Part 31 (Old Memory 1)

1.1K 138 17
                                    


Soeun mendengus malas sambil menatap ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas ranjangnya, sedang menyala dan terus bergetar. Ia sudah sangat bosan untuk sekedar meraih ponselnya dan melihat pemberitahuan yang masuk, karena itu hanya pemberitahuan mengenai masuknya pesan-pesan yang dikirim Hanbin. Ya, adik sepupunya itu yang mengirim pesan-pesan itu sejak tadi. Dan yang lebih menjengkelkan adalah pesan yang dikirim Hanbin sama sekali tidak penting.

Drrrrttt drrrrtttt.....

Sekali lagi, ponsel Soeun bergetar dengan durasi yang lebih panjang, membuat si empunya mengumpat kasar lalu beranjak dari duduknya untuk meraih benda itu. Dan saat melihat apa yang ada di layar ponselnya, ia mendengus kesal sebelum mengangkat panggilan suara via Line dari sang adik sepupu.

"Apa?" tanya Soeun bahkan saat suara Hanbin belum terdengar.
"Bisa kau berhenti menggangguku?"

"Noona, aku merindukanmu!" Soeun mendengus. Hanbin dan omong kosongnya benar-benar menyebalkan.

"Cepat katakan apa maumu, Kim Hanbin! Aku harus segera ke kantor!" ucap Soeun sedikit ketus. Bukan apa-apa, ia hanya sedikit kesal karena Hanbin terus mengganggunya.

"Kau 'kan tidak ke kantor, noona!"

"Tapi aku ingin keluar, jadi bisakah kau cepat!"

"Yaah, padahal aku ingin bicara banyak dengan noona!" Soeun menghela nafas pelan. Suara lesuh Hanbin membuatnya merasa bersalah.

"Kenapa kau tidak bicara saja dengan orang lain?"

"Aku baru saja menelpon Sohyun, dia sedang ikut ujian untuk masuk perguruan tinggi. Jinhwan hyung dan yang lainnya juga. Aku sudah menelpon eomma dan appa tadi. Hana sangat sulit dihubungi akhir-akhir ini!"
"Dan aku sangat merindukanmu, noona! Jadi, aku ingin bicara denganmu!"

Soeun diam sebentar. Sejujurnya, ia juga merindukan Hanbin. Sejak Hanbin dan Hana pergi, tidak ada lagi yang merusuh dan mengganggunya di rumah. Itu terkadang membuat Soeun merasa sepih. Dan itu juga yang membuatnya lebih banyak mencari kesibukan dengan membantu Soohyun di kantor, karena ia tahu kekasihnya juga sama sibuknya dengan sang kakak dan tak bisa diganggu.

"Baiklah! Karena aku juga merindukanmu, mari kita berbagi cerita!"

"Astaga noona, ternyata kau juga merindukanku. Tapi, kenapa kau bersikap seakan aku ini sangat mengganggu?" tawa Hanbin berderai setelah ia mengucapkan itu, membuat Soeun tersenyum kecil.

"Kau memang sangat mengganggu, bocah bodoh! Tapi, aku merindukanmu. Aku juga merindukan kerusuhan kalian."

"Kalian? Apa noona juga tidak bisa menghubungi Hana?"

Soeun berdehem.
"Bahkan sejak kalian pergi!"

"Kau tidak bercanda 'kan, noona?" Hanbin terdengar tak percaya dengan penuturan Soeun yang mengatakan jika Hana tak bisa dihubungi sejak mereka pergi, sekitar 10 bulan yang lalu.
"Bukan kau tidak pernah menghubunginya?"

"Tidak! Bukan hanya aku, eomma dan appamu juga sudah sering mencoba menghubunginya, tapi tak bisa. Jinhwan juga sama. Bahkan Taekwang samchon dan Hayeon imo mengaku jika hanya menghubunginya sekali dalam dua bulan."

"Benarkah? Astaga, kenapa aku tiba-tiba mengkhawatirkannya?"

"Jangan khawatir, dia pasti baik-baik saja. Bukankah dia sudah sering menghilang?!"

"Tapi, ini terlalu lama, noona!"

"Aku tahu! Tapi, cobalah untuk berpikir positif. Mungkin dia sedang sibuk. Bukankah kau bilang dia akan mengikuti ujian masuk di Harvard dan Oxford?"

The Crown PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang