Akhirnyaaaa karena mood lagi bagus..
Aku upload sekarang chapter perdana dari cerita ini..
Semoga pada suka..
Semoga yang udah kangen sama cerita ini bisa kembali nostalgia ya..
Ceritanya akan banyak yang berubah tapi karakter dari pemainnya sama sekali tidak..
So tunggu apalagiii??
Ayo dibacaaaa!!Oya di chapter ini masih aku buat public tapi mungkin chapter selanjutnya akan aku private..
So buat yang nunggu nunggu cerita ini... Silahkan di follow akun ku dan add cerita ini ke library kalian biar besok tetep bisa baca walau di private..Happy reading..
Jangan lupa voment ya. Kan aku udah baik hati posting ini
. WkwkwMalam yang indah terasa sangat dingin seperti hari-hari biasanya di Bogor. Namun taburan bintang yang menghiasi langit biru kelam itu tidak mampu untuk membuat cewek itu sekedar menengadahkan kepalanya. Sekedar tersenyum mungkin, atau berwah ria mengagumi indahnya langit yang memayungi koridor terbuka di pelataran sekolahnya.
Cewek berambut ikal sebahu itu hanya fokus pada jalanan di depannya, sembari tangan kirinya memegangi tangannya yang lain, yang kini terasa berdenyut sakit. Tampaknya berusaha mendobrak pintu itu bukan keputusan yang tepat untuk seorang cewek lemah sepertinya.Sesekali dia menolehkan kepalanya kebelakang dengan was-was. Memastikan tidak ada satu orangpun dari sekelompok gadis—yang bisa dibilang cukup bar-bar—dibelakangnya. Jujur saja, ingin sekali rasanya untuk berlari semakin cepat, terbang kalau bisa. Berlama-lama di sekolah, yang merangkap neraka, di malam yang sudah larut ini cuma membuat rasa ketakutannya semakin menjalar.
Tapi kakinya saja berjalan terpincang-pincang. Nafasnya hanya tersengal sia-sia, terbuang hanya untuk menahan ngilu di tangan dan kaki beserta ketakutannya tanpa memperpendek jarak tempuh.Langkah kakinya konstan.
Drtt...
Dia terkesiap saat dengan sebuah getaran dari saku jaket.
”Halo, Pah?” ia sedikit memekik menjawab panggilan itu.
BRUKK!
”Auw!” lagi-lagi dia memekik.
Namun kali ini dia kaget saat tubuh kecilnya itu dengan keras menabrak seseorang. Bahkan dia meringis kesakitan karena tangannya terasa semakin ngilu di buatnya.
”Argghh—..”
Dia mendongak ketika mendengar bukan hanya dirinya yang merintih. Cowok itu juga tengah menahan sakit. Kentara sekali, banyak lebam di sudut-sudut wajahnya. Salah satu matanya bahkan sudah tidak bisa terbuka dengan sempurna karena bengkak. Aliran darah segar dari sudut bibir cowok itu membuatnya mengernyitkan dahi.
Ini cowok kenapa? Kok bisa babak belur kayak habis kalah tinju? Nggak mungkin juga cuma aku tabrak langsung segitu bengkaknya.
”Em... Mas nggak papa?”
Dia sudah hati-hati bertanya tapi yang didapat malah tatapan sinis nan ketus.
Lho dia?
Dia kenal pria ini!
Tidak bisa di katakan kenal sih. Yang dia tahu, cowok ini satu kelas dengannya. Selalu duduk di bangku paling belakang dekat dengan tembok. Sering bolos saat jam pelajaran atau paling tidak tidur. Cowok yang bahkan dia tidak tahu namanya. Belum ada 4 bulan dia sekolah disini tapi dari gosip yang beredar cowok ini termasuk dalam jajaran anak-anak nakal makanya dia jaga jarak.
Cowok itu masih menatap lekat. Sebelah alisnya terangkat naik sembari pandangannya mengarah pada pakaian cewek di depannya yang tak cukup rapi. Tangannya terulur cepat, menarik jaket pink yang tak tertutup—seakan semakin berusaha membukanya.
”EH... Kamu mau ngapain!?” Seru cewek itu terperanjat sambil mencengkram kain jaket erat-erat. Wajahnya panik.
Aduh, dia mau ngapain? Dia mabuk ya? Bogor masih nggak jauh beda dari Jakarta, muridnya masih bisa mabuk! Bisa-bisa aku diperkosa ini!
Tapi dia hanya menyeringai setelah menemukan jahitan nametag di balik jaket pink itu.
Namanya Ellena Salim.
Mata mereka sempat bertemu padang dan dengan jemarinya yang terampil cowok itu menutup ritsleting jaket pink. Terlihat lebih rapi dan lebih hangat dari sebelumnya.
Dia berbalik. Pria ia melangkah pergi satu langkah demi langkah meninggalkan Ellena yang masih mematung di tempatnya, berikut pula meninggalkan segala tanda tanya di benak.
”EH, MAS! MAAF, AKU SEKELAS SAMA KAMU TAPI AKU NGGAK TAU NAMAMU!?” Ellena berteriak. Tapi cowok itu tidak menggubris dan tetap berjalan gontai. ”LUKANYA JANGAN LUPA DIOBATIN YA!”
Gimana? Pendek?
Tenang ini masih pembukaan.. Besok akan lebih panjang dan seru kok.. :)
Sekali lagi jangan lupa VOMENT!!Sincerelly,
Mumuturtle
KAMU SEDANG MEMBACA
[Another] Dirty Storey Room
Storie d'amoreDia tidak terlalu tampan. Dia tidak terlalu baik, Bahkan orang-orang menilainya buruk. Luka selalu menjadi aksesoris wajahnya. Seringaian selalu menjadi senyumnya. Gertakan selalu menjadi bentuk kasih sayangnya. Aku tidak terlalu mengenalnya, tapi...