"Aku tak bisa membedakan antara kamu dan es batu, karena kalian memiliki persamaan yaitu benda mati yang tak punya hati!"
*Nana*
**†**
"Coba aja kalau berani!" Tantang Evan, ia pikir Nana tidak akan berani membongkar aibnya itu.
"TEMAN - TEMAN SEMUANYA, TERNYATA EV- Hmppph... " Evan membekap mulut Nana yang bawel itu.
"Bawel, iyaya gue temenin! " Ucapnya pasrah.
"Hore! Ayo sini!" Nana menarik tangan Evan menuju kantin, Evan yang di belakangnya mengikuti hanya dapat tersenyum setipis kain satin.
"Dasar cewek aneh!" Batinnya.
**†**
Sebuah pemandangan langka yang membuat semua mata memandang dua murid yang memasuki kantin. Dengan wajah kaku dan berseri - serinya mereka berjalan berdampingan.
Banyak yang mencibir, menggosipkan yang tidak - tidak, bahkan ada yang terang - terangan mengatakan bahwa ia cemburu.
"Lo gila ya?" Bisik Evan, ia tidak suka menjadi pusat perhatian di sekolah barunya itu. Ia pindah ke sekolah itu hanya untuk mencari ketenangan, tetapi suatu hal yang membuat hidupnya tidak tenang yaitu cewek gila yang berada di sebelahnya.
"Santai aja, omongan orang - orang itu anggap saja angin lewat!" Ucap Nana sambil menarik lengan Evan menuju dagang bakso Pak Amat yang sangat disukainya.
"Gak usah tarik - tarik!" Kata Evan sambil menepis tangan Nana.
"Ih, sakit tau!" Ucap Nana. Evan tak memperdulikannya, ia berjalan meninggalkan Nana yang sedang cemberut itu.
"EVANNN, TUNGGUIN GUE!" Teriak Nana sambil mengejar Evan yang berjarak 30 meter di depannya.
"Toa!" gumam Evan saat Nana berada di sebelahnya.
"Apa lo bilang?" tanya Nana.
"Nothing."
"Pak Amat, bakso 2 mangkok ya yang spesial!" Pesan Nana saat sudah tiba di depan warung bakso Pak Amat.
"Wah, siap neng Dian. Neng Dian cowok yang di sebelah itu siapa ya? Pacarnya neng Dian ya? Yah, baru mau saya jadiin menantu si neng Dian, tapi udah punya pacar." Suara Pak Amat terdengar lesu.
"Hust! Apaan sih Pak Amat ini, dia bukan pacar gue. Yakali gue pacaran sama cupu!" Sarkas Nana.
"Van, duduk disana yuk!" ajaknya.
"Hm."
**†**
"Hai Jas." Sapa cowok yang saat ini menjabat sebagai ketua osis Petranda.
"Ngapain lo di sini, lo ngikutin gue ya?" Tanyanya.
"Geer banget lo ya, gue gak sengaja lewat sini. Awalnya gue ngira kalo lo hantu penghuni sekolah ini yang suka duduk di taman belakang."
"Lha, terus kalo lo ngira gue hantu ngapain nyamperin kesini?"
"Yaa, gue cuma penasaran aja. Lagian lo ngapain sih disini, nangis - nangis kayak orang kehilangan harapan hidup!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Dream
Teen FictionMimpi, semua orang memiliki mimpi yang berbeda... Tapi apa jadinya jika terlalu percaya dengan tafsir mimpi? Bisa berdampak baik dan juga berdampak buruk.. Seperti yang dialami Nana, seorang gadis jutek yang mempercayai mimpi dan selalu berharap mim...