- G E V A N C I A - 03 -

7.9K 772 69
                                    

- Gue pengen ayah ngelihati gue sebagai anaknya lagi bukan musuh yang harus di benci -

- Gevancia Rosiebell -

Geva bertopang dagu memandangi meja makan yang hanya terisi oleh dirinya padahal makanan di atas meja sudah tersaji dan masih hangat. Hari ini hari ulang tahun pernikahan ayah dan ibunya. Geva hanya menyiapkan makanan kesukaan ayahnya saja. Sayur lodeh , ikan goreng dan sambal cobek. Dulu, kalau ibunya sudah menyiapkan hidangan ini ayahnya akan makan dengan lahap bahkan bisa nambah sampai tiga kali.

Walaupun kali ini Geva tidak berharap banyak. Ayahnya yang biasanya pulang bekerja sekitar jam tujuh akan mundur jauh menjadi jam satu malam dan akan pulang dalam keadaan mabuk-mabukan. Geva harus menulikan telinganya dari rancauan amarah ayahnya meneriakkan makian untuk ibunya yang pergi tujuh tahun yang lalu.

Sejak tadi Geva terus saja memandangi bergantian antara jam dinding rumahnya dan pintu depan berharap bahwa ayahnya akan pulang dengan senyuman lalu memeluknya seperti dulu dan mereka akan makan malam bersama. Walaupun kemungkinan itu sangat kecil.

Geva menelungkupkan kepalanya di lekukan lengannya di atas meja. Memandangi jam yang berdetak pelan tapi pasti yang sekarang telah mengarah ke angka 10 malam. Geva berusaha menahan linangan air matanya agar tidak mengalir sama seperti malam-malam sebelumnya di saat dia sendirian di dalam rumah penuh kenangan mereka ini.

Dulu, Geva akan melakukan banyak hal dengan ibunya saat menunggu kepulangan ayah dari bekerja. Menyirami tanaman, membersihkan halaman rumah, menonton sinetron sambil mengoceh hal-hal yang tidak penting. Lalu ayahnya akan pulang dan membawakannya makanan atau mainan baru. Saat waktunya tidur, ayah akan menggendongnya ke dalam kamar, menyelimutinya.

Masa bahagia miliknya ketika dia di kelilingi oleh keluarga yang mencintainya.

Lalu entah apa alasannya, suatu malam ibunya pergi di tengah-tengah hujan deras setelah di bentak oleh ayah yang mengusirnya. Sejak itu ibunya tidak pernah pulang lagi sampai saat ini dan mendapati ayahnya menyesal setengah mati dan mulai mabuk-mabukan, tidak memperdulikan Geva bahkan membencinya.

Bunyi suara kunci di pintu disusul suara berderit menyadarkan Geva dari lamunannya. Geva mengangkat kepalanya dan bertemu pandang dengan ayahnya yang baru masuk nampak biasa tidak dalam keadaan mabuk. Geva tersenyum lalu berlari ke arah ayahnya dan memeluknya. Ayahnya hanya diam saja tanpa pelukan balasan tapi Geva tidak peduli. Dia terlalu senang mendapati ayahnya pulang tidak seperti malam-malam sebelumnya.

Geva lalu melepaskan pelukannya dan menemukan ayahnya menatapnya datar. Geva tetap tersenyum dan mulai menarik lengan ayahnya ke meja makan dengan senang.

"Kebetulan ayah pulang cepat. Kita makan bareng ya. Geva masakin makanan kesukaan ayah. Ada sayur lodeh --"

"Geva," panggil ayahnya.

Tapi Geva tidak mendengar masih tetap melanjutkan ocehannya, "Ada sambel cobek juga yang khusus --"

Ayahnya melepas paksa tangan Geva dari lengannya saat mereka hampir mendekati meja makan. Geva tersentak kaget dan menoleh melihat ekspresi keras di wajah ayahnya lalu mundur selangkah.

"Sudah ayah bilang kalau ayah nggak suka kamu masak makanan itu. Kamu ini dari dulu selalu saja buat ayah marah. Kamu ini sudah besar dan sudah mengerti nggak perlu lagi menuntut perhatian ayah. Kamu harus ngerti kalau ayah ini capek."

Geva terdiam dengan air matanya yang perlahan turun, "Tapi Geva -"

"GEVA!!!" bentak ayahnya. Geva berjengit kaget.

"Buang semua makanan itu di tempat sampah sekarang juga!!!" desisnya seraya melempar tas kerjanya ke sofa ruang tengah dengan kerasnya. Geva menggelengkan kepala, "Geva sengaja masakin Ayah semua ini. Makan sedikit aja ya."

(TERSEDIA DI INNOVEL/DREAME] G E V A N C I A || END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang