CHAPTER THREE

112 7 2
                                    

Malam itu,semua nya terasa lengkap bagi sandra. Hanya saja,kedatangan revan kini membuat nya kurang berselera untuk makan bersama keluarganya

"Kabar mamah mu gimana van? Tante jadi jarang contact an karena pekerjaan yang gak bisa tante tinggal" meskipun pertanyaan itu tidak menyinggung sama sekali,tapi mengapa bagi revan ucapan "pekerjaan yang tak bisa ditinggal" terasa begitu menohok bagi dirinya,dan mungkin juga bagi sandra yang sedari tadi hanya menunduk sambil menyantap makanannya

"Mamah..sehat kok tante"

"Oh ya van,kamu kapan dateng nya? Kok nggak kasih kabar ke kita" kali ini,giliran Adrian,papah sandra dan diaz,yang berbicara kepada revan

"Baru 3 hari yang lalu om. Emang sengaja nggak kasih tau,biar surprise" ucap revan disusul oleh dengusan geli dari sandra. Surprise?

Bener van,semua ini emang mengejutkan buat gue, batin sandra.

"Sandra,kamu kok diem aja? Ngobrol dong sama revan. Biasanya juga kalian bercanda sampe nggak ada yang bisa ganggu"

Ratna yang sedari tadi tak mengerti kemana arah topik perbincangan itu dibawa,menginjak kaki sandra untuk mengisyaratkan agar sandra memberi nya penjelasan. Karena sedari tadi,kedua orang tua sandra terkesan sangat dekat dengan revan seperti mempunyai hubungan khusus. Sandra tahu,ia tak seharusnya merahasiakan ini pada sahabatnya. Tapi,ia merasa belum saatnya untuk menceritakan semuanya.

"Iya mah,nanti juga sandra ngobrol kok. Kan,ada ratna juga lagi main"

Dan selama mereka makan malam,hanya sandra yang diam seribu bahasa. Entah apa yang membuat diri nya enggan untuk buka suara, tapi rasanya semua ini terlalu tiba-tiba baginya. Kehadiran sosok yang telah membuat luka dalam,membuat dinding pertahanan yang telah dibangun itu runtuh seketika.

"San,are you sure nggak ada yang mau lo ceritain? Kayak nya daritadi lo keliatan gak nyaman banget waktu makan malem"

"Nggak kok rat,perasaan lo aja kali. Oh ya,gapapa nih lo balik sendiri?" lagi-lagi sandra berusaha menyangkal omongan ratna

"Gapapa kok. Yaudah kalo gitu,lo istirahat deh. Mungkin kecapean"

Setelah mengantar ratna sampai gerbang rumahnya,kini ia harus kembali berkumpul bersama keluarganya,juga revan. Ia menghembuskan nafasnya panjang. Sepertinya,malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang baginya

"Sandra"

Yang dipanggil pun menoleh ke sumber suara

"Loh,kok lo di luar van?"

"Gapapa,lagi nyari angin aja" tak ada respon dari sandra,yang terdengar hanyalah suara pohon yang tertiup angin

"San"

"Hm?" sahut sandra sambil menoleh ke arah revan. Mendadak pandangan sandra meredup. Ia meneliti setiap wajah milik revan. Dan satu hal yang sandra sadari,mata cokelat milik revan itu selalu menenangkan hatinya

"Lo..banyak berubah ya sekarang" ucap revan sambil memainkan handphone di genggamannya

"Yaiyalah,kalo gue nggak berubah gue nggak tumbuh-tumbuh dong" sahut sandra terkesan santai. nice san,batinnya

"Bukan itu maksud gue. Lo tuh-"

"Eh! gue cariin lo berdua,tau nya lagi disini" ucap diaz yang muncul tiba-tiba. Revan tertawa hambar karena dirinya baru saja mau menyampaikan sesuatu kepada sandra

"Nyari angin yaz"

"Angin kok dicari,pacar tuh dicari dong. Masa masih jomblo aja" ucap diaz menggoda revan namun dirinya malah melirik ke arah sandra

Tanpa TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang