CHAPTER FIVE

57 7 0
                                    

"Bukan punya gue" sahut sandra singkat saat melihat revan menggenggam notes miliknya

Revan menatapnya bingung. Ia kenal sekali dengan tulisan tangan sandra

"Udah sini bukunya. Ntar ratna marah"

Ratna?

Tak lama,pintu kamar sandra terbuka dan munculah sosok yang baru dibicarakannya tadi

"San sorry ya lama. Tadi gue telfonan" ucap ratna sambil memberi sandra minum. Ia kemudian menatap revan yang berada di hadapannya sekarang sambil memberi sebuah notes

"Sorry, tadi gue ga sengaja buka buku lo"

Ratna melirik ke arah sandra sambil menerima buku itu "O-oh iya,santai aja. Itu isi nya tugas sekolah gue kok. Tugas bahasa"

Revan hanya mengangguk dan langsung meninggalkan kamar sandra

"Ada apa sih?" ratna kemudian memberikan notes itu kepada sandra sambil duduk di kasur

"Barusan dia baca isinya, gue bilang aja itu buku punya lo"

"Bukan itu. Maksud gue,ada apa diantara lo berdua?"

Sandra kali ini tak menyahut

Ia kemudian beranjak turun dari kasur dan menuju balkon rumahnya. Menghirup udara segar karena sedari tadi ruangan seakan menghimpit dirinya yang membuat sulit bernafas

Hari itu masih teringat jelas di benak sandra. Hari yang dimana ia seharusnya-

"San" diaz membuka kasar pintu kamar sandra yang membuat ratna terlonjak kaget

"Sorry sorry" ucap diaz saat menyadari ratna yang sedang memegang dadanya

Diaz langsung menghampiri adiknya yang sedang menaiki besi balkon kamarnya

"Lo nyari mati?!" ucap diaz sambil menarik kasar tangan adiknya itu

Sandra menatap diaz "Apa sih?" ucapnya datar,kemudian duduk di kursi yang ada di balkonnya. Diaz menggaruk kepala nya yang tak gatal,baru teringat bahwa sejak dulu adiknya memang suka bermain di balkon kamarnya. Malah terkadang,sandra duduk sambil memasukan kaki nya ke sela besi balkon kamarnya.

"Tadi revan dateng"

Diaz melihat adiknya yang sedang menatap kosong kedepan.Hembusan angin meniupkan rambut hitam milik sandra,namun ia tak peduli meski rambutnya menutupi setengah muka nya

"Lo horror banget sumpah" sahut diaz kemudian menghampiri adiknya itu. Diaz mengacak-acak rambut adiknya yang membuat rambutnya semakin terlihat berantakan

"Nah,cocok nih. Tinggal casting aja"

Sandra mengacak-acak rambutnya kasar dan mencubit tangan kakaknya. Diaz memang selalu bisa menghibur sandra,meskipun terkadang sandra selalu mencubit karena candaan diaz membuatnya jengkel

"Mama barusan telfon nanyain lo. Katanya,nanti malem dia usahain pulang cepet"

Sandra hanya mengangguk,meskipun hati kecilnya berteriak senang karena ibunya bisa sedikit meluangkan waktunya meskipun karena dirinya sakit,semua sudah lebih dari cukup.

**

Saat jam menunjukan pukul 6 sore,arin langsung bergegas merapihkan semua map dokumen yang berserakan diatas meja kerja nya. Karena terburu-buru,ia menumpahkan kopi hingga mengenai berkas yang akan diberikan kepada client nya untuk meeting esok siang. Ia langsung mengambil tissue tapi hal itu sangat tak membantu. Kertas nya sudah terlanjur basah terkena kopi. Sesat kemudian ponsel nya berdering menunjukan telfon masuk

Tanpa TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang