlap-kerlip disana.

Tanpa basa-basi aku langsung mengeluarkan semua uneg-unegku padanya.
Rupanya dia sudah membaca isi smsku dan langsung menelponku.

"Apa lagi ini Yud? Tadi kamu bilang sama aku kalau kamu ada kumpul-kumpul tapi ternyata kamu menelpon cewek lain"

"Aku memang tadi nelpon dia karena dia miscall aku, memang tadi aku juga sempat nelpon dia karena dia bilang kalau dia satu daerah dengan abangku. Kebetulan tadi abangku itu tadi ada waktu kita ngumpul-ngumpul jadi aku telpon dia untuk tanya dia tapi cuma sebentar, pas maghrib dia miscall aku"

MUNGKINKAH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang