Epilog

6.2K 312 30
                                    

Shera berjalan di sebuah area pemakaman umum di Surabaya yang sudah sangat dihafalnya. Tak seperti biasanya, kali ini ia tidak sendiri. Arya berjalan di sisinya, menggandeng lembut lengannya.

Siang itu pemakaman sepi, hanya ada mereka berdua dan penjaga makam. Maklum saja ini bukan waktu-waktu ziarah pada umumnya. Satu dua burung gereja tampak berloncatan dari satu dahan kamboja ke dahan lainnya, mencari keteduhan dari teriknya panas sambil bermain-main.
Di tempat itu jasad Wahyu dimakamkan, berdampingan dengan tempat peristirahatan terakhir mamanya. Shera selalu menyempatkan waktu untuk berziarah setiap berkunjung ke Surabaya. Dia sekarang bekerja sebagai konsultan perusahaan investasi di Jakarta. Karier wanita aktif yang supel itu melesat cepat. Kini ia sering diundang untuk menjadi pemateri di seminar bisnis, yang membuatnya kerap bepergian ke luar kota.

Shera dan Arya duduk di depan pusara Wahyu. Shera membersihkan makam, dan menaburi bunga di atasnya.

“Assalaamu’alaikum, Mas. Hari ini aku menjengukmu bersama Arya. Kami sedang merancang pesta pernikahan. Memang, seharusnya aku nggak perlu meminta izinmu. Aku yakin kamu masih ingat betul apa yang kamu ucapkan padaku saat terakhir kita bertemu. Sekarang aku sudah menjalani permintaanmu. Semoga kamu tenang di sana, semoga Allah dan malaikat-Nya menjagamu,” ucap Shera sembari menyiram air  di atas pusaranya.

Pikirannya melayang pada kejadian dua tahun lalu saat Wahyu berjalan meninggalkan rumahnya, meninggalkan Shera kembali dalam kegamangan. Meskipun pada akhirnya Shera tetap mengikuti keinginan Wahyu untuk tidak lagi menemuinya, Shera tetap memantau kondisi Wahyu melalui Tante Rista. Beberapa kali ia sempat datang menjenguk Wahyu di rumah sakit walaupun saat itu Wahyu tidak menyadari keberadaannya.

Sesuai janjinya pada Shera, lelaki bertubuh tinggi itu memang menjalani seluruh rangkaian pengobatan yang dianjurkan dokter.

Tim dokter melakukan segala upaya untuk mengobati Wahyu. Tindakan operasi by pass untuk membebaskan penyumbatan di empedu hingga berbagai terapi pasca operasi.

Tak terhitung rasa sakit yang harus ditahannya. Kemoterapi yang dijalani benar-benar menyiksa tiap jengkal tubuhnya. Hingga setiap bangun di pagi hari, Wahyu merasa Tuhan sedang berbaik hati memberi satu hari  lagi kehidupan untuknya. Ia telah berdamai dengan takdir, menerima dengan ikhlas setiap ketentuan yang digariskan Sang Pemilik Hidup.

Akhirnya di suatu pagi, Tuhan tak lagi membangunkannya. Wahyu telah tiada. Ia telah terlepas dari rasa sakit yang menderanya.

Berita itu datang menghantam dua sisi hati Shera. Ada duka yang melanda, tapi juga ada rasa lega yang tak bisa dijelaskan. Dua tahun sudah ia belajar untuk melepaskan dan meyakini bahwa semua yang terjadi adalah keputusan yang tebaik dari Tuhan.

Kicau burung-burung gereja yang kian ramai dan genggaman erat di jemarinya menyadarkan Shera dari lamunan. Sepasang mata teduh tertangkap sedang menatapnya lekat, saat Shera menoleh. Ia pun tersenyum kepada pemilik mata indah itu, senyuman yang begitu tulus. Di dalam hati tak lupa berterima kasih kepada Tuhan yang telah menghadirkan lelaki tampan dan pengertian ini di dalam hidupnya.

TAMAT

Note:
Alhamdulillah, benaran tamat akhirnya. Semoga puas dengan ending-nya ya 😁😊
Waaahhh… Astie benar-benar terharu 🙇  Meskipun sejak awal novel ini sudah selesai, ternyata Astie nggak bisa meng-upload ceritanya secara rutin. Butuh waktu setahun buat menamatkan satu novel di Wattpad. What the…! Maaf ya… novel ini memang Astie edit cukup banyak, bahkan di bagian akhir benar-benar berbeda dari naskah awalnya.
Anyway setelah ini Astie akan mengupload cerita baru loh… Cerita ini akan lebih banyak bercerita tentang impian, cita-cita, motivasi dan persahabatan. Penasaran??? Jangan lupa ikuti kuisnya juga ya! Akan banyak hadiah menarik untuk kalian. Tunggu update-nya ya 😊

ALL YOU NEED TO KNOW (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang