BAB 18

2.7K 196 6
                                    

Yudha pov

"Re kamu suka gak tempat ini?" Tanyaku ketika melihat Reina tersenyum memandangi sekeliling.
Aku, Reina beserta kedua mertuaku sedang berada di puncak untuk refreshing.

"Iya, aku suka dengan pemandangan alam seperti ini" jawab Reina yang sudah bisa aku ajak bicara dengan baik.

"Dulu kita bertemu pertama kali disini Re"

Reina hanya diam dan berjalan menjauhiku.
Reina menuju bukit yang tak jauh dari tempatku.

"Yud cepat kesinii" teriak Reina ketika berada di tepi bukit, aku segera berlari.

"Yud aku mau bunga itu" tunjuk Reina pada sebuah bunga berwarna ungu yang berada di sisi bukit.

"Tapi tempat bunga itu cukup Terjal Re"

"Tapi aku mau bunga itu"

"Bahaya Re, biar aku beli bunga yang lain yah?"

"Ya udah kalau kamu gak mau, aku bisa kok" ucap Reina dengan suara tinggi yang menandakan dia mulai marah, dia melepas sepatunya ingin segeran turun mengambil bunga itu.

"Jangan Re, iya biar saya ambilkan. Kamu tunggu disini yah" aku melihat ke sekeliling bukit, semoga saja aman.
Aku mulai turun dengan berpegang di batu dan akar pohon yang ada.

"Yudha hati-hati" teriak Reina dari atas bukit.

Apa baru saja Reina menyemangatiku? Dia peduli padaku? Aku semakin bersemangat mengambil bunga itu. Sementara Reina terus bersorak girang di atas bukit.

Sedikit lagi bunga itu aku raih dan
Bruuukkk

"Arrgghhh" batu yang menjadi tumpuan kakiku terlepas, beruntung aku segera meraih dan berpegang pada akar pohon.

Suara dan teriakan Reina tak lagi ku dengar, mungkin ia lelah dan beristirahat di atas sana.

Aku berhasil mengambil bunga yang di maksud dengan Reina, sekilas bunga itu mirip dengan bunga mawar namun ia tak mempunyai duri.
Bunga yang berwarna ungu dan batangnya sedikit kemerah-merahan, bunga yang indah pantas saja Reina ngotot ingin bunga ini.

Aku menatap sekeliling mencari Reina ketika aku sudah berada di atas bukit, Reina tak ada disitu.

Mataku tertuju pada 3 orang yang sepertinya terlibat adu mulut.
2 orang wanita dan seorang pria, itu Reina serta danton Satya dan istrinya.
Aku melihat Reina berusaha mendekati danton Satya tapi di halangi oleh istri Danton Satya.

Aku mendekat ke arah mereka dan berusaha menenangkan Reina.

"Mbak Reina itu harusnya sadar, mbak dan mas Satya gak bisa bersama lagi. Kalian sudah punya kehidupan masing-masing, mbak sudah punya Yudha cobalah terima dia jangan terus-terusan mengganggu suamiku" ucap istri Danton Satya yang sepenuhnya benar.

Tiba-tiba Reina mendorong perut Istri danton Satya dan terjatuh ke tanah.

"Reinaaaa" teriak danton Satya dengan wajah merah padam

Istri danton Satya meringis kesakitan memegangi perutnya

"Kalau sampai istri dan calon anakku kenapa-kenapa, aku gak akan memaafkan kamu Reina" lanjut danton Satya.

"Mas Satya tega sama aku? Aku sayang kamu mas, apa kita gak bisa bersama lagi seperti dulu"

"Yudha bawa istrimu pergi dari sini" ucap danton Satya

"Ijin, Siap Danton"

Aku menarik Reina pergi dari situ dan ia terus saja berontak dan berteriak memanggil danton Satya, beberapa pasang mata yang ada di sekitar tertuju pada kami.

"Re sadar dong, danton Satya sudah punya istri dan sebentar lagi akan punya anak. Kamu harus terima itu, lihat aku Re. Aku suamimu"

"Tidak, karena kamu hidupku seperti ini. Aku terjebak dalam pernikahan bodoh ini, bagaimana mungkin aku bisa menerima orang yang tak ku sukai menjadi suamiku"

"Kita menikah karena suka sama suka Re"

"Itu hanya karena aku amnesia jadi aku menerimamu dan aku bertahan tetap bersamamu karena keinginan Ayah dan bunda"

Lagi-lagi kata-kata Reina menusuk hatiku, Sepertinya tak ada tempat sedikitpun di hati Reina untukku.

"Kalian darimana saja? Ayah dan bunda nyariin kalian" Ucap ibu Mertuaku

Reina berlari memeluk bundanya, ia menangis. Hatinya begitu sakit melihat danton Satya bersama istrinya, begitu cintanya ia kepada danton Satya sampai aku suaminya sendiri tak ada artinya di matanya.

"Re sampai kapan kamu seperti ini nak? Berkali-kali bunda bilang kalau kamu dan Satya tidak bisa bersama lagi, bukannya Satya sendiri juga sudah mengatakan seperti itu"

Ayah dan bunda mertuaku terus menasehati Reina, Reina hanya mampu terdiam sambil menangis di pelukan bundanya.

Aku merasakan Kakiku begitu perih

"Loh Yudha itu kakimu kenapa? Sepertinya luka" tegur ayah mertuaku.

Aku melihat kakiku dan ternyata memang benar, betisku sebelah kiri luka mungkin terkena kayu sewaktu mengambil bunga buat Reina.

"Oh ini tadi gak sengaja terkena kayu Yah di bukit sana" ucapku "disitu tadi banyak ranting pohon yang belum di bersihkan" lanjutku berbohong

"Lain kali hati-hati, ya sudah kamu bersihkan dulu"

***

"Yudha besok ayah dan bunda akan pulang ke rumah nak, kasian perkebunan gak ada yang kontrol. Ayah harap kamu dan Reina baik-baik disini" ucap ayah mertuaku sambil mengelus punggungku "kamu yang sabar yang nak" tambak ibu mertuaku.

Aku melirik ke arah Reina yang sibuk memainkan ponselnya.

"Insyaa Allah aku menjaga Reina sebaik mungkin Ayah Bunda"

"Kamu juga Re, baik-baik sama Yudha. Jangan terus-terusan acuhkan Yudha, Yudha ini suamimu" Ayah berbalik menatap Reina.

"Iya Ayah dan bunda tenang saja, aku gak akan meracuni Yudha kok. Wajar kalau aku mengacuhkan Yudha toh gak ada yang harus kami bicarakan, gak ada yang penting." Ucap Reina sambil tetap memainkan ponselnya

"Tolong yah Re kalau bicara sama orang gak usah main HP dulu" Ayah merebut ponsel dari tangan Reina

Reina memajukan bibirnya tanda tak suka, Reina yang ku kenal dulu benar-benar berubah.

"Re bunda harap kamu sudah bisa menerima Yudha sebagai suamimu"

"Gak semudah itu bunda, perasaan gak bisa di paksakan. Salah dia kenapa memilihku sebagai istrinya"

"Reina bisa tidak kamu berbicara dengan baik-baik, kurang apalagi Yudha ini. Dia sudah sangat sabar menghadapi kamu" ucap Ayah dengan suara yang sudah mulai meninggi.

"Ayah bunda sudahlah, tidak usah memaksakan sesuatu yang Reina tidak suka. Aku gak apa-apa, bagaimanapun Reina aku akan tetap mencintainya. Dia istriku, aku telah memilihnya. Jadi baik buruknya itu resiko ku."

Braakkk
Reina masuk kamar dan menutup pintu dengan cukup keras, aku yakin hati dan pikiran Reina sedang berkecamuk sekarang.

....

Bersambung

Mohon kritik dan sarannya

Jangan lupa vote dan komentarnya
Makasih 😊

MUNGKINKAH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang